Pages

  • Home
  • Tumblr
  • linked
facebook linkedin twitter youtube

Rumah Dialektika

    • About Me
    • Renjana
    • Cerita Pendek
    • Opini
    Berikut merupakan resume dari mata kuliah Sejarah Eropa Klasik:

    PERADABAN YUNANI KUNO

    Peradaban bangsa Yunani meliputi kebudayaan Kreta, Polis, sistem kepercayaan, dan hasil-hasil kebudayaan. Peradaban Pulau Kreta memiliki kebudayaan tingkat tinggi. Kebudayaan ini dibangun akibat dari kekuatan maritime. Rakyatnya hidup di laut Aegae dan Laut Tengah bagian timur. Hasil kebudayaannya adalah arsitektur, seni patung, dan seni kerajinan. Sejarah pulau Kreta diketahui dari karya sastra berupa legenda dan mitologi karangan Homerus berjudul Illiad dan Odysseia. Di Knossus ditemukan reruntuhan istana yang berbentuk labirin. Struktur ruangan ini rumit sehingga menghalangi para penjahat masuk istana yang ingin menjarah kekayaan istana. Masyarakat Pulau Kreta mengenal seni lukis fresco, seni porselin, seni pahat pada gading dan seni kerajinan logam. Abad 15 SM, Pulau Kreta mengalami keruntuhan akibat dari bencana alam.

    Yunani merupakan salah satu pusat peradaban tertua di Eropa. Peradaban ini lahir di lingkungan geografis yang sebenarnya tidak mendukung. Kehidupan masyarakatnya yang mendiami iklim mediteran yang selalu hangat dan segar memungkinkan bersikap optimis dan berwatak riang.

    Yunani terdiri atas berbagai suku bangsa. Mereka mendiami wilayah yang bernama Negara kota atau bisa disebut polis. Di negara Yunani terdapat tiga polis besar dan kuat yaitu Athena, Sparta, dan Thebe. Dikarenakan kondisi geografis Yunani yang bergunung-gunung menyebabkan kasatuan unit politik antara kota-kota tersebut terpisah. Keberadaan polis-polis di Yunani mengakibatkan mereka saling bersaing untuk merebutkan hegemoni dan kekuasaan atas wilayah yunani. Tetapi ketika datang bangsa Persia yang akan menginvasi daerah Yunani, polis-polis yang berada di Yunani bersatu terutama Sparta dan Athena. 

    Yunani memiliki sistem desentralisasi karena tiap-tiap polis mengembangkan sistem pemerintahannya sendiri. Kepercayaan bangsa Yunani kuno adalah Politeisme dimana dewa tertingginya adalah Dewa Zeus yang merupakan lambang kesusilaan, pelindung, dan pencipta keadilan. Polis Athena melahirkan banyak ahli pikir yang mewariskan pengetahuan bagi manusia.

    Akhir kejayaan Yunani berakhir dengan terjadinya perang Peloponesos yaitu persekutuan antar polis yang memiliki pengaruh bagi politik dan ekonomi Yunani. Selain itu bencana lain yang dialami adalah munculnya wabah penyakit akibat buruknya sanitasi sehingga menyebabkan kematian seeperempat dari penduduk Athena. Disusul dengan kematian Perikles yang menyebabkan lemahnya kepemimpinan Athena. Tahun 404 SM terjadi perang saudara yang juga mengakibatkan rapuhnya pertahanan Yunani untuk menghadapi ancaman dari luar yaitu berupa penaklukan oleh Raja Makedonia. Sehingga dengan mudah pada tahun 338 SM, Raja Philipus dari Makedonia menaklukan Yunani.


    PERADABAN ROMAWI  KUNO

    Peradaban Romawi Kuno diawali dengan lahirnya Kota Roma. Perkembangan Romawi dipengaruhi oleh keadaan geogrofisnya. Lokasinya strategis di kawasan laut Tengah yang cocok untuk perdagangan, aman dari serbuan bangsa asing karena terlindung oleh alam. Orang-orang Italia terdiri atas banyak suku yang masing-masing memiliki bahasa dan kebudayaan tersendiri. Masyarakatnya hidup dari sektor pertanian serta perdagangan dan pelayaran. Mereka mengekspor keramik, barang-barang  dari besi dan perunggu dan kayu serta minuman sejenis anggur. Adapun barang impor antara lain sutera dari Cina, rempah-rempah dari Indonesia, katun dan mutiara dari India. Bangsa Romawi juga memiliki kemampuan yang tinggi dalam pengolahan logam, penggunaan batu untuk bangunan, teknik lengkung serta teknik pengeringan rawa.

    Sistem pemerintahan Romawi dimulai dengan berbentuk kerajaan (monarki) dengan raja pertamanya adalah Romulus. Sistem Monarki ini hanya berlangsung pada tahun 750 SM sampai 500 SM. Penguasa Romawi yang merupakan pendatang, tidak dapat diterima oleh penduduk asli yang pada akhirnya mereka digulingkan.

    Sebagai ganti sistem monarki maka diberlakukan sistem Republik. Pada masa Republik Romawi pembagian penduduk didasarkan atas dua golongan, yaitu patricia dan plebea. Patricia berasal dari kalangan pemilik tanah yang luas atau kelas aristocrat. Sedang plebea adalah mereka yang dianggap warga negara tidak penuh, namun masih memiliki beberapa hak politik dan hak untuk mengumpulkan kekayaan. Orang-orang dari golongan patricia memegang kedudukan dalam lembaga-lembaga politik yaitu konsul, senat, dan Majelis atau Assembly.

    Pertahanan dan militer Romawi juga sangat terkenal terutama ketika terlibat perang Punisia. Romawi memiliki tokoh-tokoh yang cukup berpengaruh didunia antara lain Julius Caesar, Tiberius Gracchus, Gayus Gracchus dan masih banyak lagi.

    Bangsa Romawi merupakan bangsa dengan tingkat kebudayaan yang cukup tinggi. Sebagai buktinya dapat dilihat dari seni bangunan, seni sastra, ilmu pengetahuan, pemerintahan, militer dan hukum. Salah satu bukti tingginya kebudayaan Romawi dari segi bangunan adalah pantheon. Seni sastra yang terkenal pada masa Romawi adalah Aeneis karya Vergelius dan karya Julius Caesar berjudul De Bello. Dalam bidang ilmu pengetahuan telah ditemukan obat-obatan dan dokter. Dibidang Pemerintahan Romawi sangatlah rapi. Perkembangan karya sastra Romawi mendapat sentuhan dari Yunani tetapi lambat laun menampakkan ciri khas Romawi.

    Dalam bidang ilmu pengetahuan bangsa Romawi meneruskan pengetahuan yang berkembang dari zaman Yunani kuno. Bangsa Romawi lebih menekankan pada segi kepraktisan, bukan teori semata. Sumbangan bangsa Romawi adalah bidang kedokteran dan obat-obatan hingga sekarang. Dokter pada jaman Romawi telah berhasil melakukan operasi gondok, amandel, dan batu ginjal. Sampai-sampai hingga sekarang, istilah kedokteran masih menggunakan bahasa latin.


    Tata pemerintahan Romawi tersusun rapi yang dijalankan dengan beberapa sendi seperti pemerintahan sentralisasi, ketertiban dan keamanan yang ketat, komunikasi antar pemerintah pusat dengan daerah terjalin baik serta untuk mempertahankan kekuasaan ditempuh dengan siasat divide et impera yang ditiru oleh kebanyakan bangsa jajahan. 
    Continue Reading

    GANASNYA IKLAN TERHADAP PERKEMBANGAN REAL ESTATE  KOTA MEMINGGIRKAN NILAI SOSIAL BUDAYA SEBAGAI KONSEKUENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEOLIBERAL


    I.       Pendahuluan

    Berbicara mengenai perkembangan real estate sudah menjadi konsumsi masyarakat saat ini. Bagaimana kendali kapitalis sampai mengakar pada kebutuhan primer manusia, yaitu papan. Bagaimana tidak ketergantungan manusia akan kebutuhan rumah sangat luar biasa akibat pengaruh iklan? Jauh dari kata kebutuhan, tetapi keinginan untuk menempati sebuah hunian merupakan cerminan dari selera kelas menengah atas. Coba tengok setiap hari sabtu atau minggu, iklan penjualan properti  rumah hampir ditayangkan hampir setengah hari di televisi. Yang membuat saya juga merasa geram adalah pernah saya temukan iklan penjualan properti juga mengisi hampir setengah lebih halaman koran. Ternyata pengaruh iklan luar biasa ganasnya. Secara implisit masuk dalam ruang publik dan kita tidak sadar sudah untuk tidak terperangah mengonsumsinya. Bahkan sampai menjadikan trend ini semakin marak di masyarakat sebagai gaya hidup. Banyak tujuan yang ditawarkan yang salah satunya adalah investasi.

    Perumahan real estate yang perusahaan jual menawarkan kehadiran arsitektur Eropa dengan pilihan gaya. Dalam iklannya pula menawarkan suguhan tempat menarik bagi penghuninya. Entah menawarkan alam pedesaan, tempat strategis yaitu mudah dijangkau, mempunyai keamanan yang mampu mengamankan 24 jam. Sungguh hal ini menghadirkan kota dalam sebuah kota. Mempunyai tempat privat tersendiri, dan susah dijangkau oleh kalangan kelas bawah. Mana bisa dikatakan terjangkau. Dengan salah satu iklan yaitu mampu mengamankan 24 jam saja sudah sangat cukup “mengamankan duit” orang berduit.

    II.    Pembahasan

    Kota yang dianggap sebagai tempat pertumbuhan dan berkembang yang mana di dalamnya terdapat ekonomi, sosial, dan budaya sekarang menggeser keberadaannya hingga pinggiran kota. Daerah yang sebelumnya bukan dikatakan “kota” sekarang menjadi identitas baru kekotaannya. Hal ini terjadi perkembangan kota selalu berkembang menyebar ke sekitaran daerah pusatnya. Tidak salah jika teori konsentris (Concentric Theory)  dari Ernest W. Burgess menyatakan bahwa kota mulai berkembang dari pusat kemudian meluas ke pinggiran.[1] Ekonomi neoliberal sudah membutakan mata masyarakat saat ini. Degradasi moral akibat pergeseran pola ekonomi mempengaruhi perkembangan kota.

    Kota merupakan area strategis dalam mengembangkan sektor perekonomian. Potensi inilah yang nantinya menggeser daerah-daerah satelit kota untuk membentuk atau membangun hal yang sama. Secara konsep kota sudah tidak mengenal lagi ikatan sosial antar penghuninya.[2] Perkembangan inilah yang menyebabkan kota selalu berbenah dari waktu ke waktu. Memberi ruang rekreasi, didirikannya gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, taman, bank dan masih banyak lagi.

    Dari strategisnya inilah, tidak salah jika ide bisnis muncul menciptakan kota dalam kota. Dengan memperhitungkan strategis tempat yang dibangunnya itu karena dekat dengan sarana-sarana penunjang di dalam kota. Konsep real estate sayangnya hanya bisa dinikmati oleh kalangan kelas menengah-atas saja. Bentuk arsitektur yang banyak dibangun oleh desain kota-kota luar negeri, menjadikan daya tarik. Seakan kita bisa berjalan ke luar negeri tanpa meninggalkan negeri kita sendiri. Hal ini bisa diciptakan dari desain yang dibangun.

    Pembangunan real estate mempunyai efek yang luar biasa bagi daerahnya. Biasanya dibangun dipinggiran kota untuk memberikan ketenangan bagi pemiliknya akan keramaian dan hiruk pikuk kota. Perluasan kota inti sampai pada kota yang dibangun dalam kota inilah memperluas jaringan ekonomi. Seperti kartu domino, saat dijatuhkan satu akan menjatuhkan kartu-kartu dibelakangnya hingga menjatuhkan keseluruhan kartunya. Perluasan jaringan ekonomi yang dilakukan kota inti hingga kota penyokongnya ini memperluas terpinggirkannya sosial budaya yang dibangun oleh masyarakat.

    Tidak salah jika Farabi Fakih[3] dalam artikelnya “Rumah Indonesia Indah: Imajinasi Postmodern dan Iklan Real Estate Indonesia” dalam kesimpulannya menyatakan bahwa dunia pasca Orde Baru  yang dianggap post modern adalah dunia dimana orang kelas menengah Jakarta ingin melarikan diri dari Indonesia. Fokus penulisan yang dilakukan oleh Farabi Fakih lebih menekankan pada kebingungan orang Indonesia pada identitas dirinya sendiri. Seakan semua tercampur-baur menjadi satu dalam hal arsitektur bangunan. Di satu sisi masih menonjolkan budaya lokalnya tetapi di sisi yang lain merupakan hasil impor dari barat. Majalah Tempo, 4 Agustus 1990 bahwa bangunan yang dibangun era postmodern adalah bangunan acak-acak yang bagiannya tidak sinkron satu sama lain.

    Pasca Orde Baru, Farabi Fakih menyatakan bahwa gaya rumah sedang dinegosiasi yaitu sebuah gaya yang terus menerus berubah, justru karena itulah ia belum menentukan bentuk barunya. Dalam penilaiannya Kota Jakarta merupakan pintu masuk dunia global, sehingga sebagian besar dari ruang kotanya telah diekspropriasi[4] oleh neoliberalisme dan konglomerasi lokal. Dalam bagian penutupnya pula, Fakih memberi penjelasan bahwa akhir tahun 1980-an Jakarta mengalami salah satu perubahan yang paling besar mengenai tata ruangnya. Ratusan gedung pencakar langit mulai bermunculan, perumahan-perumahan dan kota-kota satelit eksklusif mendominasi peta. Dari munculnya banyak perumahan yang bisa dikatakan real estate inilah kebutuhan akan dirinya berkembang. Kebutuhan dari real estate sendiri sungguh kompleks dan beragam. Oleh karena itu, tidak heran di sekitarnya pun dibangun pusat perbelanjaan untuk menunjang kebutuhan perumahan. Di dalamnya juga disediakan tempat hiburan seperti permainan, bioskop dan hal lainnya. Belum lagi didirikan rumah sakit, café, hotel. Seperti efek yang beruntun dari didirikannya perumahan real estate ini dengan kemunculan berbagai produk kapitalis. Sebagian banyak, mal-mal besar yang menggeser jalanan.

    Iklan memerankan permainan yang sangat ganas dalam membujuk dan menarik perhatian para konsumen. Iklan perumahan oleh Fakih mengalami perubahan yang sangat drastis tahun 1986-an, baik dalam segi kualitas ataupun kuantitas. Beranekaragamnya jenis iklan ini dengan memperkenalkan produknya, kebanyakan merupakan desain dari arsitektur barat. Sebagai contohnya, iklan perumahan kota Bunga, Puncak memilih tema Vila Praha. Dengan menghadirkan eksotisme arsitektur Eropa Timur. Tetapi hal ini sebenarnya hanya imaji yang dibentuk sedemikian rupa untuk menarik minat para calon pembeli. Hal ini bisa dikatakan sebagai bagian dari globalisasi, pengambilalihan budaya lokal dan disusupkan imaji-imaji global.

    Sebenarnya Era Orde Baru, sudah dilakukan penggalian terhadap pencarian Keindonesian Asli. Sebelumnya saat masa Hindia-Belanda oleh Thomas Karsten, merupakan tonggak pertama kali proses penciptaan sebuah identitas Hindia-Belanda yaitu dengan pembangunan gedung-gedung. Sebut saja, Gedung Pusat ITB dan renovasi Pasar Tanah Abang. Dengan usaha penggalian esensi kebangsaan bisa dilihat dari pembangunan Bandar Udara Soekarno-Hatta (1985) yang menggali atas tradisionalisme kejawaannya.

    Tetapi orang menengah-atas yang tinggal di perumahan menjawab akan ketidaksesuainya pemikiran lebih baik ke Mall, daripada pergi ke tempat-tempat yang diusung untuk Orde Baru. Inilah yang mengacaukan ketidakindonesian mereka, dengan gaya hidup mengikuti globalisasi.

    Paket kebijakan derugalitif sekitar tahun 1980-an oleh Orde Baru, menanamkan logika sirkuler membuat kondisi melemah. Kemunculan kelas menengah dengan kedekatannya dengan Negara menghasilkan serangkaian pergeseran yang diakomodasi oleh penguasa.[5]

    III. Kesimpulan

    Konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi yang dibawa oleh global yang mengarah pada capital inilah yang memunculkan gaya hidup mewah. Perumahan real estate merupakan perwujudan dari hal tersebut. Masalah-masalah mengenai hal ini bahkan sampai masuk dalam degradasi budaya yang ada dalam masyarakat. Munculnya pusat perbelanjaan sebagai tempat penyokong adanya perumahan memunculkan budaya konsumtif. Belum lagi, meluas pada kurangnya pemberdayaan pasar tradisional. Pergeseran-pergeseran tersebut selalu ada dan berimbas pada tatanan sosial budaya apalagi ekonomi masyarakat.

    Hanya gagasan kosong, jika kita selalu mengkritik ketegasan pemerintah dalam mengentaskan permasalahan ini. Bisa jadi, karena masyarakat pula yang sudah diperdayakan oleh era ini, seakan tutup mata pada permasalahan yang tidak benar-benar merasa rasakan. Atau hanya sekedar berbicara tanpa memberi solusi.

    Benar kesimpulan terakhir kalimat dalam arikel yang ditulis Farabi Fakih, bahwa Indonesia yang merupakan Negara multikultural seakan kehilangan identitas dirinya dengan adanya globalisasi. Sehingga diperlukan pemikiran ulang mengenai imaji baru Indonesia yang bersifat multikultur dan inklusif ini. Sama seperti proyek Orde Baru dalam melakukan pencairan terhadap “Keindonesiaan Asli” yang dilakukan arsitek-arsitek Hindia Belanda.

    Sebagai bangsa yang besar, kita setidaknya harus memiliki potensi pada diri kita untuk bisa ditonjolkan. Degradasi sosial budaya sudah membutakan mata kita bahwa kita kehilangan banyak potensi lokal yang dimiliki Negara multikultural ini. Kita tidak benar-benar kehilangan jati diri kita, dengan mempelajari dan meneruskan kepada generasi selanjutnya akan terjadi kontinuitas dalam penerusan nilai-nilai masyarakat. Kita hanya merasa tidak mau saja, tidak mau menggali akar budaya kita. Seolah mengatakan bahwa budaya kita sudah hilang. Justru, kita sendiri yang perlahan-lahan menghapuskannya.

    Akhir kata, dari kesimpulan yang diberikan Farabi Fakih, penulis ingin mengajak untuk kembali menemukan identitas baru Indonesia saat ini. Berkembangnya kota dengan dinamikanya yang ada tidak seharusnya menggeser atau mendegradasi nilai-nilai sosial budaya yang sudah melekat erat dalam tatanan masyarakat itu sendiri. kita Kita harus awas diri dalam era keterbukaan seperti saat ini. Jangan sampai pihak luar memenangkan permainan era global ini.



    [1] Theory Burgess di dapat oleh penulis semasa pelajaran Geografi SMA dalam Bab Pola Ruang Desa dan Kota

    [2] Pendapat menurut Wirth, dalam presentasi Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd.

    [3] Penulis Rumah Indonesia Indah: Imajinasi Postmodern dan Iklan Real Estate Indonesia, hlm. 31.

    [4] Exproriate: pengambil alihan.

    [5] Op. Cit.,Farabi Fakih, Rumah Indah Indonesia, hlm.71.

    Continue Reading



    Waktu bergulir setiap hari. Setiap detik. Setiap menit. Bahkan akan berujung dengan pergantian tahun. Tetapi kesannya bahwa hidup ini hanya mengikuti aliran air. Tunduk pada sang matahari pagi. Hanya bergumul dengan waktu dan jam yang sama. Tidak adanya aktifitas yang menghasilkan dan berproduktif. Inilah hakikatnya hidup yang kita jalani. Hanya sebatas mengalir. Dari pagi sampai tenggelamnya senja.

    Manusia hidup pasti ingin berguna bagi sesamanya. Masalah utamanya sekarang sebagai mahasiswa kadang berpikir bahwa tidak ada yang bisa diharapkan untuk menjadi sarjana kalau ujung-ujungnya menganggur—tidak bekerja. Bukankah bila dipikirkan ini merupakan suatu kegalauan yang tak ada ujungnya. Tetapi sebagai pribadi individu, bagaimana cara kita untuk ‘bertahan’ dalam era persaingan seperti ini. Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah diberlakukan, proteksi-proteksi yang diberikan pemerintah pun juga minim. Mengingat bahwa suatu persaingan itu harus bersifat fair. Kita tidak bisa berkeluh kesah kepada pemerintah atas hal yang sudah diberlakukan semacam ini. Tidak ada lagi manja-manja dibawah naungan hukum undang-undang. Era persaingan sudah diberlakukan dan kita saat ini masih belum mampu menjawab pertanyaan akankah diri kita eksis. Akankah kita bisa bersaing?
    Pemerintah dihadapkan oleh persoalan yang pelik. Sejarah mencatat bagaimana perkembangan negeri ini sampai di titik dinamika permasalahannya yang membuatnya semacam pelik. Turbulensi atas ketimpangan, ketidakseriusan, dan kelalaian dari pemerintah, akankah kita membiarkannya begitu saja. Karyaku untuk Indonesia dalam hal ini saya akan mengangkat bagaimana kita berkontribusi dalam memajukan peradaban Indonesia untuk lebih baik lagi kedepannya melalui semangat cerita. Cerita memang suatu karya sastra yang sederhana. Tetapi penuh makna bila dilihat dari perspektif yang berbeda. Cerita dapat menggambarkan suatu imajinasi liar yang berbeda dibandingkan dengan bentuk visual. Karena pembacanyalah yang hanya mampu  melukiskannya. Tetapi lewat cerita pula, kita mampu mendobrak semangat, menanamkan nilai-nilai kehidupan, menentukan sikap dan tindakan atau bahkan sebuah protes sosial.
    Saya senang menulis. Bukan menulis hal-hal yang berat-berat, tetapi menulis cerita. Cerita yang mengalir sederhana mengenai kehidupan, secercah pemberi semangat akan rasa dan suasana. Saya hidupkan melalui untaian kata-kata dan menyesatkan diri ke dalam imajinasi yang saya bangun. Menciptakan kota yang bebas sampah, kota yang rapi, bahkan potongan rumput seolah dibuat sama rata tingginya, hanya bisa saya ungkapkan melalui cerita. Atau mengenai gelandangan di pinggir jalan dengan gerobak yang bertumpukan rongsokan, sedang mengais di tengah gerimis bulan Februari hanya bisa saya deskripsikan melalui cerita. Dapatkah cerita mampu menjadi kontribusi bagi negeri ini? Saya jawab: Iya.
    Sesederhana cerita, mengalun lewat ketikan panjang, menjadi buah dari inspirasi masa depan. Saya ingin membuat kota yang layak huni menurut deskripsi saya, bisa saya tulis dengan melihat kenyataan yang tidak saya dapati di alam ‘nyata’ saya. Melalui menulis cerita kita memberikan kepemahaman yang berbeda dari realita yang ada. Toh, bukankah karya sastra jaman orde lama mampu menggerakkan masyarakat. Bahkan aparat pemerintahan saja sampai teriak-teriak untuk membungkamnya. Walaupun itu hanya cerita, yang kata orang hanya imajinasi saja. Dan hanya berisi omong kosong penulisnya saja.
    Pramoedya Ananta Toer mampu membuktikan bahwa lewat cerita yang ia tuturkan bisa membuat ideology yang ia kaguminya menjadi semakin banyak basis massa yang mendukung. Lewat karyanya itu pula, ia harus dihadapkan oleh tindakan sewenang-wenang aparat sampai ia dibungkam dalam penjara. Lewat tuturan ceritanya itu pula ia tidak segan-segan mempropagandakan ajaran sosialis.
    Sebagai mahasiswa Ilmu Sejarah, lewat sastra pula saya bisa mengkomunikasikan peristiwa yang terjadi di masa lalu dan terefleksikan oleh peristiwa masa kini. Sehingga hal itulah yang menjadikan nilai kesejarahan menjadi hidup dan punya sudut pandang yang berbeda. Hal itu pula yang mendorong salah satu budayawan yang sekaligus dosen sejarah di Yogyakarta, Kuntowijoyo dalam merefleksikan peristiwa sejarah menjadi bentuk karya sastra.



    Masihkah jaman galau di era sekarang ini?? Banyak pilihan hidup yang mewajibkan kita memilih satu dari sekian banyak pilihan yang disodorkan. Ini memang tidak masuk akal. Tapi satu pilihan itu mampu menjawab berbagai ragam pertanyaan akan keeksistensi diri kita pribadi. Hanya orang malas yang masih merisaukan masalah masa depan mereka sendiri tanpa disertai sebuah action. Seakan masa depan yang tak terlihat itu bisa dijadikan factor kegalauan anak remaja saat ini. Bukan waktunya untuk menyalahkan diri sendiri karena ketidaksiapan kita dalam menghadapi persaingan yang ada. Semakin majunya jaman semakin kuat pula persaingan yang ditawarkan. Contohnya lapangan pekerjaan. Banyak orang berpikir, kalau ambil ilmu sejarah, mau jadi apa besok? Itukah yang sedang menjadi trend topic kegalauan seorang mahasiswa? Justru inilah momentum yang tepat untuk memulai membuat rencana strategis dan memantapkan akan pilihan yang kita sudah ambil.
     
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About Me!

    About Me!

    Arsip

    • ►  2023 (1)
      • ►  Jan 2023 (1)
    • ►  2021 (34)
      • ►  Aug 2021 (1)
      • ►  Jul 2021 (3)
      • ►  Jun 2021 (3)
      • ►  May 2021 (4)
      • ►  Apr 2021 (8)
      • ►  Mar 2021 (6)
      • ►  Feb 2021 (4)
      • ►  Jan 2021 (5)
    • ►  2020 (64)
      • ►  Dec 2020 (4)
      • ►  Nov 2020 (4)
      • ►  Oct 2020 (4)
      • ►  Sep 2020 (4)
      • ►  Aug 2020 (5)
      • ►  Jul 2020 (6)
      • ►  Jun 2020 (6)
      • ►  May 2020 (5)
      • ►  Apr 2020 (9)
      • ►  Mar 2020 (6)
      • ►  Feb 2020 (9)
      • ►  Jan 2020 (2)
    • ►  2019 (12)
      • ►  Jul 2019 (1)
      • ►  May 2019 (4)
      • ►  Apr 2019 (1)
      • ►  Mar 2019 (2)
      • ►  Feb 2019 (3)
      • ►  Jan 2019 (1)
    • ►  2018 (6)
      • ►  May 2018 (2)
      • ►  Apr 2018 (1)
      • ►  Jan 2018 (3)
    • ►  2017 (9)
      • ►  Dec 2017 (1)
      • ►  Nov 2017 (2)
      • ►  Oct 2017 (1)
      • ►  Sep 2017 (5)
    • ▼  2016 (3)
      • ▼  Sep 2016 (1)
        • Peradaban Eropa Kuno
      • ►  Apr 2016 (1)
        • Ganasnya Iklan Terhadap Perkembangan Real Estate ...
      • ►  Mar 2016 (1)
        • Cerita—Inspirasi—Mengabdi
    • ►  2015 (7)
      • ►  May 2015 (6)
      • ►  Mar 2015 (1)
    • ►  2014 (25)
      • ►  Nov 2014 (1)
      • ►  Oct 2014 (2)
      • ►  Jun 2014 (1)
      • ►  May 2014 (2)
      • ►  Apr 2014 (6)
      • ►  Mar 2014 (3)
      • ►  Feb 2014 (7)
      • ►  Jan 2014 (3)
    • ►  2013 (12)
      • ►  Dec 2013 (7)
      • ►  Oct 2013 (2)
      • ►  May 2013 (1)
      • ►  Jan 2013 (2)
    • ►  2012 (12)
      • ►  Dec 2012 (3)
      • ►  Nov 2012 (2)
      • ►  Jun 2012 (2)
      • ►  May 2012 (2)
      • ►  Jan 2012 (3)
    • ►  2011 (14)
      • ►  Dec 2011 (3)
      • ►  Nov 2011 (11)

    Labels

    Artikel Ilmiah Bincang Buku Cerpen Curahan Hati :O Essay harapan baru Hati Bercerita :) History Our Victory Lirik Lagu little friendship Lomba menulis cerpen :) Memory on Smaga My Friends & I My Poem NOVEL opini Renjana Review Tontonan Story is my precious time Story of my life TravelLook!

    Follow Us

    • facebook
    • twitter
    • bloglovin
    • youtube
    • pinterest
    • instagram

    recent posts

    Powered by Blogger.

    Total Pageviews

    1 Minggu 1 Cerita

    1minggu1cerita

    Follow Me

    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top