Pages

Sunday, November 8, 2020

Senandung Sore Hari


Sore sudah membeku. Tidak seperti biasanya.

Sehari-hari awan di sore hadir dengan membawa peluh dari asa perjuangan hari ini. Menitik deras dan meninggalkan bekas. 

Seperti biasa, yang tersisa hari ini adalah dingin dari ketidakhadiran yang tidak pantas datang. Harusnya. Tapi bumi berjalan seperti biasa. Meghadirkan pagi dan temaram bersama petang. Rotasi yang tidak pernah putus. 

Kehadiran seseorang sudah tentu mengisi kekosongan, seperti yang dirasakan Cahaya. Ia tidak sadar bahwa sore sudah membawanya tersadar. Bahwa penat hari-hari yang dijalaninya mungkin tidak seberapa. Tidak pantaskah manusia berkeluh kesah di saat rahmat Sang Semesta selalu hadir, bukan?

Seperti yang aku bilang, sore itu biasa.

Seperti yang seharusnya. Memesan paha bakar ditemani cah kangkung sembari menunggu teman di warung makan lesehan belakang kampus. Berdiskusi banyak hal soal proyek-proyek sosial. Mengeluarkan buku kecil berisi catatan ringkas dan merangkumnya. Apapun hasil diskusi sore itu, dia selalu meninggalkan jejak. Setiap kalimatnya bernyawa. Seolah mengungkapkan perasaan yang sebenarnya sore itu juga.

Tapi toh, seperti yang aku bilang. Sore selalu hadir tidak biasanya. Terkadang, dia melewati dengan penat dan malas luar biasa. Menghela dan mengembuskan napas berkali-kali. Tidak terima dengan alur hidup yang dia rasakan hari itu. Sore juga menghadirkan kekecewaan. 

Suatu waktu, pada sore hari, Cahaya berdiri di panggir kali. Menatap ufuk senja. Ah, anak senja yang melankolis itu juga ada dalam dirinya. Sesekali dia hanya menyesap es teh plastik dan menggenggamnya sambil bergumam. Lagi-lagi soal kesendirian dan keputusasaan. Lebih banyak soal kekecewaan. Paling banyaknya soal beban hidup yang dia jalani.

Ah, kapan coba dia merasa bahagia di sore hari. Sangking setiap sore dia harus menjalaninya dengan perasaan yang campur aduk. 

Mendesah dan terpikir kembali. Akankah besok dirinya sanggup berhadapan dengan sore? Atau setidaknya seculas senyum miris yang patut dia banggakan. Bahwa dia sudah melewati hari hingga sore hari.

(*)

Minggu 8/11/2020
sore hari, 17:11

Senandung Sore Hari


No comments:

Post a Comment