Pages

  • Home
  • Tumblr
  • linked
facebook linkedin twitter youtube

Rumah Dialektika

    • About Me
    • Renjana
    • Cerita Pendek
    • Opini

    Its to late to say, but here we go.

    Zidni Rosida Taufiqoh, terima kasih kamu sudah berjuang keras. Terus hidup, sehat, baik baik saja hingga hari ini. Eksistensimu masih dibutuhkan. Kiprahmu selanjutnya akan dinantikan.

    Lahir di 12 Agustus 1997 hingga berdiri sampai detik ini bukan hal yang mudah. Dunia sudah kacau. Ditambah hantu pandemi yang nggak kelar-kelar.

    Membuang mimpi dan mengejar cita cita hanya beda tipis kadang. Orang tak mudah berpikiran untuk menerobos. Rintangan ke depan udah terbuka zid. Kamu mau lewat jalan mana.

    Tenang, kamu nggak bakal sendirian. Ada aku!

    YUK udah yuk, bangun dan terus semangat menerjang mimpi di depan mata.

    (*)

    Rabu, 18 Agustus 2021
    17.40
    Continue Reading

    Terbang membawa hampa. Mawar tak lagi harum baunya. Semerbak putik bunga berguguran tak lagi bawa daya. Maka penyambutan suka cita datang.

    Elang yang terbang jauh itu datang membawa pesan damai. Membawa kabar baik bak bumi yang diselamatkan dari kiamat. Bencana besar yang digadang-gadang datang itu tak lagi ada.

    Mungkin semburat senyum sinis itu membawa kebahagiaan tersendiri. Pada malam yang selalu sepi. Dia datang hangat menyinari seperti pagi.

    "ketika kita bisa bangkit dari keterpurukkan," kata sahabatku.

    Aku jawab, kita pasti bisa.

    Ya. Karena kabar baik akan segera datang menyapa.

    "Pasti kamu tahu rasanya dikecewakan kan?" tanya sahabatku lagi. Dia merenung di tengah tenggelamnya senja ini.

    Kami duduk di rerumputan dekat tumpukan sampah tepi kali. Melihat senja seperti melihat isi semesta yang indah ini. Suatu kali dia akan tenggelam. Mungkin pula fajarnya akan menyongsong dari utara.

    "Tapi gakpapa. Itu hal baiknya," imbuh sahabatku lagi.

    Aku mengernyit lagi. Tak mengerti.

    "Karena ada kamu yang bakal memegangku erat. Kalau aku jatuh, kalau aku tenggelam, dari mimpi-mimpiku," tambahnya.

    Dia patah hati. Aku tahu. Tapi dia membuat patah hatinya menjadi lebih bermakna. Lebih naik derajat dari yang biasa aku lihat di sinetron tv.

    " Kondisi kita seperti tidak bermimpi tinggi-tinggi ya, soalnya gak bakal dapat, " kataku.

    Dia hanya terkekeh. Kemudian menggeleng.

    "Nggak perlu miliki dunia ini. Satu dari berapa juta persen pun kita gak bakal sanggup. Udah nikmati aja,"

    Kenapa kalimat pasrahnya selalu tepat di saat aku belum berusaha tapi sudah dijatuhkan. Ah, rasanya menyebalkan dan tersadar dalam satu tarik waktu.

    *

    Mata itu menatapku lagi. Seperti ladang sahara yang membara. Gersang tetapi membawa adil besar. Kita tengah kepanasan mengusahakan hal yang tak mungkin. Tapi seolah seperti rumah.

    Bagi harapan yang pupus. Dan sudah terseok pada sampah. Di lapisan lithosfer yang jauh bermil di bawah bumi sana.

    Mata itu miliknya. Tak pernah hilang.

    20 juni 202
    19.51


    Continue Reading
    Ada waktu yang menyapa penat. Ketika rintik hujan tak mampu menyembunyikan kegusaran. Waktu itu kamu sempat sesumbar mengatakan tempat terbaik pertemuan kita.

    Di depan La Sagrada Familia. Aku dan kamu adalah penganggum karya Antoni Gaudi. Bisa jadi, karya besarnya Gaudi ini bisa menjadi tolak ukur pertemuan kita selanjutnya.

    Aku hanya terkekeh. Sepanjang pantai Sepanjang di Gunung Kidul itu aku tak ubahnya boneka yang kerap kali menertawakan apa yang kamu katakan. Apakah mungkin? Apakah bisa?



    Bumi yang seluas tak bisa kita jejali dengan keinginan yang tak berujung. Begitu pula hanya sebuah tempat kecil di muka bumi ini. Deru ombak masih terdengar. Sayup-sayup mendengarkan lagu rapper asal California itu. Cocok menemani datangnya musim kemarau sebentar lagi.

    Pada suatu waktu aku mengadah. Menantikan janji yang pernah kamu umbar. Lalu setelah itu? Apa yang akan kita dilakukan?

    Menipu diri sendiri bahwa aku bisa hidup sendiri tak ubahnya seorang munafik. Aku terkadang kesal. Tidak. Terkadang kamu membuatku kesal. Dengan jalan cerita hidup yang tak memiliki ujung. Ya, memang hidup tidak pernah tahu kemana ujungnya.

    Banyak hal, banyak cerita yang ingin aku tanyakan. Tapi kemudian, kamu justru teralihkan dengan peyek cumi kecil itu.

    *

    Dan tentu saja aku bukan pembual besar. Aku menepati omongan kosongmu kala itu. Di sinilah aku. Berada tepat di tengah kota Barcelona. Di depan karya masterpece Antoni Gaudi. Di pinggir jalan seperti orang kurang kerjaan, menantimu. Lebih tepatnya menanti bulan yang tak mungkin kamu wujudkan. 

    Ah, setelah prahara tak masuk akal. Setelah kamu mengungkit masalah yang harusnya sudah kita selesaikan. Dan mencoba lembaran baru. Aku berdiri di depan Gereja Khatolik ini bukan karena ingin menyapa kenangan buruk kita berdua. 

    Aku ingin melepasmu. Melepas semua bualan yang tak kamu wujudkan itu. Tidak, bahkan kamu tidak bersungguh-sungguh mewujudkannya. Aku di sini yang tersesat. 

    Semua alur berpikirmu benar-benar membawaku ke titik nol. 

    Di depan tempat yang hampir pernah dihancurkan ketika perang saudara Spanyol ini aku akan kembali memulai titik nol komaku. Bermula dari tempat ini. Aku wujudkan omongan keras kepalamu. Tentu saja. Sendirian! 

    (*) 

    6 juni 2021
    10.41

    Continue Reading

    Kala itu datanglah seorang kucing putih betina ke rumah. Sering meminta makan. Dia datang ketika siang tiba. Entah tak tahu menahu jika sudah pagi atau petang menjelang. Tetapi baru keseringan datang dan mencari sesuap makan, satu minggu kemudian hilang.

    Tak tahu dimana rimbanya, ternyata dia diam-diam bunting. Melahirkan 2 ekor anak kucing manis menggemaskan. Karena kucing putih itu berbulu putih-dan seperti dugaanku, betina itu dihamili kucing jantan abu-abu- maka adillah jika kedua anaknya memiliki dua bulu warna yang kontras.


    Yang satu abu-abu, yang satunya lagi putih. Setelah dua anaknya beranjak besar dan sudah bisa ditinggalkan, kini gak tahu dimana rimba keberadaan si ibu ini. 

    Tega, tahu-rahu anaknya mencari makan sendiri. Terpisahkan dari kehidupan bapak dan ibunya. 

    Karakter dua anak kucing yang satu rahim tapi beda warna ini pun kontras berbeda. Kucing berbulu putih agak malu-malu. Kalau didekati justru dia yang menjauh. Seperti hubungan percintaan ku persis. Kemudian yang kucing berbulu abu, justru sebaliknya. Dia justru tak takut jika dekat-dekat dengan manusia. Bahkan terang-terangan minta dielus-elus, minta disayang-sayang, seperti kita kaum fakir cinta. 

    Berbulan-bulan berlalu. Entah kemana keberadaan kucing putih pemalu itu. Bak seperti induknya, hilang tak berbekas apalagi pamitan. Sayangnya, kucing kecil abu abu yang selalu minta kasih sayang itu justru menetap. 

    Kalau sore tiba, aku dan adekku jajan keluar, mengeluarkan motor, si kucing abu sering membuntuti. Bahkan sampai keluar gerbang. Tapi dia tahu ke celah mana dia bisa lewat agar balik ke rumah lagi. 

    Kucing abu selalu tahu kemana pintu depan dan belakang. Dia pintar. Apalagi kalau bapak sedang mengaji dan dia ikut mengganggu, maka diusirlah kucing itu dari gerbang depan. Terus pindah ke gerbang belakang. Kalau dari gerbang belakang berusaha masuk ke ruang makan, kami mengusirnya agar tetap berada di dapur. 

    Sebutlah, bahwa whiskas adalah makanan mahal para kucing, kami berikan. Asalkan dia tidak masuk pintu rumah. Cukup di tempat jualan, atau di dapur saja. Sudah trauma keluarga kami, dikencingi dan diphp baju yang habis dijemur. 

    Banyak kucing hilir mudik, mungkin si adik abu-abu ini memang memiliki kisahnya. 

    Hingga, suatu ketika kucing ini jatuh sakit. Sebelum jatuh sakit, tak kutemui dia dalam sehari atau dua hari. Oh, aku pikir dia sudah menemukan rumah terbaiknya. Ada majikan yang baik hati dan tidak sombong yang sudi memberikan dia makan harian. Tidak telat. Dan memandikannya kalau dia kotor. 

    Ternyata esok harinya dia datang dengan luka. Kepalanya seperti tergores luka seperti pulang perang. Kakinya pincang. Kucing abu itu hanya bisa diam dan meringis kesakitan. Lalu kubelikan dia whiskas lagi. 2 bungkus whiskas basah rasa tuna kesukaannya. Tapi tidak dia makan. 

    Aku googling di Internet, kenapa kucing dengan kondisi mata berair bisa susah makan. Kata Internet dia hanya sedang flu. Oh, pantas kucing abu itu sering masuk keluar dari kamar mandiku untuk minum. Aku pikir dia akan segera sembuh. Meski tidak makan dan hanya minum saja. 

    Adekku bahkan membuatkan air madu untuk si kucing agar cepat sembuh. Sesekali susu putih uht yang masih banyak di kulkas tak luput diberikan. Semuanya berharap si kucing abu ini kembali aktif. Kembali merengek minta dielus. Kembali bisa berlarian mengejar kami yang geli ketika bulunya didekatkan ke kulit kaki, gara gara nggak mau ngelus. 

    Bahkan pagi hari di sabtu (22/5) saat kami sekeluarga pergi ke pantai pun, kamu masih bisa jalan. Sudah diberikan tempat layak dan empuk oleh adikku di garasi rumah. 

    Tapi, 

    Sayangnya, 

    Semua jerih payah kami tak membuahkan hasil optimal. Kucing itu mati. Dia meninggal pada Kamis (27/5) dengan damai keesokan paginya di bawah mobil. 


    Sebelumnya, masih nampak malam terakhir ketika dia masih hidup. Masih belum mau makan, hanya meminum air madu buatan adikku. Ketika keluar beli jajan malam malam. Dia melihatku dari kejauhan. Hanya duduk. Seolah bersembunyi dan tidak ada firasat apa-apa. 

    Nak, terima kasih sudah datang ke keluarga kami. Maaf, seharusnya kami memperlakukanmu dengan layak. Hidup tenang dalam keabadian ya, 💔

    (*) 

    Sabtu, 29/5
    Ada momen ketika kamu klayu, semua org rumah buka bersama di luar rumah, puasa Ramadan kemarin (25/4)


    Continue Reading

    Malaikat pencabut nyawa hari ini salah sasaran mematikan orang. Harusnya takdir tidak berkehendak pada pria manajer perusahaan besar. 

    Nahas memang, malaikat justru mematikan pemilik toko kelontong. Sudah lama dikebumikan. Sampai belatung memakan jenazah yang dikebumikan. Ahh, sudah terlambat bagi malaikat pencabut nyawa itu untuk memperbaiki kesalahannya.

    Sang istri pemilik toko itu menangis tersedu-sedu. Andai arwah sang suami itu ada di sampingnya, bukankah tangan gaibnya mengelus-elus pundak istrinya.

    Tanggal ulang tahun dan namanya sama. Malaikat pencabut nyawa kebingungan. Apakah daya, semuanya tidak sesuai dengan kehendak semesta.

    Konflik pun terjadi.

    Padahal di dunia nyata, sosok manajer perusahaan tersebut dikenal bengis. Tidak pandang bulu. Dan menakutkan bagi karyawannya. 
    Continue Reading

    Dan, kisah ini bakal berakhir indah seperti yang sudah sudah. Kuharap juga kamu bakal tahu.

    Jadi begini kisah aku menemukan perempuan itu. 

    ... dimulai dengan perjalanan kereta sehari semalam. Aku duduk di peron menunggu beberapa teman yang ikut serta. Jelang keberangkatan, teman-teman yang lain tengah asyik bersenda gurau. Jujur, aku tak punya cukup tenaga. Ransel di punggungku sudah cukup berat untuk kubawa. 

    Memasuki kereta pun, aku bukannya memisahkan diri dari rombongan. Kebetulan tempat dudukku memang memisah. Beberapa teman duduk saling berhadapan, sementara aku terdepak dengan seorang bapak tua. 

    Tak ingin sepi sendirian, aku berbasa basi. Bapak sebelahku yang kini usianya hampir 60 tahun ini akan datang ke kota tujuan kami, hendak menengok anak-cucu. Kebetulan, dia ada sedikit rejeki untuk berkunjung. 

    Sudah hampir tengah malam. Obrolan kami terputus. Aku memberi waktu bagi bapak sebelahku untuk beristirahat. Memasuki ke stasiun pemberhentian selanjutnya, kursi di depanku yang kebetulan kosong akhirnya terisi oleh penumpang lainnya. 

    Dan itu kamu. 

    Gadis bertubuh pendek yang kesusahan menaruh tas kopernya di atas. Dengan ringan tangan aku bantu. Kemudian aku menawarkan apakah tas punggungmu sekalian ditaruh di tempat penyimpanan di atas bangku kita. Kamu menjawabnya dengan senyuman tipis, berujar bahwa akan membawanya serta dalam dudukmu. 

    Ketika kita saling bertatapan di bangku masing-masing, banyak berkecamuk pikiran. Apa yang kau lakukan di kota tujuan. Dari mana asalmu. Berapa usiamu. Dan lain sebagainya. 

    Hari sudah malam. Kamu bahkan terlihat menyandarkan kepala di bantal tidurmu. Aku yang mencoba tidur dan tak bisa ini pun berakhir dengan menatapmu tipis tipis. Takut kamu merasa tak nyaman. 

    Ketika mata kita saling beradu tatap, kamu justru menawarkan perbincangan hangat. Berbasa basi apakah aku perlu bantal tidurnya. Dan tentu saja aku jawab, tak perlu. Kita baru pertama kali bertemu, tapi kamu sudah menawarkan kehangatan hatimu. 

    Kemudian kamu menjelaskan bahwa sepertinya kamu tak nyaman dengan bantal tidur yang kamu bawa. Takut daripada tidak berguna, akhirnya aku menerima tawaranmu. 

    Malam. Panjang. Berakhir dengan saling bertanya satu sama lain. Seperti yang dari awal aku perkirakan. Pertanyaan dan rasa penasaran akan dirimu dijawab tuntas. 

    Perjalanan ke barat yang bercuaca dingin dan tak ramah itu justru berbeda. Aku menemukan kehangatan. Ketika kamu berakhir cerita. Mengungkapkan kecemasan. Menakdirkan pada percakapan panjang. 

    Jalan panjang menuju menemukanmu begitu unik. 

    Sudah 5 tahun lalu berlalu. Kejadian yang seharusnya tak begitu membekas. Ketika tiba-tiba, wajah yang cukup familiar aku temukan di peron stasiun lain di kota lain. 

    *

    I found her - Faime
    7 Mei 2021
    Ku katakan bahwa harusnya memang kita tak perlu bertemu jika berakhir merindu 💔

    Continue Reading

    Hei, beberapa hari yang lalu aku tengah sibuk merapikan playlist spotify-ku. Butuh hampir 3 jam lebih dari sahur sampai jam 8 pagi sebelum memulai kerja. 

    Dan terpikirkan (ngide) bikin tulisan alasan aku melakukan pekerjaan tidak penting ini. Haha, merapikan lagu di spotify itu semacam pekerjaan tidak penting tapi melelahkan. Menguras emosi dan nurani. Kenangan masa lalu muncul timbul dan menggetarkan.

    Tentu mengasyikkan melakukan sesuatu semenyenangkan ini. Jadi begini. Playlist spotify yang kerap aku dengerin terdiri ada 3 bagian kenangan yang menyenangkan, sendu, dan menggairahkan.

    1. at that past before we move


    Aku menyadari bahwa 2019 adalah tahun pembelajaran terbaikku. Mulai pertama kalinya bekerja. Di sebuah perusahaan individu. Berat, ah enggak juga. Kalau dipikir sekarang, aku malah ngakak. Bisa melewati semuanya dengan baik-baik saja. Menertawakan bahwa aku hidup nyaman dan bahagia saat ini. Berterima kasih atas nikmat yang luar biasa yang diberi Tuhan.

    Playlist ku masa itu, berkutat pada Tidal Wave milik Old Sea Brigade dan favoritku Rose  Petals.

    "It's heavy now, we don't change
    Come back down, keep it safe
    Spinning room, lost my mind
    Keep it up, killing time

    Don't wait up, it'll be okay
    Though it's coming at me like a tidal wave"

    (Tidal Wave - Old Sea Brigade)

    Bahkan masuk daftar Iron & Wine - Call it Dreaming, sudah membuatku berfantasi. Salah satu favorite line dari lirik Iron & Wine adalah when our hands hurt from healing, we can laugh without the reason.

    Ya, imajinasi kita ada seseorang di sebelah kita buat tertawa segetirnya ketika tengah merayakan kegagalan. Menangis pilu karena kehilangan. Dan bersemangat di satu sisi lainnya. Menggegam erat bahwa kita tidak sepenuhnya sendirian🥂.

    2. every may we'll be miss


    Sebenarnya aku bikin playlist ini di soundcloud dan sepertinya sama seperti di playlist sebelumnya juga. Tapi aku pindahin ke spotify karena 'aku sudah bayar langganan hampir satu tahun daripada mubazir' ya kan, pikirku.

    Playlist ini penyempurnaan playlist yang aku buat di bulan april 2020. Karena mengalami perpindahan dan suasana, aku bikin baru. Temanya (definitely) tentang semangat hidup. Itulah alasan 3 top lagu yang ter-capture adalah  It's A Beautiful Day dari Rob Drabkin, Sweet Arizona by East Love, daaaann tentu saja kesukaan (engga juga sih) Everything is Possible Now by Clouds And Thorns.

    Kayaknya hampir di setiap playlist selalu nyempil salah satu lagunya Clouds and Thorns deh. Gak tau kenapa. Oke movin, latar belakang playlist ini sudah ter-spill bahwa aku ingin menjalani hidup dengan semangat dan optimisme.

    Bahkan, semua playlist di folder every may we'll be miss cocok didengerin pas pagi hari. 

    Cause it's a beautiful day
    Sun on my face feeling ok
    Don't let it get away
    It's a beautiful day
    Feel so proud
    Scream it out loud
    It's a beautiful day

    (Rob Drabkin - Its a Beautiful Day)

    Dan salah satu kenangan 'nggilanik' adalah dorongan untuk memulai percakapan di saat lagi mendengarkan Everything is Possible Now by Clouds And Thorns.

    Haha 🥰

    3. when we love so much


    Adalah playlist yang belakangan bulan terakhir sering aku putar. I dont know why, tapi kecandu aja. Sebenarnya bosan juga sih haha. Itulah alasannya aku memberi nama when we love so much.

    Kamu cinta semua lagu lagunya meski bosen dan sering terputar, gitu aja sih alasannya. Gak ada spesial. Bahkan beberapa lagu adalah lagu patah hati. Coba cek yang ter-capture adalah Let Her Go by Passenger, Where's My Love dari SYML, dan Waiting Around dari Aisha Badru.

    Padahal semakin ke bawah playlist yang memastikan mampu menyelesaikan keseluruhan lagunya butuh 1 jam lebih ini, cukup menyenangkan. Ada Sign Me UP dari Mart Harke.

    "You keep me in my youth
    It gives me peace of mind
    That fifty years from now
    You'll still be in my life

    Ohhhhhhh
    I'll be here, here with you
    Ohhhhhhh
    I'll be here" 


    (Sign Me Up - Mart Harke)

    (4. the candle of June) 


    Belum juga bulan Juni, kenapa dikasih judul itu? Menarik. Alasannya karena lagu teratasku adalah I'll Just Remember dari Trevor Stott. Salah satu liriknya adalah the candle of June, jadi kenapa engga kalau dijadikan di judul playlist baru.

    Dan ini bakal jadi playlist baruku nanti. Haha. We'll see yah seberapa lama aku bertahan dengan playlist lagu di folder ini. Tapi beberapa aku spill lagu kesukaan yang harusnya aku masukkan di playlist sebelumnya, tapi buat menambah semangat buat playlist lagu baru, aku spill di sini. Salah duanya adalah Sorrow dari Plasi. Lagunya Plasi absolutely amajing, seneng banget dengerinnya. Dan Run by Horrison Storm. Ini lagu pengingat ku di saat butek ngerjain pekerjaan lama.

    Huaaaahhh.

    Noted : aku sudah kasih link di masing masing playlist. Feel Free for everybody to enjoy what i feel through my playlist 🥰🥂

    *

    12.58
    30 april 2021
    Bye April, nice to see you.
    Welcome May, be nice and kind yeah. 

    My music now Whisky and Blankets

    Darlin' it's alright, I'm not going anywhere
    I want to be right by your side
    Darlin' it's alright, I'm not going anywhere
    I want to be right by your side

    Continue Reading

    Rasanya njomplang ya.

    Kamu di sana, dan aku masih rebahan di sini. Kamu sibuk dengan hal-hal baik, aku stag memikirkan kapan gajian. Kapan aku foya-foya membelanjakan uangku.

    Mendadak rembulan bersinar terang malam ini. Menaungi kegelisahan akan hari hari esok yang suram. Ah suram kan. 

    Tetapi terangnya rembulan tak bisa memaksaku untuk terus berdiri tegap dan berharap rasa percaya diri yang timbul manenggelamkan mantra jahat. Jika waktunya tiba bakal segera tamat, tamatlah riwayatmu. 

    Hal yang kamu Sukseskan tak ubahnya bak gelombang buih. Gara-gara terus mengeluarkan hal kosong ke permukaan. Tapi meninggalkan jejak kenangan bukan. 

    Sama. Seperti kita merindukan akan mendekat bulan ketika purnama tiba. Laut tak bisa menyentuh langit, tanpa seizin Pencipta. Ya, nanti pasti akan tiba waktunya. 

    Di siklus kehidupan yang baik-baik saja ini, semuanya teratur. Sama seperti bagaimana kita menjalani hidup. Sekolah, makan, tidur, bermain. Bercerita dengan kawan lama, terus mengkhayalkan sesuatu yang tidak kasat mata. Hal membahagiakan di depan mata meski perih pada akhirnya. 

    Karena sejatinya jika takdir tidak bersahut, buat apa pula kita berharap. Nah sama seperti aku. 

    Bagaimana aku menatap jalanan ramai meski yang kupandangi hanya kesepian belaka. Bagaimana bisa aku hidup damai, meski meninggalkan luka sebelumnya. 

    Jadi mari, kita euh, bergandengan tangan. Saling memaafkan. Kemudian jatuh cinta lagi selamanya. Meski tangan kita tidak saling bertautan menggenggam tangan. 

    (*) 

    25 april
    19.01
    Habis gajian dan makan makan


    Continue Reading


    Sebentar lagi kereta akan datang. Tanda peringatan sudah dibunyikan. Petugas dengan sigap beberapa detik lagi menutup portal di jalanan ramai ini.

    Lelaki itu tak ubahnya mengeluh. Hari masih terik, es teh plastik yang dibelinya sudah hampir habis. Menyisakan cairan dari es batu.

    Pekerjaannya sama sekali tak berat. Tapi tetap saja berhubungan dengan nyawa manusia. Apapun pekerjaan yang ada pertaruhan nyawa, mana ada yang gampang. Ah hidup. Membawanya mendekat dari bilik pos jaga di sisi portal jalur masuk kereta api. 

    Penghormatan dan rasa bangganya datang ketika masinis kereta api yang melewati memberi tanda. Beberapa petugas bersikap bak rasa hormat. Itulah sudah menjadi kebanggaan. Sudah pantas untuk diceritakan pada cucunya di rumah. 

    Ah ngomong-ngomong masalah cucu. Sekarang dia kelas berapa, tak pernah tahu. Meski perkembangan teknologi sedemikian canggih, tetap saja waktu adalah hal utama. Ia bahkan sudah hampir 2 tahun tak tahu bagaimana kabar anak dan cucunya. Keluarga kecil mereka mengadu nasib di kota besar. Berharap ada secercah harapan yang membuatnya bertahan. 

    Ketika Ramadan ini kembali menjadi sia-sia lantaran tak menyimpan kenangan bersama anak dan cucunya. Ah tak apa. 

    Terkadang kita hanya perlu Menertawakan hidup yang begitu renyah dengan berbagai gejolak. 

    Dipandanginya kereta dari arah barat dan tanda sudah dibunyikan beberapa menit lalu. Petugas kereta memberinya tanda hormat dengan menyembunyikan klakson singkat. Kemudian hormat. Pria tua itu menyambutnya, meski hanya beberapa detik tak apa. 

    Sudah lebih dari cukup menemani hari harinya. 

    Minggu, 18 april 21
    21.43




    Continue Reading


    Gelombang laut apakah mereka tidak lelah untuk terus mengombak?

    Angin muson tidakkah mereka berhenti bertindak ketika musim yang ditunggu datang?

    Dan apakah kamu juga akan berhenti mencari penantian terakhirmu?

    Kala aku menuliskan pepatah asal dan aku lempar di cuitan akun twitter ku, tak kusangka bakal mendapat jawaban tak terduga dari rekan rekan. 

    Seolah mereka memang membenarkan terkait apa yang ingin aku tasbihkan. Soal pertanyaan pada 'kapan', dan diakhiri dengan 'selesai'. 


    Mengingat apa yang menjadi dasar berpikirku, semuanya tak bakal 'selesai' pada apa yang belum kita 'mulai'.

    Maka menyeruaklah semua anggapan-anggapan kosong. Bisakah dengan bijak kita lepaskan saja helaan napas penat yang mengambang ini.

    Senyum sinis itu, pikiran pikiran bodoh itu, dan kekhawatiran konyol itu. 

    Ah manusia bodoh ini kenapa harus berpikir yang tidak tidak. Seolah semua pikiran jahat itu bakal terjadi sebentar lagi.

    Kemudian terucap soal 'apakah masih ingat ini?'

    Aku mungkin tidak bisa membohongi perasaanku kan. Bahwa pada suatu masa pernah dibuat bertekuk lutut pada seseorang. 

    Aku senang. Aku gembira. Setidaknya hari-hariku punya nafasnya. Maka suasana yang datang menjadi hangat. Hati terasa ringan untuk bergerak. Pikiran hanya terfokus pada satu dua gerak kinetis yang tergambar jauh. Isi rapalan doa hanya berfokus agar Tuhan mempertemukan dengan 'indah' lagi di kemudian hari.

    Bahkan rasa penat yang menyeruak itu seakan menyerah. Bagaimana caraku memandang dengan cara berbeda. Bagaimana senyumku akan terukir berbeda dan seakan terpaksa bahagia. Seolah olah penat yang datang melanda dibayar suci pada perasaan yang sudah terkredit hampir setiap hari.

    Aku menyukai laki-laki dengan jiwa yang hangat. Senang membantu orang lain tanpa diminta. Mencurahkan waktu dan jiwa raganya untuk sesama. 

    Hei, tidaklah cukup untuk segera melepas penat dengan menyerah.


    Jika suatu saat dia benar-benar pergi. Tidak menyisakan ruang untuk hati yang tidak dianggap ini, aku masih tidak yakin aku bakal sanggup melepas. Melepas rasa bahagiamu dengan kesedihanku. Melepas senyum sumringah di hari bahagiamu dengan kepura-puraanku.

    Benar. Semuanya hanya perkara waktu saja. Akan tiba waktunya nanti aku benar-benar ikhlas, se-ikhlas-ikhlasnya. Meninggalkan kamu. Meninggalkan kehampaan. Meninggalkan jerih payah yang tidak menyisakan apa apa.

    Tapi terima kasih. Pernah membuat hatiku hangat. Meski hanya hitungan detik ketika menatapmu dari kejauhan.

    Ah, perempuan bodoh ini ternyata masih berhalusinasi, kamu akan muncul di perempatan jalan raya itu di pukul 7 pagi hari.

    (*)

    Terima kasih 7 april
    Menulis ini ndengerin lagu galau, dan feel nya pas.
    20.09


    Continue Reading

    Terkadang menjadi manusia itu melelahkan. Pernah di suatu saat momentum tidak berpihak. Diinjak-injak, disepelekan, tidak digubris, semuanya membuat kita menyerah.

    Hingga roda kehidupan berputar. Kita mendapati sebuah momen yang menyenangkan. Membuat hati lega. Dan tentu rasa bangga.

    Pada lingkungan positif yang kita dambakan. Melakukan kegiatan yang menyenangkan. Membuat hati bahagia. Menghempaskan keluh kesah yang sebelumnya sempat mendera.

    Hati yang terombang ambing mengikuti arus kehidupan, seolah membawa arti pada hikmah tersembunyi. Sampai rasa berbangga hati pada diri begitu berlebihan. 

    Sampai nasihat dari teman hari ini datang. 

    "janganlah bersombong," 

    Meski kenyataan pahit dan memamerkan keadaan yang baik baik saja setelah terzalimi ahhh tapi rasanya kurang pantas. Menyombongkan diri sendiri di atas rasa yang sebelumnya pernah disakiti. 


    Kita memang tengah menabur kebajikan di dunia ini. Sebiji zarah kalau kita sombong toh bakal merugikan diri sendiri.

    Nabila, mari membawa kesan positif untuk sesama. Menjadi bahagia tanpa beban. Tanpa ada rasa dengki yang pernah menyelimuti.

    Minggu, 28 maret 2021
    Kemarin malam nontonin Barbarians




    Continue Reading
    Bisa bisanya memimpikan abang Nicsap aka Nicholas Saputra. Gila gila gilaaaaa. Mana bisa aku napas.

    Jadi ceritanya gini. 

    Pada suatu ketika aku itu diajak abang pergi ke hutan. Absurd banget kan. Kita nepi dari huru hara perkotaan yang sekarang jadi sarangnya percovidan. Kita saling menjaga satu sama lain itu. Uwu banget deh, kayak berasa covid adalah sarang alien yang harus kita jauhi. 

    Bangun bangun, udah rada rada semangat buat kerja jam 10. Sorenya senam 10 menit buat ngecilin paha. Sama haha hihi dengan warga Twitter. 

    Apalagi ini anggi curhat masalah tetangganya. Masak ada orang yang bikin fatwa aneh banget. Nggak boleh sholat pakai masker? Kan masih covid, yoorobbuun ~ ada apa dah dengan dunia akhir akhir ini. 

    Polisi siber udah siap ngintai tuh. Ah malas kalau dibahas. Udah deh, udah aku blokir juga alamat Twitter mereka. 

    Malam ini ditutup dengan relay cam Johnny Suh. Uh indah banget deh seharian ini. Wkwkwk

    Nggak penting banget, emang. Tapi lebih baik nulis gak penting buat ngisi tulisan di blog kan. 

    Hari ini mendung. Hujannya serem. Sesekali gledek menggelegar. Banyak banyak doa. Agar kita dijauhkan dari hal hal tidak baik. Misal kayak penyakit panikan, stress, mikir kerjaan, mikir duit, mikir jodoh ups, atau mikir hal yang penting lainnya. 


    Lassst but not least, ada fotonya Johnny Suh mampir. Nemu di instagram, kedownload satu buat penyegar isi galeri. 

    Berbagi kebahagiaan indah kalau lihat hal hal yang indah. 


    Dear diary, 26 februari alhamdulillah masih baik baik saja
    Semangat untuk kita

    Jumat, 26.2.2021
    20.22

    Continue Reading

    “No one is sitting around just contemplating how they can help you find your dream job.” —Ken Coleman


    A few days off like right now on Wednesday-Thursday is so refreshing. Something happened like BOOM, on yesterday.

    Literally just found out at tuesday. My Manager give intruction about my task. We've been done the task before hmm... a year ago. Yes, Finally we realized that time flies so fast.

    Okay, continue on!

    'Yo, you have to make a great title for your article'

    'Yo, you know what, I realized that your team made an article just so ordinary, make it boom'

    'Yo, you must thinking that much. Focus on point your title!' 

    'Make an exaggerated point!' 

    Just like that. So I have to learn more again to make a great article aka clickbait point, for whose people invested their time to read.

    *

    Just working isn't easy. Cause working is just not for paying your bills right? 

    "According from Harvard Business Review (17/02), work provides us with more than a paycheck. It gives us recognition, status, belonging, self-esteem, and reinforcement of our self-concept. Research also shows that having a strong work identity (defined as how important your job is to who you are) can be tied to your wellbeing."

    So, when we working, everybody must be improved all the time. Everybody have learned something new. Just like me, just like us, so working isn't easy anymore. Something interesting. We have to adaptive, innovative, and many more to do something while working. 

    We feel like missing something when its loss. Cause, we do something repeatedly like habitual. Honestly, I miss  alot when I didnt work so much Or I didnt going like that anymore again.

    I am blessing. Found out that my job that adequately fulfills my profesional and economic needs. Hahah, alhamdulilah. I know that everybody not as lucky as me. Honestly, I have privilege that nobody didnt have.

    Unlucky I have to be more adaptive for all conditions need. Just like a days ago.

    YES, I got some point that wanna share about career advice (like always, I didnt intention to patronizing). But,  I just share my random thought and advice from somebody outside there. Its like a trash when setteled on mind, right.
    PRACTICE

    Like I said before. We are getting a job, so we doing the same thing all the time. We practice, do the best, learning something new, growing our ecosystem. 

    I know, we know, we both know that practice doesnt paid you well. But nobody's know. Remember what Yayak said that we practice more, we create more chances, and along that way we meet 'lucky time'. And now, I believe. 

    Even that time i didnt meet my 'lucky time', just wait and see. I have to create more chances on the Future, right. 

    HAVE A MENTOR

    I always learned about leadership from my leader. My team leader, my manager, and everyone who inspired me. We have a good friend, best team leader, and best manager, and everybody around us. They are inspired me to do something new. Growing together always. Improved skill. Or whatever. 

    Mentoring at work is an effective way of helping people to progress further in their chosen careers.

    I know it for the Linkedin. Thanks before.So important for us to have a mentor.

    Just 2 point before is a key. My working experience is 2 years, cannot be guide yet. But, I hold firm the 2 point before for guidance. 

    Hope everything will be fine. For us. For our job.

    **

    16.21 
    18/2/2021

    random thought from the minimalism podcast about advice career



    Continue Reading
    Langit membiru. Burung-burung melakukan migrasi besar-besaran. Mencari tempat hangat untuk berteduh dari dinginnya suhu di belahan dunia. Persinggahan mereka tepat di kotaku.

    Aku berhenti di perempatan jalan besar kota. Melihat banyaknya migrasi burung itu aku hanya membatin. Sejauh itu langkah besar mereka berpetualangan. 

    Aku hanya mengarah pada situasi yang serba salah. Tidak bisa lepas dari digencetnya lingkungan sosial. Andaikan, burung itu membawaku ikut serta. 

    Membicarakan soal langit luas membiru dan tanpa batas adalah hal yang menyenangkan. Ketika di SMA dan berjalan ke perpustakaan sendirian, aku melihat satu buku tata surya yang menarik. Dari buku itu aku tahu bagaimana cantiknya tempat bernama Titan. Meski hanya sebuah satelit bagi saturnus dan tak miliki banyak karbon untuk hidup. 

    Ah hidup dengan kedinginan merupakan hal yang menyakitkan. Kenapa tidak memilih untuk menjadi hangat dibanding dingin. 

    Perjalanan halusinasiku sempat membawaku pada ikan paus di lautan antartika. Ahh, sejauh itu dia membawa tubuhnya yang berton-ton itu membawa ke lintas samudra besar. 

    Ada kartun di sctv saat masih kecil. Ada ikan paus yang rela tidak menyelam demi punggungnya dijadikan tempat berlayar anak kecil itu. Aku lupa tepatnya apa. 

    Halusinasiku kembali membawa seperangkat alat hebat doraemon. Andaikan memiliki teman yang memiliki alat-alat canggih luar biasa. 

    Kemudian konyolnya, pikiran kembali membawa kenangan di awal tahun 2000. Waktu itu aku ingin memiliki tas yang seperti koper. Ada dua roda di salah satu sisinya. Aku tak perlu membawa di panggung. Kasihan membawa banyak buku untuk 6 jam belajar. 

    Terima. Kasih. Pikiran abstrakku membawaku berkelana. 

    Nanti kita lanjutkan lagi. Aku merasa memiliki keistimewaan mengkhayalkannya. Memikirkan perjalanan hebat ke atas langit sampai turun ke palung bumi. 

    (*) 

    29 Januari 2021
    17.25


    Continue Reading

    Terdengar kabar burung yang memuakkan.

    Tapi ya bagaimana lagi. Tidak ada yang lebih memuaskan hati jika apa yang kita inginkan tidak berjalan seperti yang diharapkan. 

    Dalam sebuah malam aku sempat tidak bisa tidur sama sekali. Menunggu detik waktu berjalan. Sampai di titik 00.45 suara gerbang toko milik keponakanku terkunci. 

    Lalu menunggu sampai subuh. 

    Ku buka laptop dan memulai bekerja. Tidak ada yang bisa dilakukan dibanding membuat bawah kelopak mata berubah warna di pagi hari nanti. Pemikiran berlebihan menghentak, menyeruak, mendalami serpih kosongku. 

    Selamat malam, tak akan tertuang sempurna. Semalam itu aku bahkan bergelut dengan banyaknya pikiran. 

    Paginya aku baru tahu jawabannya. Kabar burung itu. 

    Cepat atau lambat semuanya yang sudah semesta rencanakan, bakal kejadian. Kita tidak bisa menghentikan. Melepas, mengikhlaskan, merelakan hanya perkara hati. Bisa buat ditimbang tumbang lagi. Bahwa apa yang kita temui tidak selayaknya kita miliki. Semuanya akan kembali. 

    Aku tahu hari ini akan terjadi, 
    Ini sudah ada di dalam pikiranku dalam waktu lama tapi baru ku sadari sekarang, 

    Kemudian, langit mulai menggelap. 

    Hujan datang jauh jauh setelah melalui proses evaporasi. Aku tertunduk lesu. "Sudah tidak ada stok," pikirku. 

    Jeritanku hanya satu, "Tuhan aku tak tahu lagi," 

    Lalu, harus berpura pura bahagia. Tegar. Bisa melewati semuanya. Ya, sederhana. Aku memang bisa melewati ini semua. Cuma dengan secuil ayunan tangan. 

    Bahagia. Lewat komentar lucu manapun. Aku bangkit. Kupikir semua orang melalui hari hari seperti ini. Tenggelam dalam Keruwetan berpikir. Kemudian bangkit dan menyadari. 

    Tapi aku ingin seperti ini aja terlebih dahulu. Mendramatisasi keromantisan patah hati. Sampai nanti kabar burung yang aku terima berubah jadi kenyataan pahit. 

    Terlalu pahit untuk dihadapi seorang diri. Ah lebih baik tenggelamkan saja ke Antartika. 

    (*) 

    Minggu, 17 januari 2021
    18.00
    Melalui waktu yang berat untuk berpikir


    Continue Reading
    Semerbak bau melati tercium sepanjang jalan Kenanga itu. Baunya disambut dengan parfume lily musk yang beradu sempurna.

    Wajah bermasker itu tertunduk. Pilu. Ingin menyapa dunia lewat cara pakaiannya. Berjaket biru. Tangannya sibuk mengetik di handphone. Sibuk menunggu. Membalas. Kemudian mengabarkan kembali, pikirku. 

    Lewat jendela di sudut kamar tamu aku leluasa melihatnya terpaku. Sesekali dirinya berdiri. Kembali memasukkan gadget ke dalam saku celana jeansnya. Kemudian berjalan bolak balik dua langkah ke depan kemudian berbalik dua langkah ke belakang. 

    Helm yang dibawa kini digeletakkan kasar di tanah. Rambut disibakkan. Seperti itukah cerminan orang menunggu.

    Ketika perempuan berbau parfum lily musk itu sudah melakukan hal membosankan, seperti cek handphone, Jalan bolak balik, menendang kasar tanah, ingin rasanya menghampirinya. Meredakan pilu dan sakit hati yang dirasakannya. 

    Ah aku lelaki pengecut. Tak seberani bertutur kata ramah pada perempuan.

    Duhai hati, bisakah aku seberani menyatakan diri menghampiri. Di tengah ketakutanku yang dianggap najis. Di tengah omongan orang yang memandangku cupu.

    Mungkin bertegur sapa sambil menyapanya ringan bisa menjadi sebuah tantangan. Pengecualian, jika itu aku. 

    Perempuan itu akhirnya menghembuskan napas pendek dan menyerah pada ketidakpastian. Motor vespa yang dikendarai lelakinya datang. Dengan serentetan gigi putih mulus milik laki-laki itu mampu mengubah dunia perempuan itu. 

    Duhai kamu, duniamu mendadak berubah dalam hitungan detik. Hitungan detik bagiku sungguh memuaskan, tapi tidak untuk senyum indahmu. Aku bahagia. Melihatmu di balik jendela kamar tamu ku. Melihatmu kini sudah berbonceng manja di belakang lelakimu. 

    Kamu tak bisa kutaklukan. Karena bukan sebuah tantangan. Kamu hanya perlu bahagia, sesederhana itu. Sebuah hal yang menakjubkan. 

    (*) 

    18.51
    Minggu 10 januari 2021
    Turut berduka cita atas insiden Sriwijaya Air
    Doa terbaik untuk mereka
    Semoga mendapat terbaik yang sudah disiapkan Tuhan. 
    Alfatihah


    Continue Reading

    Banyak hal yang terlewat begitu saja. Orang yang berjalan di busway. Anak kecil yang berlari mengejar layang-layang. Simbah sepuh yang duduk ditrotoar pasar menjual empon empon. Atau kuli panggul yang membawa beras ke dalam toko.

    Hidup begitu susah. Tidak menyenangkan untuk beberapa orang. Banyak yang berakhir air mata di pertigaan. Menangis kepergian. Seseorang yang biasa hadir membawa kemapanan berakhir tercerai berai. Tidak semua orang berjalan pada jalurnya. Sesekali orang memilih melewati jalan tikus untuk sampai ke tujuan. Sementara yang lain memilih jalan raya berhadapan dengan polisi lalu lintas dan rentetan lampu lalu lintas. 

    Pernah dalam sekelompok grup sering bertegur sapa. Hampir setiap minggu membuat agenda. Lambat laun semuanya pergi ke alurnya masing-masing. Membuat agenda hidup yang berbeda.

    Di titik ini aku hanya bisa menghela napas. Semuanya bertumbuh lewat ruang dan waktunya masing-masing. Sedangkan lihat aku di sini. Lewat tatapan cermin yang sudah usang itu, aku melihat aku yang seolah tak bergerak. 
    Atau sebenarnya aku menolak untuk bergerak. Mengikuti intensitas waktu yang orang lain punya. 

    Apesnya, kaki kecil ini tak mampu mengimbangi langkah kaki siapapun. Ah, sudahlah, pikirku. Semesta masih bergerak. Lubang hitam masih menarik massa di sekitar. Entahlah betul atau tidak lorong lubang hitam menghisap waktu. 

    Kekekalan adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Kita tidak bisa menahan seseorang untuk tetap berada di sini. Menemani sepanjang waktu. Suatu waktu, kita perlu mrngiba akan datangnya perpisahan. Takdir yang tidak berkenan. Atau lumpuhnya akal logika dari pudarnya iman. 

    (*) 

    Minggu 3 januari 2021 pukul 20.33
    Selamat tahun baru, untuk kita. Semoga hal baik selalu membersamai langkah besar kita. Panjang umur hal hal baik ♥️


    Continue Reading

    Terkadang setiap apa yang kita temui di depan mata, tidak selamanya itu hal baik. Kadang kita tidak siap. Menelan mentah-mentah omong kosong orang. 

    Membuang muka saat di sapa. Bersikap manis tapi sebenarnya ada maunya. Atau berpura-pura ramah dan melakukan yang tidak masuk akal. 

    Kamu ingin dikategorikan yang mana?Aku ingin mengisahkan seseorang yang tidak percaya diri. Dia selalu bersembunyi pada waktu. 

    Berharap waktu menelannya bulat-bulat. Dia tidak suka kegaduhan yang diciptakan semesta. 

    Dia lebih suka bersembunyi dan menciptakan suasanannya sendiri. Seperti jalanan kampung pada pukul 9 malam yang senyap tiada orang. 

    Bahkan, dia bisa saja berteman dengan hantu di kamar mandi.

    Suatu ketika dia menghadapi realita hidup yang membingungkan. 

    Hidupnya bak seperti bola pingpong. Digiring kesana kemari tanpa arah, hanya terpelanting lewat arus. Aku hanya tak ingin kau seperti dia. Alasannya sederhana. 

    Dia pembawa sial. Jadi, dia menyuruh semua orang menjauhinya. Tanpa pikir panjang sebenarnya banyak orang yang tidak menyukai untuk dekat orang seperti dia. 

    Perkembangan teknologi dengan akses tak terbatas menguntungkan dirinya. 

    Meskipun dunia penuh hingar bingar, mereka toh tidak pernah terhubung untuk berbicara. Dunia serba teks. 

    Untaian kalimat singkat saja lebih manis daripada membawakannya dengan petikan gitar. Ia tenggelam dalam kebosanan.

    Dia hanya mampu berbicara pada bonekanya. Dia pula yang tidak ingin memaksakan semesta untuk mendengarnya, dia hanya butuh berbicara.  

    Dan berharap menemukan seseorang untuk bisa diajaknya bicara.

    *) mini cerita

    *

    17:28
    lockdown hari ke bla-bla-bla
    hampir 10 bulan kerja di rumah aja
    20/12/2020




    Sudut Pandang Pertemuan

    Continue Reading
    Suasana siang ini hanya diisi dengan cerita temanku. Oke, untuk hal yang penuh dana, temanku ini menceritakan hal indah yang dialaminya.

    Begini cerita singkatnya. 

    Memandang garis pantai terhampar di hadapannya. Dia tak sendirian. Ada sosok laki-laki yang berada di dekatnya. Tangan gadis dan laki-laki yang duduk bersebelahan itu saling tertaut.

    Tentu saja, laki-laki ini membisikkan kalimat rayuan yang memabukkan. 

    Oh Darling,
    Dont be afraid to let me in
    We'll stick together now
    Doesnt where we've been
    Oh honey
    Hold me close and Hold me tight

    Berdendang lagu Oh honey, Luke James Shaffer. Saling memandang langit biru. Melihat bocah bocah saling berkejaran di bibir pantai. Suasananya cukup membuat tenang hari ini. 

    Namun suatu ketika, ketika menghadapi masalah pelik. Entah kesibukan yang menerjang atau perubahan suasana hati yang berubah sewaktu waktu. Sepasang ini hanya perlu bicara dengan keterterdiaman. Cukup alunan musik yang menjelaskan segala hal. 

    Memang semua masalah tak akan mampu terselesaikan dengan baik dengan cara ini. Tapi segala sesuatunya butuh jeda. Agar suasana menjadi baik. 

    Sutu ketika, mereka tidak akan pernah menemukan birunya langit, atau lengangnya laut di kedalaman, seperti saat mereka bersama seperti ini. Mereka hanya perlu denyut napas. 

    Debat jantung masih ada. Hanya itu yg bisa dipastikan. Tidak semuanya berjalan baik baik saja sesuai kemauan kita. 

    Ah, aku bicara apa. Jika menciptakan ketidakmungkinan itu terbuka lebar. Maka pasangan itu hanya mempercayai secuil kemungkinan. 

    Saling menggenggam mimpi masing masing. Dengan tangan saling bertautan. Kembali memuat replay musik kesukaan mereka. 

    Kali ini Hollow Coves mengalun, Evermore. 

    (*) 

    18.48
    13.12.2020 
    Habis selesai nyelesein novel 260 hlm dalam waktu singkat

    Continue Reading

    Kuah soto ada yang bening, seperti sup. Bukan, lebih cocok orang menamainya timlo. Ada bihun di atasnya, bertabur potongan wortel, dan irisan kentang goreng. Cocok menemani pagi kita yang terkena hujan.

    Hei, dalam keheningan aku menyeruput soto hangat ini, tiba tiba aku kepikiran kamu. Tepat ketika arah pandang mataku tertuju pada tempat sambal berada. Yang aku ingat dari kamu adalah selera makan yang tidak menyukai hal yang pedas. Padahal pedas adalah nikmat loh. Surga di dunia ini ada banyak. Salah satunya adalah pedasnya cabai. 

    Satu suapan soto yang gurih ini aku tiba-tiba teringat dengan semangkuk bakso yang kaya akan gurih msg. Micin adalah sumber kekuatan untuk menghadapi hari. Yah, setidaknya setiap hari selalu berarti hal yang payah. 

    Kemudian aku kecap gurihnya sesendok nasi dan kuah soto selanjutnya. 

    Mendadak aku teringat pada pohon rambutan di depan rumah kos itu. Teringat kamu yang tidak punya kerjaan selain mengambil rambutan itu untukku. Jujur, ada banyak orang yang mampir ke kos kamu waktu itu. Tidak hanya aku. Tapi jika kamu memetikkannya untukku, bisakah aku punya rasa kepercayaan diri berharap sedikit pada rasamu?

    Soto yang terhidang di depanku lambat laun berubah menjadi pedas. Perpaduan antara rasa sambal dan panasnya kuah soto. Ah, tiba-tiba aku berpikir soal rasa sakit hatiku. Iya. Bukan sesuatu hal yang baru jika kamu dan deretan penggemarmu adalah sekelompok orang yang paling aku benci keberadaannya. Mereka hanya membuatku semakin panas.

    Duhai hati, kenapa bisa sesakit ini? Argh

    Kuseruput teh panas untuk meredakan porak-poranda pikiranku ketika berpikir tentangmu.

    Ketika ada tempe mendoan panas terhidang di atas meja makan. Warung ini kupikir-pikir terlalu pagi membuka jualannya. Di warung tak kudapati pelanggan lain selain aku. Beberapa menit yang lalu ada dua bapak-bapak tua yang mengambil meja paling depan. Tapi sudah tak ada lagi. Aku terlalu lama larut dalam menikmati soto pagi dan pikiran berlebihan ini.

    Kupandangi bakwan di meja makan bersama dengan tempe mendoan. Aku tetiba teringat soal obrolan denganmu mengenai program sosial. Kamu terlalu bersemangat menceritakan padaku kala itu. Pun, padatnya aktivitasmu tak membuat kamu lupa untuk meluangkan waktu untuk anak-anakmu. 

    Kamu sudah terlalu tua jika menghabiskan waktu sendirian saja. Sebetulnya aku ingin menawarkan diri jadi pendampingmu. Ah, cukup di mimpi aja dulu. Terlalu nafsu jika berharap jadi nyata. Pun, sejelasnya memang susah untuk jadi nyata. 

    Sudah sendok keberapa ini, mangkuk sotoku sudah tinggal setengah. Kupandangi ibu yang sudah berusia tetapi masih mengais rejeki dengan berjualan gorengan ini. Gorengan buatannya bahkan sudah nyemplung di mangkuk sotoku. Sudah sepuh tapi masih giat bekerja. Aku iri. Aku bekerja dari rumah saja, gaji UMR, plus banyak hari liburnya aja masih mengeluh. Soal ina-itu dan lain sebagainya. 

    Dari pintu depan warung soto ini, kulihat langit biru diarak oleh awan-awan. Hari ini cerah setelah semalaman hujan. Meninggalkan banyak embun kesejukan. Harusnya pagi ini teduh sendu tapi soto dan pikiran berlebihanku membuat semuanya menjadi sama saja. 

    Awan yang berjarak itu, apakah dia akan terbang mendatangimu di kota besar itu. Ataukah membawa ke pantai tempat kamu sering menghabiskan waktu untuk berlibur. Jika mampu, bisa tidak membawa pesanku. Argh, tapi aku yakin tak bisa tersampaikan. 

    Sendok terakhir sotoku sudah di depan mata. Teh panas masih mengepul panas. Meniup uap yang berarak meninggalkan tempat. Selesai sudah satu mangkuk soto genap beserta gorengannya. Apakah di lambung mereka akan tercerna dengan baik? Ah sudahlah, percaya saja sama sistem pencernaan dimana cara Tuhan untuk melunakkan soto dan gorengan itu menjadi energi berlebih.

    Lebihan energinya bisa kumanfaatkan untuk berpikir seperti saat ini aku memikirkanmu. Kuseruput teh panas yang berubah hangat. Sekali sesap. Menenggalamkan bau soto di Liang mulut. 

    "Abang ganteng yang di sana, masihkah kosong hatimu?"

    Ingin ku tanyakan pertanyaan super centil. Biar kamu mendadak ill feel. Aku kadang tidak mengerti dengan kamu yang begitu tidak menyukai perempuan genit kayak aku. 

    Sudah ah. Tinggal bayar. Bu Patmi yang jualan soto dan gorengan sudah menagih 8000-ku.

    (*)

    Minggu, 29 November 2020
    17:17

    Continue Reading
    Older
    Stories

    About Me!

    About Me!

    Arsip

    • ▼  2023 (1)
      • ▼  Jan 2023 (1)
        • My Last Dance
    • ►  2021 (34)
      • ►  Aug 2021 (1)
      • ►  Jul 2021 (3)
      • ►  Jun 2021 (3)
      • ►  May 2021 (4)
      • ►  Apr 2021 (8)
      • ►  Mar 2021 (6)
      • ►  Feb 2021 (4)
      • ►  Jan 2021 (5)
    • ►  2020 (64)
      • ►  Dec 2020 (4)
      • ►  Nov 2020 (4)
      • ►  Oct 2020 (4)
      • ►  Sep 2020 (4)
      • ►  Aug 2020 (5)
      • ►  Jul 2020 (6)
      • ►  Jun 2020 (6)
      • ►  May 2020 (5)
      • ►  Apr 2020 (9)
      • ►  Mar 2020 (6)
      • ►  Feb 2020 (9)
      • ►  Jan 2020 (2)
    • ►  2019 (12)
      • ►  Jul 2019 (1)
      • ►  May 2019 (4)
      • ►  Apr 2019 (1)
      • ►  Mar 2019 (2)
      • ►  Feb 2019 (3)
      • ►  Jan 2019 (1)
    • ►  2018 (6)
      • ►  May 2018 (2)
      • ►  Apr 2018 (1)
      • ►  Jan 2018 (3)
    • ►  2017 (9)
      • ►  Dec 2017 (1)
      • ►  Nov 2017 (2)
      • ►  Oct 2017 (1)
      • ►  Sep 2017 (5)
    • ►  2016 (3)
      • ►  Sep 2016 (1)
      • ►  Apr 2016 (1)
      • ►  Mar 2016 (1)
    • ►  2015 (7)
      • ►  May 2015 (6)
      • ►  Mar 2015 (1)
    • ►  2014 (25)
      • ►  Nov 2014 (1)
      • ►  Oct 2014 (2)
      • ►  Jun 2014 (1)
      • ►  May 2014 (2)
      • ►  Apr 2014 (6)
      • ►  Mar 2014 (3)
      • ►  Feb 2014 (7)
      • ►  Jan 2014 (3)
    • ►  2013 (12)
      • ►  Dec 2013 (7)
      • ►  Oct 2013 (2)
      • ►  May 2013 (1)
      • ►  Jan 2013 (2)
    • ►  2012 (12)
      • ►  Dec 2012 (3)
      • ►  Nov 2012 (2)
      • ►  Jun 2012 (2)
      • ►  May 2012 (2)
      • ►  Jan 2012 (3)
    • ►  2011 (14)
      • ►  Dec 2011 (3)
      • ►  Nov 2011 (11)

    Labels

    Artikel Ilmiah Bincang Buku Cerpen Curahan Hati :O Essay harapan baru Hati Bercerita :) History Our Victory Lirik Lagu little friendship Lomba menulis cerpen :) Memory on Smaga My Friends & I My Poem NOVEL opini Renjana Review Tontonan Story is my precious time Story of my life TravelLook!

    Follow Us

    • facebook
    • twitter
    • bloglovin
    • youtube
    • pinterest
    • instagram

    recent posts

    Powered by Blogger.

    Total Pageviews

    1 Minggu 1 Cerita

    1minggu1cerita

    Follow Me

    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top