Pages

Thursday, July 2, 2020

Gak Enaknya Punya Mimpi

Hari ini, aku tertampar pada kesadaranku sendiri. Realitas yang ada dibenakku meski kadang sering aku abaikan. Entahlah.

Mari berdialektika. Semua yang ada di sini adalah proses aku mengenal diriku dengan aneka ragam persoalan, pilihan, dan pemikiran  yang pernah terjadi, baik yang kurasakan atau apapun itu jenisnya.

Jake Frew beberapa kali menamparku. Satu hantaman pertama, aku hanya "oh, aku tahu itu. dan aku juga merasakan hal yang sama." Hari ini godam yang kedua, nggak begitu sakit, karena aku gak sakit, tapi setidaknya tersadar. Dia berkata :

Following your dreams won't make you happy.

*

Benar. Katakanlah begini, dulu saat aku masih menjadi mahasiswa baru dimana lingkungan pertemananku kebanyakan mendapat beasiswa bidik misi. Aku yang menjadi anak yang alhamdulillah cukup mampu, namun begitu ada secercah hasrat untuk mendapatkan beasiswa juga. Maka jadilah, pengumuman beasiswa PPA di semester 3 aku coba. Tak dinyana, aku gak masuk dalam jajaran orang yang mendapatkannya.

Gakpapa. Emang Allah ngasihnya belum di sana.

Melihat perekonomian keluarga (yang alhamdulillah berkecukupan dan mampu untuk bayar kuliah) aku memutuskan untuk menyerah. Setelah beberapa semester aku mencoba masukin beasiswa PPA. Bukan dalam arti yang benar-benar menyerah dan tidak mencoba, tapi lebih ke pasrah. Udah ah, capek. Toh, ga bakal dapat lagi, gtu pikirku.

Sebenarnya alasan aku melakukan ini adalah hanya untuk saving money. Uang dari orang tua selalu habis untuk segala aktivitas sok sibukku. Iuran ini itu, beli jaket, jajan, dan bla bla lain. Tapi emang begitu adanya. Aku hanya membutuhkan sumber pendanaan hanya untuk tabungan, yang nyatanya itu sebenarnya bukan suatu hal yang penting aku lakukan. Yang ternyata, uang saku orang tua yang aku tabung sangat sangat cukup untuk ganti hape baru. Pada masa itu!

Kemudian, seleksi berkas beasiswa aktivis itu datang. Tepatnya pada 2016. Sebenarnya niatnya iseng. Siapa sih yang bakal bener-bener akan dapatin ini beasiswa. Toh, beasiswa ini hanya untuk kalangan aktivis seperti BEM gtugtu.Siapalah aku? Jadi mengikuti seleksinya saja niatku hanya nyoba-nyoba aja.

Dan jebul keterima. Aneh kadang takdir mempermainkan kita.

Dapat uang saku 800ribu satu bulan selama setahun sangat sangat cukup banyak bagiku. Uangku bahkan tertabung sampai 3 jutaan. Lumayanlah, untuk anak yang tidak ada kebutuhan bayar kos, bayar print, kertas, makan dan lainnya.

Menurutku, raihan atau sekedar mempunyai mimpi mendapat beasiswa itu kenikmatannya sampai di sana. Sampai kamu mendapatkan hal itu. Habis itu lost, hilang tak berbekas. (I mean, masih tetap ada bekas dalam arti nilai, prinsip yang diajarkan, lingkaran pertemanan, ketemu orang hebat bahkan pejabat dan lainnya.) Tapi lebih ke esensi raihan dan kenikmatan dalam hati menurutku udah selesai.

Aku udah mendapat mimpi itu, terus apa selanjutnya?

*

Suatu ketika aku dikeluarkan oleh sebuah perusahaan penerbitan. Maka, aku harus putar otak bagaimana aku bisa produktif. Jawabannya adalah membangun usaha sendiri

Ketika itu membangun mimpi menjadi usahawan adalah hal yang aku ikhtiarkan. Tapi, tentu saja harus buka jalan terlebih dahulu untuk mengenali market. Minimal aku harus investasi 1 tahunlah agar bisnisku ini berkembang.

Dalam rentang waktu 2 bulan dari aku selesai kerja di bulan November 2019 ke kerjaan baru di Februari 2020, aku termasuk orang yang gampang lelah buat menguatkan pundak meniti karir sebagai usahawan yang ternyata tidak seindah ketika pangeran berkuda putih datang.

Meski begitu, doaku kala itu sesederhana, Ya Allah tolong kasih kerja yang sesuai dengan kapasitas dan lingkungan yang baik menurut-Mu. Apapun jalannya. 

Waktu sedang mengusahakan usaha sendiri itu harus berhenti tiba-tiba, ketika ada tawaran pekerjaan di perusahaan media besar di Indonesia itu hadir. Maksudku, See? Lelucon hidup itu kadang indah kan.

Pada suatu hal yang tidak kita impi-impikan. Pada momentum ( i mean, menjadi reporter atau wartawan adalah pekerjaan yang sepertinya tidak ingin aku lakukan pas SMA dulu, aku gak tau kenapa) yang sangat absurd, tetiba tawaran datang. Dan lingkungan kerjanya luar biasa menyenangkan. Jauh dari apa yang aku dapat di perusahaan sebelumnya.

Bahwa, doaku sesederhana dikasih kerja yang menyenangkan adalah hal yang Allah kabulkan, alih-alih apa yang aku cita-citakan. Lucu gak?

*

Lalu kejadian seperti hari ini.

Aku inget teman baikku Yayak pernah berharap pada seseorang. Seorang kenalan, yang sebab musababnya pasti tidak ada keterikatan yang jelas. Karena kasta dari seorang kenalan itu lebih rendah dibanding teman. Kalau sudah teman bisalah buat sekedar basa-basi. Kalau udah kenalan, kategorinya hanya cukup tau. Thats it!

Seorang kenalan ini pernah dimintakan doa tiap malamnya. Dia ingin mendapat pesan khusus. Entahlah, katakan dm instagram atau chat wasap.

Kemudian, doa ini aku copy-paste pada kasusku.

Dan BOOM! Alakadbra. Kejadian. Paham kan maksudku? Bahwa apa yang kalian inginkan yang kalian harapkan dengan kepasrahan, Allah akan kasih pada suatu waktu yang tak diduga-duga. Mungkin kasusku, pada saat rasa itu udah hilang, ya begitulah. Saat kamu sudah tidak menyelipkan doa itu lagi dalam sehari-hari.

Kita simpulkan bahwa takdir itu kadang emang lucu. Dan dunia yang kita jalani adalah lelucon yang kita akan tunggu pecah-nya kapan.

Jadi, begitulah. Bahwa kalau sudah achieve pada sesuatu yang kita impikan, raih, atau apapun, kadang kita merasa harus meraih achievement lagi dalam bentuk mimpi baru. Jadi daripada energi kita fokus pada mimpi yang muluk-muluk, sesekali kita harus memiliki seni memasrahkan.

Ah, rasanya nikmat bener. Itulah makna yang bisa aku ambil dari lelucon drama kehidupanku, hari ini! Tepat 2 Juli 2020.

**

ska, 2 juli 2020
20:20
selesai nonton eps 1-4 Ozark
next dinner mate eps 23-24

Gak Enaknya Punya Mimpi


2 comments:

  1. Menarik, saya juga pernah kayak gini bahkan sekarang sedang mengalaminya. Hal yang tidak kita impikan tetapi justru menjadi takdir kita terkadang juga menyenangkan :) Sedangkan mimpi, setelah berhasil mencapainya emang ada euforia di awal, tapi setelahnya biasa saja. Seringnya, kita justru kehilangan motivasi yang selama ini membuat kita bekerja keras :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yeah, Thats true dear.

      Kadang emang selucu itu menjalani hidup. Kita terlalu fokus pada apa yang kita impikan, tapi setelah mendapatkannya seperti tidak ada lagi euforia dalam hati. Kayak gak berbekas. Kadang kita juga lupa untuk menikmati proses pencapaiannya itu sendiri.

      Delete