Pages

  • Home
  • Tumblr
  • linked
facebook linkedin twitter youtube

Rumah Dialektika

    • About Me
    • Renjana
    • Cerita Pendek
    • Opini
    nabila chafa:


    The 7 Laws of  Happinnes
     Ringkasan :
               
                Banyak orang yang meracunkan kebahagiaan dengan kesenangan. Kesenangan bisa dicapai dari hal-hal yang bersifat fisik. Ini menghasilkan kepuasan, tetapi kepuasan yang dihasilkannya tidak akan bertahan lama. Kebahagiaan dan Kesenangan adalah dua jalan yang membentang dengan arah yang berlawanan. Dengan demikian, ketika memilih jalan kesenangan, kita sebenarnya sedang berjalanan menjauhi jalan kebahagiaan. Sebagai manusia, kita memang lebih mudah terjebak ke dalam jalan kesenangan ketimbang menyusuri jalan kebahagiaan.
                 Jalan kebaikan senantiasa berakhir pada kebahagiaan sementara jalan kesenangan sering berakhir pada kesengsaraan. Sukses berarti mendapatkan apa yang Anda inginkan, sementara bahagia adalah menginginkan apa yang anda dapatkan. Sukses ukurannya adalah kuantitas. Ukuran kebahagiaan adalah kualitas. Kebahagiaan tidak mengacu pada pencapaian, tetapi pada proses.
                            Menjadi Bahagia…
                            Kita tidak membutuhkan apa-apa.
                            Kita hanya membutuhkan diri kita sendiri.
                            Untuk menjadi Bahagia…
                            Anda tidak perlu membuat target-target.
    Anda tidak perlu mengejar apa pun.
    Menerima keberadaan Anda apa adanya,
    Bersatu dalam kepasrahan dan dalam kekinian.
    Pikiran adalah kunci utama perubahan. Seluruh diri kita adalah hasil dari yang telah kita pikirkan. Jadi, apa yang terjadi pada diri kita sekarang ini adalah hasil dari pikiran kita pada masa yang lalu. Apa yang akan terjadi pada kita di masa yang akan datang adalah hasil dari yang sedang kita pikirkan sekarang.
    Prinsip-prinsip Pikiran :
    1.      Kekuatan terbesar kita adalah kemampuan memilih pikiran.
    2.      Kita tidak dapat mengontrol perasaan kita secara langsung, tetapi dapat mengontrol perasaan kita dengan cara mengontrol pikiran.
    3.      Kita tidak dapat berhenti berpikir. Dalam kondisi apa pun, kita selalu memasukkan makanan ke pikiran kita.
    4.      Kita hanya dapat memikirkan satu hal dalam satu waktu.
    Tak mungkin mengerjakan beberapa hla sekaligus. Kita melakukannya secara bergantian, bergantung pada stimulasi yang paling menarik perhatian saat itu.
    5.      Pada saat kepala terinfeksi pikiran negatif, anda dapat membuangnya saat itu juga.
    6.      Kemampuan mengubah pemikiran adalah seperti otot; dapat tercipta berkat latihan dan disiplin yang sungguh-sungguh.
    7.      Pikiran tidak dapat membedakan mana kejadian yang telah lama terjadi dan mana kejadian yang baru saja terjadi. Begitu memikirkan kejadian yang Anda alami walaupun telah berlangsung lama, Anda akan merasa seolah-olah kejadian tersebut baru saja terjadi.
    The 7 Laws of Happiness atau Tujuh Rahasia Hidup yang Bahagia adalah Tiga rahasia yang pertama berkaitan dengan hubungan kita dengan diri kita sendiri. Tiga rahasia kedua berkaitan dengan hubungan antara kita dan orang lain. Satu rahasia yang terakhir berkaitan dengan hubungan antara kita dan Tuhan.
    Rahasia 1: Sabar (Patience)
    Sabar adalah dasar dari segala hukum yang lain. Tanpa sabar, tak mungkin pula kita bisa menemukan kesederhanaan dalam setiap masalah yang kita hadapi. Tanpa sabar, kita tidak akan pernah mencapai kepasrahan.
    Sabar adalah kunci dari segala kunci, sumber dari segala sumber kebahagiaan. Bagi orang sabar, tak ada kata tak bisa. Tak ada kata tak mungkin untuk dilakukan. Keberhasilan hanyalah masalah waktu. Hanya orang yang sabar yang akan mendapatkan keinginannya.
    Rahasia 2: Syukur (Garatefulness)
    Bersyukur adalah sebuah proses berhenti sebentar di setiap momen dan menikmati momen tersebut. Kombinasi sabar dan syukur akan menghasilkan kebahagiaan yang luar biasa. Bersyukur tidak ditentukan oleh sesuatu yang kita dapatkan (factor eksternal) tetapi lebih pada kondisi internal. Rasa syukur juga akan sangat ditentukan oleh karakteristik diri Anda sendiri. Rasa syukur juga bergantung pada seberapa besar usaha yang kita lakukan untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.
    Semakin besar rasa syukur kita, semakin besar pula kenikmatan yang kita peroleh. Keberhasilan adalah mendapatkan yang kau inginkan, kebahagiaan adalah menginginkan yang kau dapat. Jika tak mampu bersyukur atas apa yang kau peroleh, bersyukurlah karena hal yang tak kau dapat.
    Ada 3 musuh Kedamaian Pribadi :
    1.      Penyesalan akan kesalahan kemarin.
    2.      Kecemasan akan masalah besok.
    3.      Tidak adanya rasa syukur untuk hari ini.
    Rahasia 3: Sederhana (Simplicity)
    Simplicity atau membuat jadi sederhana adalah kemampuan kita melihat hakikat. Yang terjadi di dunia ini sangatlah sederhana, tetapi kita sering melihatnya dengan sangat rumit. Masalah terlihat rumit karena kita kehilangan perspektif. Kita tidak dapat melihat masalah sebagai mana adanya. Kita melihat masalah dari tempat dimana kita berada. Tempat ini sangat terbatas dan inilah yang membuat kita tidak dapat menemukan esensi persoalan yang sebenarnya. Solusinya sangat sederhana saja, kita “keluar dari kotak” dan memandang masalah tersebut dari sudut pandang yang berbeda.
    Rahasia 4: Kasih (Love)
    Bagi orang-orang yang mencintai, cinta itu sendiri telah menjadi sebuah kebahagian dan kemengan sejati, apalagi bagi orang yang di cintai. Cinta yang di bicarakan di The 7 Laws of Happiness adalah cinta yang universal, bukan cinta birahi. Inilah cinta yang paling mendasar, cinta yang paling universal, cinta yang bersifat melepaskan, dan cinta yang tidak mementingkan diri sendiri. Cinta yang dimaksud adalah sebuah cinta yang jauh lebih fundamental dan universal. Sedangkan cinta birahi diwarnai dengan oleh gairah, hasrat, serta keinginan untuk memiliki dan menguasai. Cinta birahi terkait dengan membutuhkan segala sesuai dengan harapan kita. Karena cinta ini bersifat transaksional.
    Cinta universal adalah cinta yang kita berikan dengan cuma-cuma. Orang yang kita cintai itu bisa saja tidak menguntungkan kita, mengecewakan kita, tidak memenuhi harapan kita, tetapi kita tidak berhenti mengasihinya. Inilah cinta yang murni, yang tidak didasarkan pada kalkulasi untung rugi, tetapi bersifat Transformasional dan Mencerahkan. Cinta yang dimaksud lebih didorong oleh keinginan manusia untuk meraih kebahagiaan, yang intinya adalah kerinduan akan kesatuan, untuk mengatasi perasaan terpisah kita.
    Rahasia 5: Memberi (Giving)
    Manifestasi kasih selalu dalam tindakan memberi, apapun bentuk pemberiannya. Kasih adalah paradigma, sementara memberi adalah perilakunya. Dengan melihat factor ini, kita dapat mengelompokkan perilaku manusia ke dalam 4 tipe :
    1.      Orang yang mengasihi tetapi tidak memberi.
    2.      Orang yang mengasihi dan mewujudkan kasih itu dalam bentuk tindakan memberi.
    3.      Orang yang memberi tetapi pemberiaan tersebut bukanlah didasari oleh kasih.
    4.      Orang-orang yang tidak mengasihi dan juga tidak memberi.
    Kebaikan dalam kata-kata menghasilkan keyakinan. Kebajikan dalam pikiran menghasilkan kedalaman. Kebajikan dalam memberi menghasilkan rasa kasih.
    Rahasia 6: Memaafkan (Forgiving)
    Memaafkan adalah melepaskan masa lalu. Memaafkan berarti tidak memberikan tempat bagi masa lalu merusak kesempatan kita untuk berbahagia dimasa sekarang. Memaafkan sangat diperlukan karena hanya dengan memaafkan kita dapat menutup masa lalu yang kelam dan menyongsong masa kini yang begitu indah dan begitu penuh. Orang yang tidak dapat memaafkan pastilah tidak dapat menikmati masa kini dan menyongsong masa depan.
    Salah satu cara yang efektif untuk memaafkan orang lain adalah berusaha memahami orang tersebut. Memahami dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, Memahami ketidaksempurnaan.  Perlu pemahaman bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan bahwa sesungguhnya kesempurnaan manusia justru terletak pada ketidaksempurnaannya. Kedua, memahami orang lain dengan cara menempatkan diri kita diposisi orang tersebut. Kita senantiasa berusaha menempatkan diri kita diposisi orang lain, tetapi kenyataannya tidak bisa melepaskan posisi kita sekarang.
    Kekesalan memberimu keberhasilan. Jadilah orang yang pertama kali memaafkan; senantiasa memaafkan dirimu lebih dulu.
    Rahasia 7: Pasrah (Surrender)
    Pasrah adalah kata kunci dari semua perjalanan kita. Pasrah adalah kata pamungkas yang akan menyadarkan kita bahwa segala usaha dan kemampuan kita ada satu kekuatan yang berada diatas segala kekuatan. Memasrahkan diri secara total kepada Tuhan dapat kita yakini sepenuhnya bahwa Tuhan dapat dipercaya.
    Tingkat 1: Menyakini bahwa Tuhan itu ada.
    Tingkat 2: Percaya bahwa Ia senantiasa melindungi.
    Tingkat 3: Percaya bahwa Ia Maha Mengetahui segala sesuatu.
    Tingkat 4: Percaya bahwa Ia senantiasa memilihkan yang terbaik untuk kita.
    Pasrah barulah dapat dilakukan setelah Anda lakukan kerja keras. Dengan kerja keras dan kemudian memohon pertolongan Tuhan, Anda sebenarnya sedang memohon peluang Tuhan untuk bekerja.

    Menyerahkan semuanya kepada Tuhan akan membuat kita pasrah, tenang dan relaks. Hal ini akan sangat sulit dilakukan apabila kita tidak percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Kepercayaan seperti ini, adalah bentuk kepercayaan tertinggi karena kita tidak sekedar percaya bahwa Ia ada, tetapi kita benar-benar menyerahkan segala diri kita sepenuhnya dalam kehendak-Nya.
    Continue Reading
    nabila chafa:
    *) mengingat kembali persahabatan yang terikat dari organisasi kecil bernama PRAMUKA.... ) dan kita dipertemukan di sana. UNTUK IDA, teman sebangku, untuk dia yang memperkenalkan dunia kemandirian padaku...


    Untuk kamu da, ini ceritanya :)




    Waktu ‘tadi malam’ itu
    Aku marah. Masalah perkemahan belum clear benar. Dana sekolah belum cair. Technical Meeting untuk PTA tidak ada seorang pun yang datang. Aku menunggu gelisah. Terpekur dengan keadaan tak berjarak. Menyakitkan. Proker keduanya pramuka gagal tanpa peserta. Hidungku basah. Mataku lembab berair. Aku menangis.
    Aku menyadari. Sekolah semegah ini hanya 8 orang anggota Subsie pramuka dari 330 anak lebih. Kenapa hanya 8 orang ? Halo, yang lain pada kemana?? Rasa-rasanya aku ingin membubarkan subsie ini. Subsie yang kata orang sungguh membosankan ini. Siapa yang patut disalahkan jika hal ini terjadi. Mengapa juga angkatan atasku tidak becus mendidik kami. Hanya marah tanpa tahu situasi dan kondisinya. Aku juga bisa. Sekarang aku muak.
    Aku kembali ke rumah dengan kadar emosi yang tinggi. Susah terkendali. Mengurusi proker sebesar ini hanya segelintir orang yang mau kerja. Merekalah yang masih punya sedikit integritas dan dedikasi. Sedang yang lain, mereka tak tampak. Kabur. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan saat waktu melewatiku. Tanganku kaku. Aku pun lunglai dalam naungan dunia yang terlelap gelap. Usai hidup menampakkan kemewahannya. Aku membayangkan perkemahan dalam bulatan duka. Aku tak tega.
    Tanggal 26 Januari 2012, H-1 PTA diadakan. Aku tak tahu apa yang harus dikerjakan. Aku menunggu perintah dalam kebekuan. Ida, temanku yang berbuat lebih banyak. Aku menatapnya yang berseliweran sangking padatnya deadline  yang harus dipenuhi. Aku memikul gulungan kapas satu ton sedang dia memanggul berton-ton bijih besi yang penuh kepenatan. Mengenaskan. Aku terlanjur putus asa. Aku tak punya tenaga. Tak tahu pula harus membagi kesedihan ini dengan siapa. Keputusasaanku terbawa angin hangat yang membakar semangatku. Jatuh bagaikan abu. Ida melihatku. Menepuk pundakku pelan. Aku menangis dalam keterdiaman. Semakin lama waktu mendekatiku dan aku hanya mengacuhkannya. Aku tahu, dia lebih menderita dibandingkan aku.    
    Ida menyuruhku untuk survey tempat di bumi perkemahan yang rencananya menjadi tempat kami berkemah. Daerah barat daya. Di kaki sebuah gunung. Aku berangkat bersama kawanku. Memotong dinginnya jalan dengan semangatku. Seolah angin mempunyai ruh untuk membisikku tentang semangat yang tak pernah padam. Ku toleh awan yang menggantung dengan konyolnya di langit. Mereka berarak dengan harmonisasi yang teratur. Seolah mereka percaya ada jalan di balik ini semua. Barangkali potongan-potongan waktu menjawab semua pertanyaanku. Aku masih menunggu.
    Hari ini tepatnya acara Penerimaan Tamu Ambalan itu diadakan. Pukul 6 pagi aku sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Tas punggung yang banyak menampung barang bawaan. Tentu saja seragam pramuka lengkap tak ketinggalan. Seragam kebanggaan. Pagi hari di sekolah, semua aktivitas baru dimulai. Masih ada daftar list yang memuat hal-hal yang kurang. Kami menunggu truk tiba dengan melengkapi kekurangannya. Semuanya terasa penuh kerja sama. Sensasinya menyeruak terasa di bulu kudukku. Aku kecipratan olehnya. Tanpa sela. Tanpa Tanya. Semuanya tahu apa yang perlu dikerjakan. Karena alam yang menceritakannya.
    Perjalanan dari sekolah sampai ke bumi perkemahan memakan waktu 2 jam menggunakan truk yang disewa Ida. Bahu membahu para peserta tampak saat mereka menaiki truk dan menatanya dalam kesibukan mereka. Aku menyipitkan mata, menghitung. Sembilan raga peserta yang ikut. Hanya segelintir orang saja yang mau dan mampu membantu. Aku masih bersyukur dengan keadaan ini. Ada yang peka. Tapi, tak kupungkiri  hati ikut bersedih. Merintih. Mengapa harus terjadi semua ini? Masih adakah penderitaan lagi di ujung sana? AKu tersiksa.
    Sesampainya di tempat, kami membongkar muatan. Memasang tenda ramai-ramai. Lalu upacara pembukaan. Semuanya teratur terkendali. Sampai bencana itu datang. Tak kasat mata dan terjadi di ujung matahari melenyapkan diri dari permukaan bumi. Saat gumpalan awan putih naik melewati bukit perkemahan kami. Saat itu semua posisi berjarak jauh. Teracak karena susah mengoordinasi. Lidahku kelu. Haruskah ini terjadi. Gemuruh petir membelah peradaban. Aku membeku. Tak beranjak.
    Semuanya pontang-panting. Membicarakan tangisan alam yang memecah jerit tangis hatiku. Usahaku  nol besar. Hanya mengangkuti barang ke tempat yang lebih kering. Hal ini berlanjut sampai malam tiba. Malam yang dipenuhi kedukaan. Dinginnya malam membekukan suasana. Tak ada lagi tawa seperti hal yang semestinya. Aku terlarut menjadi pecahan-pecahan es yang menghujani ulu batinku. Memandangi percikan-percikan air yang jatuh, kosong. Berharap Tuhan memberikan kehangatan. Tak terputus doaku untuk-Nya. Tapi tak terjawab. Satu dua orang peserta tumbang gara-gara tragedi ini. Seragam pramkaku… lupakanlah. Terbawa tiupan angin dan air yang menggigil. Kesekian kali aku tak mengerti. Diperbudak oleh keadaan. Keyakinanku hancur. Balutan waktu kadang tidak sejalan secara sistematis. Apalah arti kiriman hujan tanpa kita tahu isinya. Aku masih tergugu bersama keabstrakan waktu. Memeluk angin yang susah diraih. Menangis dalam diam.
    “Ayo, bil!” Keburu dingin!” ujar temanku. Aku mengangguk. Mengekor di belakangnya penuh kesedihan. Entahlah, lama aku diam. Kosong. Aku tak tahu pasti apa yang harus dilakukan. Mengadu pada Sang Kuasa untuk menopangku dari belakang. Dari keletihanku.
    Malam semakin larut. Temanku, Amal menyewa vila terdekat. Barang bawaan kami titipkan di aula warga. Kami para peserta dan panitia dalam satu atap rumah penuh kehangatan dibanding penjara dingin di luar. Akan lebih kacau jadinya jika kami nekat mendirikan perkemahan diantara pekatnya malam. Aku tak peduli apa kata orang bilang, kami sia-sia ada di sini tanpa berkemah. Tidakkah mereka berpikir jika kawanku limbung dengan nyawa karena kedinginan. Tidakkah hati mereka peka akan gambaran orang memperjuangkan hidup antara kematiannya. Akulah ketua pelaksananya. Jadi di pundakkulah aku memberi mereka kesempatan hidup dalam nyawa mereka. Tanggung jawabku.
    Meskipun tangisan saat hati kehilangan kata. Tak memberiku jawaban yang semestinya. Aku akan lakukan yang terbaik untuk semua ini. Tak ada api unggun malam ini. Tak apa. Rajutan waktu akan membuka tabir malam. Hamparan keterjangkauan alam raya berselimut tangis dan duka. Kesekian kali aku merintih tapi lebih banyak orang yang bersedih. Jiwaku bergetar ingin merengkuh malam. Jika aku  bisa, tak kubiarkan awan putih itu merancau. Tak kubiarkan pekikan kedukaan menyelimuti malamku. Andai aku bisa memeluk awan. Walaupun aku menggurutu, toh tak ada hasilnya. Ini semua sudah terjadi. Air tak bisa ditanya. Awan hanya mengantar rezekinya. Kupandangi langit yang dilingkupi kebimbangan. Suara alam merdu. Langit susah menembus hiasan bengis awan. Seakan mereka sedang merangkai cerita bersama. Cerita penuh makna dari alam raya. Tak ada duanya.
    ♪♫
    Hari kedua, perkemahan PTA. Semuanya frustasi dengan kejadian kemarin malam. Termasuk aku. Sosok tegar itu, inspirasiku. Teman yang selalu ada di belakangku. Mendukung di saat aku lemah. Kini ia ada di barisan depan. Memimpin kami semua untuk jalan sehat. Semuanya tahulah. Keadaan seperti ini -sepagi ini- bisa membekukan kulit. Tapi dia bersemangat. Aku tak tahu, dia kemasukan malaikat apa sampai seperti itu. Ku sunggingkan senyum yang entah akhir-akhir ini jarang ku tampakkan. Memang seperti ini seharusnya. Kemah yang menceriakan. Bukan penuh kedukaan.
    Hari kedua adalah hari terakhir kami berkemah. Dua hari satu malam adalah ijin yang diberikan sekolah kami untuk mengadakan acara perkemahan ini. Tidak lebih. Truk sudah stand by beberapa menit yang lalu. Dialah yang akan mengangkut kami semua pulang. Kembali ke sekolah. Semua orang bersiap-siap meletakkan barang bawaan. Bergotong royong membawanya. Memasukkan segala perlengakapan dalam truk. Detik ini pun tiba. Meninggalkan bumi perkemahan. Meninggalkan semua kedukaan dan kesedihan. Dibawa pergi oleh haluan awan. Entah kemana. Takkan pernah kembali untuk saat ini.
    Semuanya lelah. Itu sudah jelas. Bima, peserta kemah itu kini tergeletak limbung di sisi kelas XII. Mengatur tempat untuk segera melayang dengan alam mimpinya. Jujur, kemarin malam tak ada yang bisa tidur nyenyak dalam villa. Aku tahu. Aku paham. Waktu terakhir ini adalah makan. Kami lelah dengan makanan yang dipesan Ida, bejibun banyaknya. Akan sisa banyak makanan ini semua. Kebersamaan terakhir anggota Pramuka. Makan bersama. Melepas lelah dengan obrolan hangat. Tentang cerita tadi malam yang tak hentinya dibicarakan. Sekarang rasanya berbeda. Segala sesuatu yang diobrolkan tentang kisah tadi malam semakin menyenangkan saja. Aku tak tahu dari sudut pandang mana hingga cerita itu begitu menganggumkan untuk dikenang.
    Adalah kisah tadi malam. Kisah perkemahan yang –sedikit- gagal. Semuanya usai. Menjadi butir cerita konyol. Saat terpeleset oleh lumpur. Tentang barang bawaan yang basah kuyup dilindungi dinginnya malam. Tentang peristiwa toilet penuh karena kami. Semuanya lucu. Tadi malam adalah kisah mengenai kombinasi hangat semua rasa. Tadi malam bagaikan pemen gula-gula rasa manis. Kami cicipi bersama dan melewatkannya begitu saja. Dua sangga Cakra Bakara dan Candra Smaga akan dikenang sepanjang asa, melewati pekatnya malam berembun dengan permen gula-gula manis. Akan terasa manis. Entah sampai kapan.
    ♪♫ end.

    Continue Reading
    nabila chafa:
    * dalam rangka mengikuti sayembara #SayembaraTulangRusukSusu dari bang @IndraWidjaya dan @Bukune...



    Ng… Itu Kode?
    By: Nabila Nurul Chasanati
    Oke. 

    Kadang aku membenci bagian dalam perjalanan hidupku yang entah aku juga tidak tahu bagaimana alurnya. Aku belum pernah menjalin sebuah hubungan sebelumnya. Sebelum dan sesudah dari ini semua. Tidak pernah. Dan aku tidak berani. Entahlah… 

    Aku belum pernah merasakan ada seorang pria yang menggenggam jemari tanganku dan membuatnya tertunduk terpaku. Saling menatap lebih dalam lagi. Dan menemukan sejatinya hidup yang terisi sempurna. Benar-benar peristiwa yang aku ingin alami sendiri dengan kesadaran penuh, bahwa aku menginginkannya. Aku benci mengatakannya. Dari sejuta umat yang bernama manusia kenapa hanya aku yang tidak mengalaminya. Aku tak tahu dan tak mau tahu juga. 

    Dan inilah kisahku, saat peristiwa itu benar-benar terjadi. Satu kejadian yang meruntuhkan peradaban kesendirianku seumur hidup. Tapi entahlah, tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan juga. Tapi aku ingin orang itu sadar dan mengerti betapa aku ingin dia kembali. 

    Sama seperti bahasa kriminal. Sebut saja namanya Rama. Ng… sebenarnya memang itu nama belakangnya. Dia adalah kakak kelasku di SMA. Orangnya lebih pendiam, tidak banyak aneh-aneh –kaum cowok yang nyaris sempurna dengan keluguannya--, seorang jenius Fisika –dan aku mengaguminya- dan yang membuat aku susah menelan ludah, dia adalah playmaker basket di SMA-ku. Saat itu jaman-jamannya DBL, sebuah pertandingan kejuaruan seleksi antar kota untuk menghadapi kejuaraan Nasional. Yaa, dia masuk tim inti dan dari apa yang aku curi dengar saat mencari informasi tentangnya adalah dia menjadi tim inti sejak kelas satu. Satu hal lagi yang membuat dia terlihat sempurna dalam cover tubuh yang lugu itu, dia jago untuk desain grafis. 

    Dia adalah jenius yang dengan kesempurnaanya mampu meruntuhkan diriku seketika. 

    Aku masih polos waktu itu. Baru saja menjadi murid baru di SMA setelah melepas warna putih biruku. Tetapi terlalu pintar untuk menemukan sosok yang bagiku sangat langka itu. Dan sungguh, itu adalah nyata. Bukan fiktif belaka yang ingin aku katakan. Dan ini juga bukan cerita sinetron-sinetron kebanyakan. Coba deh, bayangkan jika kalian hidup dan menyadari fakta yang benar-benar kategori the one and only itu? Apa yang akan kalian rasakan? Menyukainya bukan? Oh ya, kecuali satu hal. Dia benar-benar tidak berpolah petakilan sama seperti kebanyakan cowok sok di luar sana. Itu agak membuat dirinya tenggelam dari hingar bingar kepopuleran dan sejajar dengan makhluk awam di sekolah. Kadang membuat sosok menawannya kabur dari bayang-bayang keluguan dan bahkan tidak terpikirkan di benak orang. Itu masalahnya, mungkin.
    Aku getol banget mendekatinya. Semampuku, tentunya. Karena yang sadar akan keberadaan makhluk unik yang seperti itu juga lumayan banyak. Aku bersaing dengan sesama angkatan kelas sepuluh, ada dua anak sainganku, yang aku ketahui. Lalu dari kakak kelasku sendiri, ada tiga orang waktu itu. Tapi anggap saja hanya satu orang kakak kelas yang benar-benar menyukainya. Dan juga, anggap saja hanya aku satu-satunya anak kelas satu yang juga getol banget saingan memperebutkannya. 

    Oke, I’m freak. Sadar juga bahwa pasti lelaki itu, ng… Rama tidak akan melirikku karena polahku. Tapi sungguh, aku juga melakukannya dengan menjunjung dogma slow but sure. Tidak seperti kakak kelasku itu. Tapi secara persaingan, cewek itu memang menang telak. Dan cewek itu sebenarnya sudah mendapatkan hatinya, karena setiap basa-basi yang sering dia lontarkan pasti mendapatkan balasan dari Rama. Tentu saja, karena tingkahnya itu, aku ibaratkan seperti buntut bebek, kemana saja dia ikuti. Tidak sepertiku. Secara waktu dan kesempatan, aku tidak terlalu punya.

    Ya sudahlaaah…

    Tapi aku menyukainya. Sangat menyukainya. Sebenarnya, apa yang aku lakukan tetap saja sama. Tidak berubah, Ya, walaupun perubahan drastis yang aku lakukan masih kategori pendekatan. Tidak gencar seperti apa yang dilakukan kakak kelasku itu. Usahaku hanya sepele sebenarnya, tetapi terlalu sering aku lakukan. Seperti, berangkat sekolah tepat seperti jam dimana dia sering berangkat juga. Biar tidak disengaja aku bertemu di parkiran motor dan menyapanya. Hanya sapaan ‘Hei, kak…’ tapi lebih sering, bahkan aku usahakan agar setiap hari aku melakukannya. Dan itu juga menurutku masih kategori biasa. Pasti dia juga percaya bahwa ini hanya pertemuan yang tidak sengaja. Tanpa berpikir bahwa sebenarnya aku selalu berusaha berangkat ke sekolah tepat jam berangkatnya. Dan bagian dari kesengajaanku juga. Lalu, aku lebih sering mondar mandir di depan kelasnya. Seolah-olah dengan alibi aku pergi ke kantin dan memakai tangga timur agar dapat berjumpa dengannya dan menyapanya tepat saat dia juga akan keluar kelas. Kali ini usahaku terkadang berhasil kadang tidak. Karena dia juga bukan tipe orang yang selalu akan meninggalkan kelas saat jam istirahat tiba. 

    Sebisa mungkin aku melakukan semua alibiku dan getol selalu melihat wajahnya setiap hari. Bukannya mau melambai juga, tetapi saat aku sehari tidak bertemu dengannya itu, rasanya ada yang kurang. Ada sesuatu yang … susah kujelaskan bahwa aku sangat merindukannya. Sungguh! 

    Mungkin kali ini aku mengalami sebuah tantangan. Maksudku, dalam hidupku baru kali ini aku merasakan diriku semakin gila saja saat menyukai Rama. Karena entahlah, nama itu yang selalu aku ingat sebelum tidur untuk mendoakannya agar dia baik-baik saja dan nama yang selalu aku dengungkan setiap pagi untuk doa permohonanku agar aku bertemu dengannya nanti di sekolah. 

    Usahaku masih sama seperti sebelumnya. Dan waktu untuk ujian semesteran pun datang juga. 

    Surprise!

    Aku mendapatinya sebagai teman satu bangkuku dalam ujian semesteran. Gila! Kupastikan segala hal yang aku persiapkan untuk ujian bisa luntur seketika jika takdir memasangkan kami berdua. Oke, sebenarnya yang bermasalah adalah aku bukan dia, I mean. Aku tak yakin sepanjang ujian aku masih bisa berkonsentrasi atau tidak. 

    Sudahlah. Ini yang namanya takdir 

    “Sudah belajar, dik?” tanyanya ramah saat dia tiba di bangkunya. Aku menggangguk lemah. Ya, sejujurnya yang aku jadikan konsentrasi berpikirku, seberapa kuatkah magnet yang ada di diri Rama sampai menjeratku? Ng… seandainya tidak begitu dalam, seharusnya aku tidak sekhawatir seperti ini. Berpikir negatif jika suatu waktu aku tidak mampu untuk mengerjakan soal ujianku. Alay? But it’s real. 

    Terserah kalian mau berpikir seperti apa. Yang aku lakukan adalah mengerjakan cepat-cepat tetapi dengan benar lalu melamun memikirkan dia yang ada di sebelahku. Yaa, walaupun aku tidak yakin hasil dari kerjaku. Melihat kelelahannya dalam berpikir. Dan aku suka. Maksudnya menikmati sensasinya. Karena benar-benar rasanya sebuah tantangan dan aku tertantang. 

    Berangsur-angsur terjadi dalam satu minggu penuh. Dan aku ingin waktu berhenti berdetak saja, rasanya. 

    “Kak, hari ini hari terakhir.” Kataku mengingatkan. Aku ingin dia tahu kalau aku benar-benar merasa kehilangannya setelah seminggu ini kami menjalani tes. 

    “Iya, tidak berasa, cepat sekali.” Sahutnya kalem. 

    Lalu hilang seketika. Setelah tes, biasanya diadakan tes remidi untuk beberapa anak yang nilainya kurang. Oke, bagian yang selalu aku rindukan untuk tetap stay di sekolah, pupus sudah. Maksudku, Rama bahkan tidak pernah masuk sekolah mentang-mentang tidak ada remidi. Setidaknya aku rindu dengan hidung bangirnya itu. Tidakkah rasanya menyakitkan kalau tidak melihatnya sehari saja. 

    Sialan!

    Lalu tidak ada cerita selanjutnya. Dan sialnya Rama dengan saingan terberatku itu masih langgeng-langgeng saja. Hampir satu bulan berjalan, dan aku harus menikmati ketersiksaan karena tidak melihat dia selama kurang lebih  dua minggu lebih karena libur semesteran. Ini gila! Aku online di media sosial, tapi dia tidak juga nongol. Kali ini aku menyerah. 

    Setelah penderitaan itu berakhir, aku dikejutkan dengan selentingan kabar bahwa dia sudah jadian dengan kakak kelasku yang menjadi saingan terberatku untuk mendapatkan Rama itu. Sudahlah, aku ingin dunia berakhir sebenarnya. Galau akut aku jalani. Rasanya menyesakkan saja, di dada.

    Walaupun sebenarnya dia bukan menjadi milikku. Kebiasaan yang tidak bisa aku lepas masih saja mengikutiku. Misalnya, masih keseringan berangkat tepat jam keberangatannya di sekolah. Masih menunggunya di taman belakang sekolah untuk memastikan dia pulang. Lalu masih mendukungnya secara heroik untuk pertandiangan basket di event sebesar DBL. Tapi sudahlah, memang usahaku benar-benar sia-sia saja. 

    Aku menceritakan ini untuk membuka lembaran cerita masa lalu yang terkubur bersama puing-puing kegalauanku yang lain. Untuk cerita empat tahun yang lalu. Saat aku menceritakan ini kembali seperti mengorek masa laluku yang mengenaskan. Dan selalu saja begitu. Tak ada kisah yang berakhir semanis madu. Tapi, entahlah, aku menikmatinya saja. Malah terbilang lucu kala aku mengingatnya. 

    Dia kuliah di kampus terbaik di Indonesia. Mengambil jurusan teknik sipil. Bukan bidang desain grafis atau apalah, mengingat bakatnya yang luar biasa. Dia juga eksis dengan basket kampusnya. Sampai sekarang Rama masih saja bersinar. Dan selalu membuatku ingin kembali mendambakan sosoknya. 

    Aku tak tahu maksud Tulang Rusuk Susu yang sebenarnya yang sering didengung-dengungkan Om Indra Widjaya, tapi bagiku dia bagaikan sepasang sepatu terbaikku yang hilang. Langkahku juga tidak senyaman saat sepatu pasangannya itu tidak ada. Oke, ini berlebihan. Tapi jika suatu saat nanti, dia  kembali, aku ingin  menegaskan bahwa dia adalah orang yang membuat kegalauan akutku selalu kambuh. 

    “Ram, orang yang tidak bisa move-on itu merepotkan sekali ya, contohnya nih, akuu…” 

    Setidaknya kalimat itu mampu mewakili segala apa yang ada. Aku juga menyesal di bagian bahwa aku tidak mampu mengungkapkan perasaanku. Maksudku, apa dia juga tidak sadar akan kode yang selalu aku tandakan. Oh, kemungkinan dia selalu merasa ketidaksengajaan itu adalah sesuatu yang wajar. Tanpa pernah berpikir, bahwa ketidaksengajaan kami bertemu adalah skenario yang selalu aku buat. 

    Untuk A*** Rama*** untuk kisah indah, yang hanya bertepuk sebelah tangan. Aku juga tidak yakin, bahwa kamu tulang rusuk permanenku. Seharusnya kamu mempelajari kode yang sering aku lakukan. Dan setidaknya pula, kau membalasnya dengan kode yang membuatku betah menjadi penggemarmu. Ng… Seharusnya juga, kita tidak akan saling memberi kode saat tak ada batasan diantara kita. Itu seharusnya.

    Dan, pertanyaan akan kesendirian akan hidup datar dan hambarku terjawab sudah dengan sesosok yang nyolong masuk begitu saja dalam hidupku. Seperti sup, dan kau adalah bumbunya. Membuat masakan lezat tidak hanya hambar. Itu yang aku maksud tentang keberadaanmu diadukan supku. Sesosok Tulang Rusuk… Ng, seharusnya permanenku. Semoga. Dan itu doaku untukmu. Ng… terima kasih. 

    Omong-omong, jika kau datang di depan mataku, aku memastikan bahwa kamu sudah bisa mempelajari kode dariku. Dan ng,… seharusnya pula kau tidak hanya sebagai tulang rusuk susuku. Hm… Amin.
    
     
    Continue Reading
    Older
    Stories

    About Me!

    About Me!

    Arsip

    • ▼  2023 (1)
      • ▼  Jan 2023 (1)
        • My Last Dance
    • ►  2021 (34)
      • ►  Aug 2021 (1)
      • ►  Jul 2021 (3)
      • ►  Jun 2021 (3)
      • ►  May 2021 (4)
      • ►  Apr 2021 (8)
      • ►  Mar 2021 (6)
      • ►  Feb 2021 (4)
      • ►  Jan 2021 (5)
    • ►  2020 (64)
      • ►  Dec 2020 (4)
      • ►  Nov 2020 (4)
      • ►  Oct 2020 (4)
      • ►  Sep 2020 (4)
      • ►  Aug 2020 (5)
      • ►  Jul 2020 (6)
      • ►  Jun 2020 (6)
      • ►  May 2020 (5)
      • ►  Apr 2020 (9)
      • ►  Mar 2020 (6)
      • ►  Feb 2020 (9)
      • ►  Jan 2020 (2)
    • ►  2019 (12)
      • ►  Jul 2019 (1)
      • ►  May 2019 (4)
      • ►  Apr 2019 (1)
      • ►  Mar 2019 (2)
      • ►  Feb 2019 (3)
      • ►  Jan 2019 (1)
    • ►  2018 (6)
      • ►  May 2018 (2)
      • ►  Apr 2018 (1)
      • ►  Jan 2018 (3)
    • ►  2017 (9)
      • ►  Dec 2017 (1)
      • ►  Nov 2017 (2)
      • ►  Oct 2017 (1)
      • ►  Sep 2017 (5)
    • ►  2016 (3)
      • ►  Sep 2016 (1)
      • ►  Apr 2016 (1)
      • ►  Mar 2016 (1)
    • ►  2015 (7)
      • ►  May 2015 (6)
      • ►  Mar 2015 (1)
    • ►  2014 (25)
      • ►  Nov 2014 (1)
      • ►  Oct 2014 (2)
      • ►  Jun 2014 (1)
      • ►  May 2014 (2)
      • ►  Apr 2014 (6)
      • ►  Mar 2014 (3)
      • ►  Feb 2014 (7)
      • ►  Jan 2014 (3)
    • ►  2013 (12)
      • ►  Dec 2013 (7)
      • ►  Oct 2013 (2)
      • ►  May 2013 (1)
      • ►  Jan 2013 (2)
    • ►  2012 (12)
      • ►  Dec 2012 (3)
      • ►  Nov 2012 (2)
      • ►  Jun 2012 (2)
      • ►  May 2012 (2)
      • ►  Jan 2012 (3)
    • ►  2011 (14)
      • ►  Dec 2011 (3)
      • ►  Nov 2011 (11)

    Labels

    Artikel Ilmiah Bincang Buku Cerpen Curahan Hati :O Essay harapan baru Hati Bercerita :) History Our Victory Lirik Lagu little friendship Lomba menulis cerpen :) Memory on Smaga My Friends & I My Poem NOVEL opini Renjana Review Tontonan Story is my precious time Story of my life TravelLook!

    Follow Us

    • facebook
    • twitter
    • bloglovin
    • youtube
    • pinterest
    • instagram

    recent posts

    Powered by Blogger.

    Total Pageviews

    1 Minggu 1 Cerita

    1minggu1cerita

    Follow Me

    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top