The story of leader will begin.
10:49 PM
nabila chafa said:
For my teacher, I even more to say thanks.
Yesterday I looking for something, and then TAADAAA... I found my little story when I'm on X-grade. With my favorite teacher, Mr. Supri. He's very decisive and concerns about nature, exactly. (Hm... cause he's elder member of Palasmaga. Haha... you know who 2011's leader huh?)
This story about honesty about how make this motherland better. We're successor on decade soon. So, this time for you..... Do a little thing to do. Make Indonesia envolved tommorow!! You can't do this, huh?
Say, I do this!!!
Best regards, Nabila
----> And the story begin. "Tak terbantahkan"
For my teacher, I even more to say thanks.
Yesterday I looking for something, and then TAADAAA... I found my little story when I'm on X-grade. With my favorite teacher, Mr. Supri. He's very decisive and concerns about nature, exactly. (Hm... cause he's elder member of Palasmaga. Haha... you know who 2011's leader huh?)
This story about honesty about how make this motherland better. We're successor on decade soon. So, this time for you..... Do a little thing to do. Make Indonesia envolved tommorow!! You can't do this, huh?
Say, I do this!!!
Best regards, Nabila
----> And the story begin. "Tak terbantahkan"
Tak Terbantahkan
Karya: Nabila Nurul Chasanati
“Tak akan pernah ada kejahatan di
bumi Indonesia,
kalau saja kalian mau mengamalkan Pancasila.” Kata salah satu guru besar
hidupku pemegang pelajaran Sosiologi, siapa lagi kalau bukan Pak Supri.
Pak Supri, sosok yang memberi
pencerahan disetiap pelajarannya. Sejak SMP, aku mulai meng-judges pelajaran
yang satu ini. Gurunya membosankan. Seratus persen aku jamin. Ia hanya memberi
materi dari buku dan diterangkannya apa adanya. Tak diubah satupun katanya.
Tanpa improvisasi. Hampa.
“Kalau begitu sih, enak saja
kerjanya seorang guru. Berkali-kali si guru ini tidak datang ke kelas dan hanya
memberi tugas. Itu artinya dia sudah memberikan materi.” Kata Pak Supri suatu
hari.
“… tetapi sesungguhnya, guru itu
mempunyai beban moral yang sangat luar biasa berat. Guru dalam arti sebenarnya
tak kan
pernah membiarkan anak didiknya yang ranking satu, dielu-elukan sekolah, menang
lomba ini-itu kalau kelakuannya jelek. Mau jadi apa negeri kita besok.” Itulah
kata-kata yang meresap dalam darahku yang membuat hidupku berbeda sebgai
pribadi yang lain. Pribadi yang mengorbankan semangat juangnya sempurna. Walau
tak sempurna untuk semua pelajar seantero jagad raya.
Itulah sosok yang paling
menyenangkan di mataku. Aku selalu menantikan pelajaran ini setiap hari Jum’at
dan Sabtu. Di tangan guruku ini, aku sudah mengubah images bahwa menjadi guru
sosiologi tak selamanya menjadi pribadi yang senang akan mendongeng sampai
membuat para siswanya terlelap dalam buaian mimpi indah hancurnya negeri ini.
Tapi menjadi mimpi buruk bagaimana mengubah bangsa yang bobrok ini menjadi
kebanggan tersendiri. Kebanggan akan rakyatnya yang tentram, kebanggan akan SDA
yang melimpah ruah, didampingi dengan pakar ilmuwan hebat produksi anak dalam
negeri. Kebanggan tentang kejayaan yang melumpuhkan pandangan hidup bangsa lain
bahwa Indonesia
adalah Negara yang hebat. Semua Negara mengakui hal itu. Di tangan kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit, hebatnya negeri ini tak pernah luput dari pelajaran
Sejarah.
Tetapi semua Negara sudah
melalaikan hal itu. Mereka melihat Indonesia yang sekarang. Indonesia
yang masih tenggelam dalam pesta pora hebatnya negeri ini ratusan tahun silam.
Sekarang kata mereka, Indonesia
merupakan Negara terkorup abad ini. Hingga memecahkan rekor dunia. Buktinya,
seorang narapidana kasus korupsi bisa hidup enak layaknya seperti tak di
penjara. Tidak usah diberi contohnya, pasti kawan sudah mengenalnya.
Ah lupakan saja. Jangan pernah
menyalahkan siapa pun. Sebenarnya kita pulalah yang salah dan kita pula yang
harus menyelesaikan. Bukan untuk menyontek saat ulangan. Contoh hal kecil,
tetapi susah untuk terpisahkan dari dunia kita. Karena sudah menjadi nafas
tersendiri bagi seorang pelajar Indonesia.
Hal itulah yang memupuk sifat para pembesar di negeri ini untuk diturunkan ke
anak buahnya. Mental Korupsi. Kita sebagai pelajar saja sudah memupuk sifat
seperti itu. Bagaimana dengan jaman kita besok akan memimpin.
Melawan akan sesuatu yang jelek
memang susah. Kawan, ku beri tahu tentang hal kecil yang nista dan mungkin
selamanya akan melekat pada diri kita. Saat kalian menggoreskan tanda minus dan
plus secara cepat. Mana yang mungkin akan lebih selesai? Plus atau minus? Pasti
minus bukan? Sudah hukum alam hal itu terjadi. Saat kau goreskan tanda minus
betapa lancarnya jemari tanganmu melakukan hal itu. Tapi saat tanda plus yang
akan kau tulis, mungkin kau akan mengalami kesulitan. Tanda vertical-kah atau
horizontal-kah yang akan kau goreskan terlebih dahulu.
Sama halnya dengan mata pelajaran
Matematika. Kau harus mengenal kebaikan atau keburukan yang hidup di lingkunganmu.
Sungguh, sebenarnya guru Matematika mengajarkan hal itu pada kalian sebagai
dasar mengenai pelajarannya. Bukan untuk mengenal sin-cos-tan dalam menulis
pidato Bahasa Indonesia. Ha…ha… Jayus memang.
“Guru bukan hanya menanti tanggal
muda untuk menafkahi keluarga tapi ternyata mempunyai beban moral yang luar
biasa.” Kesimpulanku saat Pak Supri meninggalkan kelas.
Kelas siang itu pun bubar setelah
bel berdering nyaring.
☻☻☻☻
2 Comments
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteJadi kangen sama pak supri :(
ReplyDelete