Pages

  • Home
  • Tumblr
  • linked
facebook linkedin twitter youtube

Rumah Dialektika

    • About Me
    • Renjana
    • Cerita Pendek
    • Opini
    Bisa bisanya memimpikan abang Nicsap aka Nicholas Saputra. Gila gila gilaaaaa. Mana bisa aku napas.

    Jadi ceritanya gini. 

    Pada suatu ketika aku itu diajak abang pergi ke hutan. Absurd banget kan. Kita nepi dari huru hara perkotaan yang sekarang jadi sarangnya percovidan. Kita saling menjaga satu sama lain itu. Uwu banget deh, kayak berasa covid adalah sarang alien yang harus kita jauhi. 

    Bangun bangun, udah rada rada semangat buat kerja jam 10. Sorenya senam 10 menit buat ngecilin paha. Sama haha hihi dengan warga Twitter. 

    Apalagi ini anggi curhat masalah tetangganya. Masak ada orang yang bikin fatwa aneh banget. Nggak boleh sholat pakai masker? Kan masih covid, yoorobbuun ~ ada apa dah dengan dunia akhir akhir ini. 

    Polisi siber udah siap ngintai tuh. Ah malas kalau dibahas. Udah deh, udah aku blokir juga alamat Twitter mereka. 

    Malam ini ditutup dengan relay cam Johnny Suh. Uh indah banget deh seharian ini. Wkwkwk

    Nggak penting banget, emang. Tapi lebih baik nulis gak penting buat ngisi tulisan di blog kan. 

    Hari ini mendung. Hujannya serem. Sesekali gledek menggelegar. Banyak banyak doa. Agar kita dijauhkan dari hal hal tidak baik. Misal kayak penyakit panikan, stress, mikir kerjaan, mikir duit, mikir jodoh ups, atau mikir hal yang penting lainnya. 


    Lassst but not least, ada fotonya Johnny Suh mampir. Nemu di instagram, kedownload satu buat penyegar isi galeri. 

    Berbagi kebahagiaan indah kalau lihat hal hal yang indah. 


    Dear diary, 26 februari alhamdulillah masih baik baik saja
    Semangat untuk kita

    Jumat, 26.2.2021
    20.22

    Continue Reading

    “No one is sitting around just contemplating how they can help you find your dream job.” —Ken Coleman


    A few days off like right now on Wednesday-Thursday is so refreshing. Something happened like BOOM, on yesterday.

    Literally just found out at tuesday. My Manager give intruction about my task. We've been done the task before hmm... a year ago. Yes, Finally we realized that time flies so fast.

    Okay, continue on!

    'Yo, you have to make a great title for your article'

    'Yo, you know what, I realized that your team made an article just so ordinary, make it boom'

    'Yo, you must thinking that much. Focus on point your title!' 

    'Make an exaggerated point!' 

    Just like that. So I have to learn more again to make a great article aka clickbait point, for whose people invested their time to read.

    *

    Just working isn't easy. Cause working is just not for paying your bills right? 

    "According from Harvard Business Review (17/02), work provides us with more than a paycheck. It gives us recognition, status, belonging, self-esteem, and reinforcement of our self-concept. Research also shows that having a strong work identity (defined as how important your job is to who you are) can be tied to your wellbeing."

    So, when we working, everybody must be improved all the time. Everybody have learned something new. Just like me, just like us, so working isn't easy anymore. Something interesting. We have to adaptive, innovative, and many more to do something while working. 

    We feel like missing something when its loss. Cause, we do something repeatedly like habitual. Honestly, I miss  alot when I didnt work so much Or I didnt going like that anymore again.

    I am blessing. Found out that my job that adequately fulfills my profesional and economic needs. Hahah, alhamdulilah. I know that everybody not as lucky as me. Honestly, I have privilege that nobody didnt have.

    Unlucky I have to be more adaptive for all conditions need. Just like a days ago.

    YES, I got some point that wanna share about career advice (like always, I didnt intention to patronizing). But,  I just share my random thought and advice from somebody outside there. Its like a trash when setteled on mind, right.
    PRACTICE

    Like I said before. We are getting a job, so we doing the same thing all the time. We practice, do the best, learning something new, growing our ecosystem. 

    I know, we know, we both know that practice doesnt paid you well. But nobody's know. Remember what Yayak said that we practice more, we create more chances, and along that way we meet 'lucky time'. And now, I believe. 

    Even that time i didnt meet my 'lucky time', just wait and see. I have to create more chances on the Future, right. 

    HAVE A MENTOR

    I always learned about leadership from my leader. My team leader, my manager, and everyone who inspired me. We have a good friend, best team leader, and best manager, and everybody around us. They are inspired me to do something new. Growing together always. Improved skill. Or whatever. 

    Mentoring at work is an effective way of helping people to progress further in their chosen careers.

    I know it for the Linkedin. Thanks before.So important for us to have a mentor.

    Just 2 point before is a key. My working experience is 2 years, cannot be guide yet. But, I hold firm the 2 point before for guidance. 

    Hope everything will be fine. For us. For our job.

    **

    16.21 
    18/2/2021

    random thought from the minimalism podcast about advice career



    Continue Reading


    Senja Hari Ini

    Sayang, ketika daun bergesekkan dan berjatuhan, aku membayangkanmu. 

    Mungkin, daun jatuh itu sudah suratan takdir membawa memori terbaik kita. Bisa kita simpan sejenak saja menunggu senja sebentar lagi turun

    *

    Hari Pertama Masuk Sekolah, Juni 2010


    Bel masuk sekolah berdenting. Bapak penjaga sekolah yang berkumis tebal itu menjalankan tugasnya. Selepas upacara bendera, semuanya nampak ogah-ogahan. Sama sepertiku. 

    Hari ini pertama kalinya menginjakkan kaki di sekolah menengah atas. Biasanya setelah upacara dan sambutan awal kepala sekolah dan pihak guru, akan ada perkenalan. Atau biasa dikenal MOS, ajang perundungan itu datang.

    Upacara membosankan telah selesai. Dilanjutkan dengan materi yang akan diberikan guru. Sebelum itu, anak-anak baru kelas 10 diberi 'pelajaran' oleh kakak kelas. Kata teman sepantaran, kakak kelas yang bakal memberi 'pelajaran' berasal dari pasukan inti. Sebuah organisasi tersendiri yang aku tidak tahu persis apa manfaat mereka. 

    Mendapatkan selebaran mengenai sekolah, guru, dan sampai seluk beluk keorganisasian sekolah sudah ada di buku yang aku dapat di hari sebelumnya. Hari dimana aku membayar untuk sejumlah biaya sekolah, seragam, dan lain sebagainya. Jadi setidaknya sebelum aku menginjakkan kaki untuk pertama kali di sekolah, aku sudah mempelajarinya.

    Meski sudah diberi seragam, anak baru tetap memakai seragam dari SMP asal. Tak lupa juga beberapa hal yang diwajibkan untuk dibawa. Sebuah celah untuk melakukan perundungan, persis seperti kisah klasik novel teenlit. 

    Anak-anak Pasukan Inti masuk ke kelas kami satu per satu. Mereka langsung teriak-teriak tidak jelas. Kemudian menggledah apa-apa saja yang menjadi kesalahan kami anak-anak baru. Untungnya aku berada di meja paling depan. Masih sedikit diberi nyawa tambahan gara-gara bakal lama untuk memeriksa. Apesnya, kamu yang langsung datang. 

    Muncullah kamu. Perawakannya tinggi besar menjulang. Perawakan bak seperti militer. Rambutnya cepak. Sudah nampak cocok menyandang status sebagai prajurit. Hanya saja tatapannya tidak tegas, begitu sayu. Ada tahi lalat di sebelah pipi kirinya. Begitu nampak gara-gara kulitmu bersih.

    Matamu langsung mengarah ke meja paling depan. Memeriksa teman sebangkuku kemudian aku. Ada kesalahan yang aku lakukan. Pensil faber castel milikku belum teraut. Sementara temanku sudah. Dengan nada bentakkan memekakkan telinga, kamu menyuruhku maju ke depan. 

    Bersanding dengan anak-anak pembuat kesalahan lainnya. 

    Setelah waktu 'geledah-menggledah' usai. Kamu adalah satu-satunya anak Pasukan Inti yang paling menyebalkan. Aku sudah memberikan cap itu ketika kamu langsung dengan mata sinisnya menatapku. Mondar-mandir meneriakkan kesalahan kami. Bahwa kami sebagai anak baru di sekolah 'bagus' ini harus disiplin, bla-bla-bla. Semuanya konyol dan hanya aku telan mentah-mentah tanpa tercerna masuk otakku.

    Kemudian, si 'anak-anak tidak disiplin' kamu bawa ke lapangan basket belakang sekolah. Kamu dan gerombolanmu meneriaki kami lagi lebih lantang. Lebih keras. Lebih mengerikan. Mukamu masih terekam jelas dalam memori betapa menyebalkannya kamu saat itu. 

    *

    Oktober, 2016


    Kurang kerjaan banget kadang aku. Organisasi seabrek ingin didatangi rapat, belum lagi tugas kuliah, masih bikin proposal bisnis. Aku didorong teman baikku untuk mengikuti pendanaan kewirausahaan yang dibiayai dari kampus. Kita tinggal bikin proposal kewirausahaan. Nanti setelah dibikin, dipresentasikan bersama prototipe bisnisnya, kemudian kalau lolos bakal didanai. 

    Perasaan kalau menyangkut bisnis berbisnis memang aku tidak pernah ahli. Ah, biarlah. Daripada tidak dicoba. Lagian mau kapan, ajang ini hanya diselenggarakan setahun sekali. Tidak selalu ada. 

    Pagi hari yang dinanti untuk presentasi bisnis datang. Aku sudah siap bersama dengan puluhan anak yang mengikuti ajang yang sama. Kita berkumpul di jalan masuk menuju aula. Saling berdesak-desakkan memperebutkan kursi yang sudah disediakan di dalam aula. Hal pertama yang kita lakukan adalah mengikuti pembekalan terlebih dahulu.

    Lelaki yang wajahnya menyeramkan dan terpatri jelas dalam memori itu mendadak datang. Memakai kaos polo berwarna merah bata. Memakai jeans dan menyangklong tas ransel hitam. Dari kejauhan datang sendirian. Lelaki itu memang datang terlambat. Harus menduduki bangku di deret depan. 

    Kamu memang tidak mengingatku. Mungkin gadis polos yang kamu teriaki ketika masuk SMA itu tidak memiliki sejarah yang layak masuk dalam memorimu.

    Tapi ingatan wajah menyebalkanmu mendadak masuk. Menyeruak. Mengobrak-abrik bahwa hari ini aku tidak menaruh minat apapun pada apa yang aku lakukan. Persetan dengan proposal bisnis yang sebentar lagi aku presentasikan.

    *

    Kemarin,

    Sial!

    Tuhan menciptakan miliaran manusia, kenapa harus kamu sih.

    *

    Senja Hari Ini

    Ketika SMA, aku terkadang menghabiskan waktu mengikuti pertandingan basket. Kamu dan tim kamu bertanding. Perawakan tinggi bak militer itu pasti cocok jadi pemain basket hebat. Beberapa kali kamu dan tim basket sekolah sering mewakili kota. Bertanding di kejuaraan provinsi. 

    Kulit cerahmu tak menjadi hal yang menakutkan jika berhadapan dengan matahari. Ketika aku harus pulang sore demi mengikuti ekskul di sekolah, lebih sering mendapati kamu bermain basket sendirian.  Rasa-rasanya aku ingin duduk di pinggir untuk menamanimu. Di bawah guyuran hujan, di bawah sengatan matahari sore, di kondisi apapun. 

    Meski terkadang berdua, meski terkadang sendirian, atau ketika kamu duduk sendirian di bawah ring untuk beristirahat karena kelelahan main basket. Tak perlu kamu tahu, ketika itu pula aku sering mengamatimu. Dari jauh. Dari tempat motorku terparkir. Alih-alih alasan parkir motorku hanya sebuah pengalih kondisi. Atau aku sering mendapatimu bersama gerombolan sahabatmu di kantin. Tawa selepas-lepasnya yang diikuti dengan senyum dari matamu. 

    Hei, bisakah kita mencoba untuk saling menyapa dari awal. Sebelum berakhir pada takdir yang memuakkan ini. Takdir yang saling memisahkan. 

    Kemudian memori berharap kembali dari awal. Ah, nampaknya sudah susah membuat kisah cantik dengan takdir yang sempurna. Termasuk kehadiran senyum hangatmu dan wajah memuakkan itu datang bersamaan.

    Padahal kita bisa saling memandang langit senja yang sama. Lalu kamu bisa bebas bermain basket dan hanya aku yang menjadi penonton satu-satunya. Tentu saja, keahlian bermain basketmu itu yang sangat menghibur. Selain temperamen marah-marahmu yang tidak jelas ketika mengospekku dulu.

    ***

    10.48
    Kamis, 11.2.2021
    Mari Kita Lihat Sendunya Langit Sembari Kamu Bermain Basket

    Continue Reading

    Mungkin selama 2 bulan terakhir ini aku benar-benar dihibur lewat kehadiran drama True Beuaty. Agak telat mengikutinya. Baru mulai langganan di VIU pertengahan mendekati akhir Desember. Awalnya diperkenalkan oleh adik bungsu. Berakhir dengan setiap minggu mantengi hari Kamis - Jumat di pagi hari. Ya, karena VIU uploud-nya sepagi itu. 

    Kini drama True Beuaty sudah tamat. Padahal di webtoon-nya masih lanjot. Ya, antara webtoon dan drama punya industri yang beda. Jangan sampai deh nasib di webtoon kayak sinetron en-do-ne-sia yang beribu-ribu eps dan kalau tamat suka nyekek leher karena ceritanya terlalu dipaksakan. Jangan. Meski drama udah selesai, belum tentu aku juga akan menggantungkan kisah cinta Lim Ju Kyung - Lee Su Ho - Han Seo Jun ini. 

    Tak ku sangka, drama True Beuaty bakal jadi drama yang aku meninggalkan jejak menye-menye di hati ini. Meski sudah tamat, aku masih belum terima dengan nasib Han Seo Jun yang berakhir patah. Yah beginilah kalau nonton drama korea selalu di tim secondlead. 

    Tentu di luar bakal banyak ulasan terkait drama ini. Kalau lagi suka menye-menye, cinta bertepuk sebelah tangan alias tim secondlead, tontonlah kawan-kawan. Kalian akan merasakan betapa sakitnya ketika mengikhlaskan seseorang itu berada di level tertinggi dalam mencintai. 


    Di postingan ini memang cinta, kasih sayang, dan tulisan ini bakal didedikasikan ke tim secondlead alias Han Seo Jun. Jadi menurutku, aku perlu banyak mengambil hikmah pelajaran menjadi Han Seo Jun. 

    1. Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan (Udah 'kek Makanan Harian)


    Mungkin aku, atau kamu, atau kita adalah orang yang suka dengan orang (yang pada akhirnya) bertepuk sebelah tangan. Hanya kita doang nih yang usaha. Pihak sono mah biasa-biasa. Padahal segala usaha sudah dilakukan. Mulai doa, kadang cari perhatian, usaha apapun agar bisa bersanding manis dalam sebuah ikatan manis. Tapi apa daya, dikasih esem ngguyu aja enggak.

    Haduh, memang ya. Takdir tidak pernah seindah itu. Maka sangat-sangat-sangat bisa diterima di akal sehat bagaimana terpuruknya peran secondlead yang berakhir hanya mengungkapkan alasan. 

    Sama kayak kisah cinta Jungpal yang terjungkal gara-gara lampu bangjo. Niat hati mau memberikan pengakuan tapi semesta bak tak pernah ngasih dukungan. Kalah cepat sama Taek. 

    Maka petikan lagu dangdut lama karya Dayu Ag ini bisa jadi menambah lara hati yang sudah teriris taburan garam.



    Atau sama pula kayak habis pengakuan Seo Jun yang berakhir dengan tangisan di tangga darurat. Setelah Seo Jun memberikan 'kebohongan' yang mengatakan bahwa Su Ho bakal balik lagi ke US. Rasanya tak kuasa hati ini dibuat gembeng. Ingin ku berlari dan kupeluk tubuh ringkih Seo Jun. Kemudian berbisik penuh dengan kata-kata puitis menghibur luka yang tak berdarah ini. 2 taun masak jagain jodoh orang, huuhu.

    'Kamu tak sendirian, kawan'

    'Ada aku yang kisah cintanya tak pernah semanis hubungan Rain - Kim Tae Hee,'

    'Setidaknya kamu luar biasa, Seo Jun. Sudah mengakui rasamu. Apa daya aku yang punya nyali sebesar kamu. Nyaliku tengkurap dalam sangkar berdebu ini,'

    2. Dari Han Seo Jun, Aku Belajar Bahwa...


    Cinta itu persoalan ikhlas. Teringat kisah teman yang hatinya tercabik-cabik tahu pujaan hati menikah dengan adik tingkat. Padahal level kedekatannya sudah sangat wow sekali. Bagaimana bisa ada lelaki yang rela meminjamkan iphone XS nya untuk dipakai harian. Ketika itu temanku ini hape-nya rusak dan perlu komunikasi.

    Level kedekatan ini udah pasti menyejajari Han Seo Jun. Ia rela lakukan apapun. Pura-pura baik-baik saja, padahal hati lagi sakit-sakitnya. Jadi tempat keluh kesah sampai ungkap sakit hati Lim Ju Kyung kala dirinya tahu menyukai Lee Su Ho. 

    Ahhhh 😠

    3. Ketegaran Han Seo Jun Jadi Inspirasi Kita, Bahwasanya Level Tertinggi Mencintai Adalah...


    ... membuat orang yang kita sukai bahagia. Meski bukan lewat kita. Kita mungkin angin lalu. Kita tak ubahnya seperti orang lewat di jalanan. Sedangkan dia bertahan dengan orang lain yang menurutnya mampu membahagiakan. 

    Maka ketika itu, Han Seo Jun bak sedang naik bus BST, kini hanya bisa melihat paras Lim Ju Kyung yang sudah menepi, berhenti di pemberhentian Lee Su Ho. Dirinya hanya bisa menatap kepergian orang yang disayanginya. 

    Namun, percayalah Han Seo Jun. Kelak kamu akan menemukan 'rumah'-mu sendiri. Karena terkadang, arti rumah itu bukan melulu merujuk pada sebuah tempat. Bisa jadi itu adalah seseorang yang kamu sayang 😴


    Hwang In Yeop jadi Han Seo Jun (IG @hi_high_hiy)

    Huah, banyak kata-kata manis Han Seo Jun bertebaran di linamasa. Terakhir, mungkin ini pesan terakhir Han Seo Jun untuk kita (termasuk aku). Pernyataan ini harus jadi arah dan motivasi bagi kita yang masih berharap (halu) pada cinta sepihak kita.

    Bahwa sebenar-benarnya perjuangan adalah menyatakan perasaan meski berujung, 'maaf aku sudah lagi proses mengkhitbah perempuan lain'.

    "Semesta memintaku untuk melepaskannya, padahal aku belum sempat memiliki dia. Setidaknya aku tidak menyesal karena sudah berani untuk mengungkapkan perasaan yang selama ini kupendam" Han Seo Jun eps 16 True Beauty.

    Sing relo, berani melepas atas nama takdir yang tertulis di lauful mahfudz 😐

    Siap Komandan!

    Sedang membayangkan jalan-jalan ke Vienna.
    Jumat, 5/2/2021
    19.13


    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About Me!

    About Me!

    Arsip

    • ►  2023 (1)
      • ►  Jan 2023 (1)
    • ▼  2021 (34)
      • ►  Aug 2021 (1)
      • ►  Jul 2021 (3)
      • ►  Jun 2021 (3)
      • ►  May 2021 (4)
      • ►  Apr 2021 (8)
      • ►  Mar 2021 (6)
      • ▼  Feb 2021 (4)
        • Mikirin Hal yang Bikin Bahagia
        • Talking About Career Advice
        • Mari Kita Lihat Sendunya Langit Sembari Kamu Berma...
        • Ingin Kupeluk Han Seo Jun Sembari Berbisik, 'Kamu ...
      • ►  Jan 2021 (5)
    • ►  2020 (64)
      • ►  Dec 2020 (4)
      • ►  Nov 2020 (4)
      • ►  Oct 2020 (4)
      • ►  Sep 2020 (4)
      • ►  Aug 2020 (5)
      • ►  Jul 2020 (6)
      • ►  Jun 2020 (6)
      • ►  May 2020 (5)
      • ►  Apr 2020 (9)
      • ►  Mar 2020 (6)
      • ►  Feb 2020 (9)
      • ►  Jan 2020 (2)
    • ►  2019 (12)
      • ►  Jul 2019 (1)
      • ►  May 2019 (4)
      • ►  Apr 2019 (1)
      • ►  Mar 2019 (2)
      • ►  Feb 2019 (3)
      • ►  Jan 2019 (1)
    • ►  2018 (6)
      • ►  May 2018 (2)
      • ►  Apr 2018 (1)
      • ►  Jan 2018 (3)
    • ►  2017 (9)
      • ►  Dec 2017 (1)
      • ►  Nov 2017 (2)
      • ►  Oct 2017 (1)
      • ►  Sep 2017 (5)
    • ►  2016 (3)
      • ►  Sep 2016 (1)
      • ►  Apr 2016 (1)
      • ►  Mar 2016 (1)
    • ►  2015 (7)
      • ►  May 2015 (6)
      • ►  Mar 2015 (1)
    • ►  2014 (25)
      • ►  Nov 2014 (1)
      • ►  Oct 2014 (2)
      • ►  Jun 2014 (1)
      • ►  May 2014 (2)
      • ►  Apr 2014 (6)
      • ►  Mar 2014 (3)
      • ►  Feb 2014 (7)
      • ►  Jan 2014 (3)
    • ►  2013 (12)
      • ►  Dec 2013 (7)
      • ►  Oct 2013 (2)
      • ►  May 2013 (1)
      • ►  Jan 2013 (2)
    • ►  2012 (12)
      • ►  Dec 2012 (3)
      • ►  Nov 2012 (2)
      • ►  Jun 2012 (2)
      • ►  May 2012 (2)
      • ►  Jan 2012 (3)
    • ►  2011 (14)
      • ►  Dec 2011 (3)
      • ►  Nov 2011 (11)

    Labels

    Artikel Ilmiah Bincang Buku Cerpen Curahan Hati :O Essay harapan baru Hati Bercerita :) History Our Victory Lirik Lagu little friendship Lomba menulis cerpen :) Memory on Smaga My Friends & I My Poem NOVEL opini Renjana Review Tontonan Story is my precious time Story of my life TravelLook!

    Follow Us

    • facebook
    • twitter
    • bloglovin
    • youtube
    • pinterest
    • instagram

    recent posts

    Powered by Blogger.

    Total Pageviews

    1 Minggu 1 Cerita

    1minggu1cerita

    Follow Me

    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top