Pages

Tuesday, June 16, 2020

Membaca Murakami Sebelum Calon Jodohmu

Tidak ada genre!

Membaca karya Murakami tidak pernah mendeskriditkan kita pada suatu genre tertentu. Dia membuat semua karyanya dengan genre khas ala dirinya. 

Begitulah Tuan, hal yang saya simpulkan dari membaca isi pikiran Haruki Murakami. Sebut saja dia salah satu orang yang diakui dunia dengan karya sastranya. Berkali-kali dinominasikan untuk meraih nobel sastra pun dia tidak pernah pantang kecewa. Dia tidak pernah berhenti membuat pembacanya kagum dengan torehan kalimatnya yang sarat akan makna.

Kata orang, jika kamu sering membaca karya Dan Brown dan menyukainya (seperti saya), kamu tidak akan menyukai karya Murakami. Eh sorry Tuan, hamba tidak sependapat. Itu tidak berlaku buat hamba.

Meskipun sedikit kaget, karena dari keseluruhan karyanya, hamba hanya baru membaca novel mengerikan 1Q84. Jumlah halamannya 1115. Iya, seribu seratus lima belas halaman. Ini proyek ambisius Murakami yang bikin benak hamba, mendengus, ahh. Ini luar biasa.

Pembaca akan dibuat bosan dengan alur yang bertele-tele. Sesekali Murakami membuat pembaca penasaran apa yang sebenarnya terjadi karena alurnya yang mengalir. Dia membuat teori bercerita yang tidak tegas, seperti Dan Brown, tapi ia membiarkan pembaca mendapatkan apa yang dia mau dapat (atau benak hamba yang berpikir demikian) lewat narasinya.

Ah, penulis ini membuat hamba jatuh cinta, Tuan.

Novel 1Q84 secara garis besar bercerita mengenai apa yang terjadi di tahun 1984. Q di sini mungkin berarti Question Mark, tahun dimana penuh tanda tanya. Atau keganjilan, katakanlah demikian.

Dua tokoh diciptakan oleh Murakami. Bernama Aomame dan Tengo. Aomame adalah seorang perempuan dan berprofesi sebagai pembunuh bayaran. Ia membunuh laki-laki yang melecehkan perempuan dan anak. Setiap malam dia habiskan dengan memuaskan dirinya dengan pria. Sedangkan Tengo adalah seorang guru les yang menyambi bekerja sebagai editor. Suatu ketika, perusahaan penerbitannya meminta dia membantu seorang penulis muda yang akan debut dengan karya perdananya. Dia membantu untuk membuat karya itu berhasil dari segi teknis. Perusahaan penerbitan milik Tengo merasa karya anak ingusan bernama Fuka Eri itu akan sukses. Jadi Tengo diminta untuk tanda kutip menghaluskan saja. Dan benar kenyataannya, bahwa novel debut Fuka Eri laris di pasaran. Kemudian, Murakami membuat semesta yang diciptakannya berubah. Lebih menegangkan. Bahwa novel best seller itu sebenarnya kisah nyata yang berangkat dari sekte kepercayaan tertentu yang tidak menginginkan sorotan.

Ah, lagi-lagi Murakami membuat pembaca merasa dipacu adrenalin meski dengan tempo lambat dan bertele-tele khas dirinya.

Dari dunia yang dibentuk Murakami, kamu akan tahu betul bahwa menjadi sah dan normal ketika bulan itu ada dua. Itulah mengapa tahun 1984 penuh keganjilan. Banyak orang yang memberikan label pada karya Murakami sebagai surealism. Surealism berbeda dengan fantasi. Surealism adalah genre dimana keabsurdan dalam dunia yang diciptakan penulis adalah hal yang wajar.

Sebagai penggemar fantasi, hamba juga baru saja mendapatkan jawaban yang koheran mengenai hal ini. Karena suatu ketika hamba pernah bertanya pada teman baik hamba, Pipit namanya. Mengenai perbedaan fantasi dan surealism. Kita sama-sama menyukai genre fantasi kelas kakap, katakanlah Rick Riordan, Brigid Kammerer, Marie Lu,  Vernonica Ruth, eh lupa Brandon Mull dan masih banyak lagi. Gila, sih melihat hamba ini maniak sekali dengan genre fantasi.

Membaca Murakami adalah kebasurdan. Bagi hamba, dia susah ditebak dan tidak mau ditebak. Ah, susah mendeskripsikannya.

Sebenarnya Tuan, hamba membaca novel ini juga bersamaan dengan hamba membaca karya Dan Brown yang lain. Agak njomplang memang. Tapi mungkin ini sensasinya. Bagi pembaca yang tidak menyukai alur betele-tele, pasti dinasbihkan tidak akan lagi merampungkan bacaan ini. Percayalah. Selain pertanyaan mengenai eksistensi sang tokoh, Murakami membuat karyanya seperti realis.

Bahwa kadang yang terhampar pada pandangan kita bisa saja tidak mempunyai makna, atau bahkan hal yang kita nilai tidak bermakna justru memiliki maknanya. Setiap arus air yang mengalir, dia membawanya seperti instrumen klasik yang didengarkan Aomame di taksi ketika yang diputar adalah musik Janacek : Sinfonietta.

Sudah ada Norwegian Wood dan Kafka on The Shore yang masuk dalam list bacaan hamba selanjutnya. Baru juga menyelesaikan bab 5 dari Kafka on the shore. Mengenai remaja 17 tahun yang melarikan diri dari rumah dan pergi ke perpustakaan. Hamba akan menunggu, kapan hujan ikan sarden itu turun Tuan.

Ah, Murakami memang orang yang harus ditelaah terlebih dahulu sebelum calon jodoh hamba datang, Tuan. Hahaha

***

17 Juni 2020
09:00
Setelah Dan Brown, Murakami, kita lanjut Nawal el Shadawi.
Yg ketiga agak berat, meski tipis banget bukunya.
Ah, kenapa sih harus kerja jam 10
Ini gara-gara Yayak ngobrolin halu dan mbahas 3 novel itu. Arghhhhh, tulung!

Membaca Murakami Sebelum Calon Jodohmu
screenshoot from Cari Cats

No comments:

Post a Comment