Pages

Thursday, August 6, 2020

Bermain Peran


Ada seorang gadis yang kalut. Setiap pertemuan pada malam, dia terbelenggu. Hantu-hantu yang bergentayangan mampu merasuki jiwanya. Bahkan ketika untuk menengok cermin dia menyembunyikan paras ayunya. Ketakutan besar membelenggu setiap nafasnya. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan oleh manusia-manusia di luar sana yang begitu bahagia, Ketakutan itu mengintimidasinya begitu kuat. Untuk keluar dari celah saja ia terlalu banyak pertimbangan.

Tepat ketika, dia melihat orang-orang silih berganti di jalanan kota, ia merasa sepi. Ketika dilihatnya manusia saling bertegur sapa, membuatnya iri. Saat mereka saling bertukar senyuman, hatinya diliputi dengki. Ada apa dengan gadis itu?

Dimanakah aku mendapatkan yang didapatkan orang-orang kebanyakan?

Pertanyaan itu yang selalu dia gaungkan. Menghentaknya seakan dia adalah orang yang penuh dosa. Kemudian silih berganti. Antara takut, tidak berdaya dan tidak mampu. Ia merasa tidak berhasil tentang usahanya.

Bi-bisakah, kalian bantu gadis ini. Ia tidak percaya diri untuk meminta bantuan. Semua rasa itu, ia pendam. Hatinya seperti galian kuburan. Perasaannya itu menimbun keberadaannya tanpa banyak orang rasakan. Jika ada gadis yang tertawa lebar, dia sebenarnya ingin mengatakan, “aku ingin seperti dia.”

Semua berubah ketika, bertemu sekelompok orang yang menyambutnya dengan tangan terbuka. Lalu disambung dengan tawa sumbang milik mereka. Ia yakin, dalam kelompok ini ia masih berpura-pura. Ia tidak merasa kelakuannya aneh. Jika dia diterima dengan kata normal, maka ia harus berperan.

 “Berpura-puralah pada dirimu di depan orang-orang.”

Menjinakkan kebisingan. Menundukkan keterpaksaan.

**

06/08/2020

"kutipan dalam buku 'Reuni'

Bermain Peran

4 comments:

  1. Wah...kata-kata yang digunakan keren lho mbak. Kalau ceritanya lebih panjang lagi pasti lebih menarik... Atau mau dibikin sambungannya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo kak Astria Tri ANjani, terima kasih sudah berkunjung.

      Wah kemungkinan besar tidak mbak, hehehe. Lagi gemar bikin cerita mini yang tak berbentuk gini wkwkwk.

      Delete
  2. Terkadang kita memang perlu bersikap seolah bukan diri kita di depan orang. Terutama orang yang baru dikenal. Kurang lebih gitu ya kak, hehe..

    Salam kenal kak Nabil..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Kyndaerim, terima kasih sudah datang berkunjung.

      Yup. apalagi di depan orang baru yang baru dikenal, kadang ilmu kek bukan menjadi diri sendiri dipakai. wkwk

      Delete