Perpaduan Soto dan Pikiran yang Berlebihan

2:18 AM


Kuah soto ada yang bening, seperti sup. Bukan, lebih cocok orang menamainya timlo. Ada bihun di atasnya, bertabur potongan wortel, dan irisan kentang goreng. Cocok menemani pagi kita yang terkena hujan.

Hei, dalam keheningan aku menyeruput soto hangat ini, tiba tiba aku kepikiran kamu. Tepat ketika arah pandang mataku tertuju pada tempat sambal berada. Yang aku ingat dari kamu adalah selera makan yang tidak menyukai hal yang pedas. Padahal pedas adalah nikmat loh. Surga di dunia ini ada banyak. Salah satunya adalah pedasnya cabai. 

Satu suapan soto yang gurih ini aku tiba-tiba teringat dengan semangkuk bakso yang kaya akan gurih msg. Micin adalah sumber kekuatan untuk menghadapi hari. Yah, setidaknya setiap hari selalu berarti hal yang payah. 

Kemudian aku kecap gurihnya sesendok nasi dan kuah soto selanjutnya. 

Mendadak aku teringat pada pohon rambutan di depan rumah kos itu. Teringat kamu yang tidak punya kerjaan selain mengambil rambutan itu untukku. Jujur, ada banyak orang yang mampir ke kos kamu waktu itu. Tidak hanya aku. Tapi jika kamu memetikkannya untukku, bisakah aku punya rasa kepercayaan diri berharap sedikit pada rasamu?

Soto yang terhidang di depanku lambat laun berubah menjadi pedas. Perpaduan antara rasa sambal dan panasnya kuah soto. Ah, tiba-tiba aku berpikir soal rasa sakit hatiku. Iya. Bukan sesuatu hal yang baru jika kamu dan deretan penggemarmu adalah sekelompok orang yang paling aku benci keberadaannya. Mereka hanya membuatku semakin panas.

Duhai hati, kenapa bisa sesakit ini? Argh

Kuseruput teh panas untuk meredakan porak-poranda pikiranku ketika berpikir tentangmu.

Ketika ada tempe mendoan panas terhidang di atas meja makan. Warung ini kupikir-pikir terlalu pagi membuka jualannya. Di warung tak kudapati pelanggan lain selain aku. Beberapa menit yang lalu ada dua bapak-bapak tua yang mengambil meja paling depan. Tapi sudah tak ada lagi. Aku terlalu lama larut dalam menikmati soto pagi dan pikiran berlebihan ini.

Kupandangi bakwan di meja makan bersama dengan tempe mendoan. Aku tetiba teringat soal obrolan denganmu mengenai program sosial. Kamu terlalu bersemangat menceritakan padaku kala itu. Pun, padatnya aktivitasmu tak membuat kamu lupa untuk meluangkan waktu untuk anak-anakmu. 

Kamu sudah terlalu tua jika menghabiskan waktu sendirian saja. Sebetulnya aku ingin menawarkan diri jadi pendampingmu. Ah, cukup di mimpi aja dulu. Terlalu nafsu jika berharap jadi nyata. Pun, sejelasnya memang susah untuk jadi nyata. 

Sudah sendok keberapa ini, mangkuk sotoku sudah tinggal setengah. Kupandangi ibu yang sudah berusia tetapi masih mengais rejeki dengan berjualan gorengan ini. Gorengan buatannya bahkan sudah nyemplung di mangkuk sotoku. Sudah sepuh tapi masih giat bekerja. Aku iri. Aku bekerja dari rumah saja, gaji UMR, plus banyak hari liburnya aja masih mengeluh. Soal ina-itu dan lain sebagainya. 

Dari pintu depan warung soto ini, kulihat langit biru diarak oleh awan-awan. Hari ini cerah setelah semalaman hujan. Meninggalkan banyak embun kesejukan. Harusnya pagi ini teduh sendu tapi soto dan pikiran berlebihanku membuat semuanya menjadi sama saja. 

Awan yang berjarak itu, apakah dia akan terbang mendatangimu di kota besar itu. Ataukah membawa ke pantai tempat kamu sering menghabiskan waktu untuk berlibur. Jika mampu, bisa tidak membawa pesanku. Argh, tapi aku yakin tak bisa tersampaikan. 

Sendok terakhir sotoku sudah di depan mata. Teh panas masih mengepul panas. Meniup uap yang berarak meninggalkan tempat. Selesai sudah satu mangkuk soto genap beserta gorengannya. Apakah di lambung mereka akan tercerna dengan baik? Ah sudahlah, percaya saja sama sistem pencernaan dimana cara Tuhan untuk melunakkan soto dan gorengan itu menjadi energi berlebih.

Lebihan energinya bisa kumanfaatkan untuk berpikir seperti saat ini aku memikirkanmu. Kuseruput teh panas yang berubah hangat. Sekali sesap. Menenggalamkan bau soto di Liang mulut. 

"Abang ganteng yang di sana, masihkah kosong hatimu?"

Ingin ku tanyakan pertanyaan super centil. Biar kamu mendadak ill feel. Aku kadang tidak mengerti dengan kamu yang begitu tidak menyukai perempuan genit kayak aku. 

Sudah ah. Tinggal bayar. Bu Patmi yang jualan soto dan gorengan sudah menagih 8000-ku.

(*)

Minggu, 29 November 2020
17:17

You Might Also Like

0 Comments