Untuk Mbokdhe Imaf!

7:37 PM

Hei Maf!

Mumpung yu ada di Jepang. Momen yang sangat tepat bagiku untuk menulis tentangmu. Haha, gimana? Kerasan gak? Dingin banget lho. Jangan sampai kamu merindukanku. Rindu itu berat, Maflahah. Tidak apa. Dingin itu mudah, yang jauh lebih berat adalah melupakan dia. Cuaca dingin merupakan waktu yang tepat untuk menggalau-in dia yo maf. Nikmatilah saja! Kan katamu, kamu lagi menuju move on. Loh?




Ingat pada pertemuan pertama kita, Maf. Saat itu seleksi wawancara Bakti Nusa. Karena aku datang paling awal dibanding semua peserta di hari Minggu waktu itu, aku mendoakan agar kamu diterima. Haha. Lucu sih. Aku kenal kamu aja enggak. Tetapi memang kok Maf, waktu wawancara itu aku begitu bodoh. Dan melihat pertama kali sosok Maflahah, aku yakin kamu lolos. Daaan yah, memang Allah menakdirkan aku untuk mengenalmu lebih lama setelah itu.

Berbicara tentang hidupnya Maflahah itu sebenarnya biasa saja. Tetapi kalau dia cerita, seakan-akan heboh gitu. "Oh ya?" dan kata 'ya'-nya itu rada melengking ke atas. Sesekali kalau diceng-ceng-in selalu keluar satu kata. "Horok i." Ohya, dari sekian nama yang sering diceng-ceng-in adalah Mas Doni. Cocok sih. Udahlah maf, akui saja. Srimulat siap mengiringi kebahagiaan kalian berdua.

Berbicara tentang nama ini sebenarnya banyaaak banget yang aku ingin omongkan. Satu laman ini saja sepertinya sudah tidak muat. Tapi ya sudah. Memang satu orang harus mendapatkan satu porsinya masing-masing.

Ada satu film yang mengantarkanku pada tidur kemarin malam. Film dengan judul Train to Spain. Ceritanya tentang dua orang Bapak-bapak yang liburan ke Spanyol. Jalan ceritanya membosankan. Relevansinya apa? Relevansinya adalah kisah cinta Maflahah juga tak kalah membosankan. Haha!

Sebenarnya mencintai dalam hati itu berat Maflahah. Mengalahkan segepok rindunya Dilan. Kamu sendiri juga sadar bahwasanya tidak ada keromantisan dalam kisah cintamu, ya kan? Akui saja! Yang ada malah kita jengkel sendiri dengan semua alurnya. Saat temu "Konsolidasi Internal" di tempatnya Eli, kita bertiga saja (Aku, Eli, Syuga) gregetan banget sama alur yang datar dan kurang "boom!" Sesekali dalam setiap momen kamu cerita, selalu kita potong. "Harusnya itu kesempatan emas, Maflahah. Kenapa harus disia-siakan!" Atau kalimat yang lain, yang membuatmu akan menyesal seumur hidupmu.

Terima kasihlah kepada bebek-bebek di Balekambang, Maflahah. Jika tanpa bantuan mereka, kamu tidak akan menabung cinta selama 4 tahun. FIX sih, harusnya memang kamu kredit motor aja. Lak yo lunas, Maf. Daripada nabung cinta yang lama-kelamaan membuatmu sakit hati. Di tinggal kemana lagi kamu Maf? Luar kota kan. Jarak memang membuat segalanya begitu kejam ya, Maf. Kalau seandaianya doi ada disini, cukupkah  mampu kamu move on, wahai Maflahah?

Detail cerita tentang kamu dan doi itu panjang, begitu rumit, dan kurang menggelegar. Kenapa  rumit? Karena kamu tidak membuatnya mudah. Hanya berdiri bersisian di dekat jendela, dan melihatnya dari jauh. Saat doi masuk asrama, hanya ngliatin aja. Melihatnya saja sudah sangat cukup untuk bersyukur ya Maf. Diberikan sama Allah fitrah menyukai. Walaupun dalam hati. /Halah/

"Sebelum dan sesudah tidur, siapa yang aku lihat, Bil? Dia!" katamu suatu waktu.

Iya Maf, kamu melihatnya hampir setiap saat. Tuhan itu sudah mempertemukan kalian di segala kesempatan yang ada. Bagiku, waktu dan kesempatan itu termasuk rejeki. Tetapi memang sangat disayangkan. Kamu melewatkannya begitu saja. Padahal Maflahah yang aku kenal, adalah sosok yang pemberani. Strong woman! Tetapi memang ya Maf, kita sebagai perempuan memang harus berpikir berkali-kali lipat saat menghadapi sosok yang teramat nyaman tetapi harus bermain hati di dalamnya. Huhu.

Dari Maflahah, aku belajar bagaimana memasak yang baik dan benar. Menjadi sesosok perempuan yang pemberani. Menjadi orang yang membuat nyaman orang disekitarnya. Menjadi orang yang peduli. Menjadi apa adanya diri kita tanpa perlu berpura-pura. Menjadi loyal. Itulah kenapa geng-mu bisa menahanmu begitu lama. Itulah kenapa kamu menjadi ruh dari jiwanya Srimulat. Tanpa kamu Maflahah, aku mungkin hanya sereceh debu yang berterbangan di angkasa. Haha. Serius, asli!

Terima kasih untuk bisa sedekat ini, hingga aku berani menuliskan semua hal tentangmu. Habis ini kita wisuda, Maflahah. Sedih banget! Kamu sedih, ndak? /Alay/

Dear Mbokdhe!

Kamu senang aku memanggilmu, Mbokdhe? Ini aku Maf, Nabila yang memanggil. Bukan Mas ___, jadi jangan seneng dulu, Eh maaf kalau nggak seneng. Aku justru seneng kalau membuatmu gak seneng. Haha. Srimulat tanpa Maflahah hanya akan menjadi seonggok daging tanpa tulang. Ambyar Maf! Harapan-harapan kedepan, semoga kamu sukes selalu. Diberi kemudahan dalam membuat pilihan. Alhamdulillah ya Maf, sekarang galau milih diantara dua pekerjaan. Hm~ kamu memang terbaik Maf. Rejeki lancar teruuus. Dan jangan lupakan Nabila. Ini penting! Dan semoga kamu mendapatkan jodoh orang Solo dan sekitarnya, sesuai impianmu. Aku pasti jagong Maf. Haha.

Maflahah, aku rindu. Semoga perjalananmu menyenangkan di sana.



t_e_m_a_n__b_e_r_k_e_n_d_a_r_a_m_u__,



nabila chafa.,
Ska, 1/2/2018
10.33 am



*) Jadi, siapakah selanjutnya!


"""

Akhir Tahun 2017 Bersama Maflahah!






***

You Might Also Like

0 Comments