Pages

  • Home
  • Tumblr
  • linked
facebook linkedin twitter youtube

Rumah Dialektika

    • About Me
    • Renjana
    • Cerita Pendek
    • Opini
    Aku gak akan freestyle dengan gaya bahasa Tuanku, hamba aka. idiot lainnya. Aku hanya pingin nulis aja.

    Dulu aku sapa pengunjung blogku dengan Hai, Halo, nabila chafa love yellow sweet atau hal menjijikan lainnya. Karena lambat laun aku semakin tidak peduli atau bahkan lupa memulainya dengan kalimat macam apa lagi. Sangking terlalu lama berada di dalam zona blogging dengan alamat : nabilachafa.blogspot.com. 

    Iya. Masih memakai domain gratisan untuk menggunakannya, karena entahlah dengan berbagai alasan dan pertimbangan. 

    Oke, sebenarnya aku memberi pertanyaan ini karena hal ini yang masih dan akan terus aku lakukan. Selalu harus berlandaskan rumusan masalah: WHY. Kayak kebiasaanku buat journaling setiap hari. Apa yang aku lakukan. Meskipun ya, so-so banget idup kita ini. Tapi sebagai alumnus ilmu sejarah journaling itu penting. Sebagai pencatatan pada kertas apa yang kita lakukan pada detik lalu, di tanggal lalu, bulan lalu, bahkan taun lalu. Maka ketika kita ceritakan pada anak cucu kita kelak, kita punya aset berupa kronologi yang jelas. Ok, lupakan. Bukan itu yang sedang dibahas memang. Haha, disclaimer yang sungguh berat sebagai awalan. 

    Dalam pemutusan hidup memang perlu ditanyakan lagi. Tentang alasan. Alasan kamu melakukan ini. Alasan dia melakukan itu. Alasan dia berpikir ini. Atau alasan lainnya. Demi menjawab pertanyaan sempurna mengenai mengapa.

    Begini kronologinya (haha): 

    Memulai blogging itu sejalan dengan aku membuat akun email pada bulan Mei tahun 2011. Lama bener, iya memang. Haha. Aku ada email yahoo dan tidak aktif. Waktu itu emang lagi butuh ngirim email untuk sebuah tugas di SMA, dan aku membuat baru. Jadilah alamat email chafa.nabila27@gmail.com dan menjadi sandaran pada pembuatan blog ini pula. Masih lekat dalam ingatan, membuatnya di rumahnya teman, Eky namanya. Kita berempat--bersama geng--kami mengerjakan tugas dan bersendau gurau ala-ala. Capek mbok, sekolah terus, ye kan. 

    Tika dan Eki yang membantuku membuat email itu menjadi ada. Bahkan sangat-sangat aktif aku gunakan dalam setiap sendi kehidupan perinternetanku detik ini. Luar biasa memang. Hampir menuju 1 dekade umur email dan blog-ku. Standing applause.

    Yang aku masih ingat, postingan pertama di blog ini awalnya hanya lirik lagu. Greenday kalau tidak salah. Aku posting sekitar pertengahan tahun 2011. Kemudian, satu postingan lagi tentang video klip Super Junior. Blog adalah tempat tercanggih waktu itu (menurutku) karena bisa ngasih link langsung music video dari Suju dan dibawa ke postingan blog. Alay banget gak sih, idup aku, haha. 

    Tapi, maaf. Postingan itu sudah aku hapus sebelum kealayanku yang lain semakin menambah ruwet beban hidupku, haha. Kemudian, postingan selanjutnya berkutat mengenai cerita pendek hasil haslusinasi dan imajinasiku. Misal yang masih ingat dalam ingatan adalah tentang bocah SMA yang dia dikasih titipan anak bayi gtu, dan dia mengasuhnya. Absolutely absurd untuk anak seumur 17 tahun. Di umur segitu aku sudah berpikir momong anak cuy, berdarah-darah.

    Trus, again. My first crush yang sudah menjadi top one yang selalu aku pikirkan  (read : waktu itu aku tergila-gila). Aku bisa jadi menyebutnya : gundhul, kemudian bakso, aku kasih idiom lain agar tidak bisa terdeteksi oleh pelacak super canggih yang tidak lain kita sebut itu sebagai internet. 

    Karakterku yang honest, apa adanya, nyablak, tanpa tedeng aling-aling, tidak menerapkan norma dan asas kesusilaan yang ada, membuat aku harus memiliki wadah berbagi kepolosan dan keluguanku (waktu itu). Aku menemukannya di blog. Aku bisa ngasih idiom pada seseorang, aku bisa ngomongin orang sesukaku, aku bisa nglakuin apapun semauku. Otakku disuruh berkembang dan liar, jadilah ya seperti ini. 

    Kamu malu dengan postingan alaymu tahun 2011, bil? Jelas. Obviously. Bahkan beranjak sampai detik ini, aku sebenarnya malu membuka luka lama alias membuka postingan beheula. Halah, tapi ya, ngapain aku peduli sih ya. Haha, kalau dipikir-pikir, aku harus melalui proses sebegitu panjangnya untuk bisa mencapai titik ini. Jadi ngapain kamu harus malu menjadi alay? Tanpa proses alay, aku tidak akan sebijak, sedewasa, dan sefilsafatis seperti saat ini, bukan?

    Itu pembelaan aja sih, haha. Tapi memang benar. Konteksnya sama seperti postingannya Yayak baru saja. Misal kita gak tau maksud Allah meminta Ibrahim yang baru aja berkeluarga dan menyuruhnya buat ninggalin Hajar dan Ismail. Kemudian, pulang-pulang disuruh nyembelih. Kita tidak pernah tahu hikmah dibaliknya kan, ya. 

    Intinya, kita tidak pernah tahu maksud Allah, dengan ngasih berpengalaman pada jalan panjang kealayan, keluguan, kepolosan, dan banyak dosa agar bisa dapat inside kebahagiaan sebagai bentuk Rahmat dari Allah Swt. Ya kan. Itu sebenarnya maksudku. Agak gak sinkron emang orangnya. 

    Bahwasanya, jangan sesali apa yang terjadi kemarin sebagai hal yang memalukan. Ini agak menggarisbawahi bahwa kealayanku itu adalah sesuatu yang menjijikan luar biasa, tapi aku bangga. Gimana tuh, hahaha.

    Lanjut! Setelah melalui jalan panjang alay, tahun 2015 aku dikasih inside dari teman baikku asal Kalimantam, Rian namanya. Lelaki itulah yang mengenalkanku pada google adsanse. Agar postingan yang ada di blog ini bisa dirupiahkan. Tuhan Maha Penguasa Alam ini pun mengenalkan aku dengan Rian juga lewat jalur kerja kelompok. Kita kelompokan berdua dan banyak berbincang mengenai blog salah satunya. Trus aku didaftarkanlah ke google. Menunggu kabar google menerima atau tidaknya blogku untuk dapat adsanse dulu itu lumayan lama sih. Butuh 2 minggu hampir 1 bulan, aku lupa tepatnya berapa. 

    Pengumuman itu datang, maka setelah tidak ada kerja kelompokan, cara aku menemui Rian adalah dengan menghampirinya di gor badminton. Biasanya kalau sore, dia suka ngumpul sama temen-temen cowok lain buat sparring. Aku tungguin Rian selesai badminton demi mendapat petuah ilmu mengenai adsanse dari dia. Luar biasa, memang. 

    Dan here we go. 

    Terima kasih kepada segala padatnya aktivitas kampusku selama kuliah mulai tahun 2015-2018, aku merasa tidak menghasilkan postingan alay. Karena isinya kadang adalah tugas kuliah. Itu sih yang ngangkat blogku di kancah search engine google apalagi kalau kalian mengetikkan : tradisi mrocoti. Serta beberapa postingan mengenai artikel ilmiah. Itu aja. 

    Padahal, blog ini sendiri memang aku branding sebagai personal blog. Bukan untuk alay-alay berbagi ilmu, haha. Tapi guna mengisi kekosongan itulah, aku postingan gado-gado untuk menghidupkan. Agak salah memang, tapi apalah daya. Kita memang perlu banyak kompromi pada setiap variabel masalah tertentu. 

    Tahun 2020 ini, aku mencoba untuk setidaknya konsisten pada postingan blog, minimal seminggu sekali. Demi apa? Agar blog tidak sawangan, cuy. Berjamur, aku hanya ingin mencegah itu. Cara tepat dan jitu dan aku rasa ini efektif adalah mengikuti komunitas blogger. Serius, tapi beneran bekerja di aku.

    Komunitas blogger ini sekaligus berteman dengan sesama blog, kita juga berbagi inside masalah analytic, adsanse, atau masalah per-trafik-an gtu. Agak nyinggung ke masalah pekerjaanku aku juga sebenarnya. Karena rata-rata orang ng-blog biasanya ke hal yang mereka sukai. Misal kalau suka otomotif ya, kalian bisa bikin info otomotif, atau games, skincare, atau hal lainnya yang semuanya tergantung minat dan bakat kamu. 

    Penjelasan panjang lebar ini aku akan menjawab pertanyaan WHY yang aku ajukan di atas. Adalah dengan blog bisa membuatku dewasa. Aku tidak begitu aktif dengan segala platform per-sosial-media-an. Tapi setidaknya dengan blog aku bisa nyerocos panjang lebar. Aku bisa bersuara sesukaku, semerduku, seserakku, sefalesku, haha. 

    Konsep yang ditawarkan blog memang menyenangkan untuk membuatnya menjadi tumbuh dan menjanjikan kelak. Aku ingin tumbuh dewasa dan berkembang melalui platform ini. Aku tahu, banyak banget komunitas blogger khususnya emak-emak yang pingin aku ikuti, tapi sayang dengan status single-ku ini mungkin sudah tertolak. Bisa jadi, komunitas itu yang bakal menemaniku di masa tidak single lagi suatu saat nanti. 

    Bagiku, menulis di blog adalah proses kreatif sekaligus healing (penyembuhan). Menyenangkan, jika kalian mau konsisten seperti yang aku lakukan.

    ***

    29/05/2020
    22:30
    merasa tertampar, bulan Mei ini hanya ada 4 postingan
    dan bulan ini segera berakhir, Ramadan berakhir, 
    Sama seperti terjadinya perang Badar di bulan Ramadan, 
    Perjuangan Rasulullah kan terus ada, meski Ramadan usai, yakan,

    jadi, mari perjuangkan, apa yang sedang diperjuangkan

    Alasan Aku Blogging?

    Continue Reading

    Tuan, sudahi saja kisah tentangnya. Di hari ketiga bulan Syawal di tengah pandemi corona ini, hamba ingin mengulik sebuah kisah. Tuan, percayalah, hamba mungkin akan menceritakan sebuah bedebah yang tidak berarti. Mungkin Tuan bisa berasumsi, bahwa kisah ini hanya lelucon belaka. Tapi percayalah, sama seperti Tuan percaya bahwa esok hari matahari masih akan tetap bersinar, bahwasanya hamba pernah bertemu degan malaikat.

    Tuan, jangan tertawa terbahak terlebih dahulu.

    **

    Masih lekat dalam ingatan hamba mengenai perjanjian Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki, Finlandia di tahun yang sama. Hamba mencatatnya dalam sebuah buku catatan kecil dengan lambang Partai Sarekat Islam Indonesia. Kebetulan, bapak hamba adalah pentolan dari salah satu anggotanya di cabang Surakarta.

    Sepanjang tahun 2003 adalah tahun dimana semua keterpurukan terjadi dalam rumah tangga ayah dan ibuku. Bapak kebetulan menganggur. Tidak lagi kerja, karena krisis ekonomi pada tahun tersebut. Harga BBM naik berapa ratus rupiah tapi memukul mundur ekonomi. Tuan, ini bukan hanya bualan. Cek saja di arsip sejarah negeri ini, apa yang terjadi pada tahun tersebut agar Tuan mempercayai ucapan hamba. 

    Hamba berumur 9 tahun. Setiap pagi, setelah salat subuh, gerak langkah hamba selalu membeli lauk di jalan raya. Harga gorengan yang sebelumnya 300 rupiah kemudian berubah 500 rupiah, hamba paham betul. Bagaimana kenaikan harga 200 rupiah membuat hidup hamba begitu tersiksa. Ibu sudah harus bangun lebih pagi lagi, untuk kulakan di pasar kemudian menjualnya door to door alias dari rumah ke rumah, dari gang ke gang, untuk menjajakan ayam potong.

    Benar memang, melalui itu semua memang tak terasa jika diceritakan di masa sekarang Tuan. Saya bisa kipas-kipas santai, meski di tengah pandemi corona yang membuat ekonomi dunia corat marut, puji syukurnya, keluarga hamba masih dalam kondisi aman terkendali. Bagaimana tidak, karena meski tidak bekerja pun, rupiah masih masuk ke dalam rekening.

    Sepeda motor hanya 1 buah. Itu pun digunakan Ibuk untuk berjualan paginya. Sisanya ada sepeda onthel yang digunakan Bapak untuk membawaku ke sekolah. Tuan, umur adek bungsu hamba waktu itu masih berapa bulan. Kasihan, ia tak mendapat banyak kasih sayang dari Ibuknya karena harus berdagang tiap paginya. Bapak dan adek bungsu selalu membawa hamba ke sekolah setiap paginya. 

    Alih-alih membawa hamba tepat di depan sekolah, Bapak selalu menurunkan hamba di sebuah SMP Negeri. Hamba harus berjalan lagi kurang lebih 500 meter untuk bisa mencapai sekolah SD hamba. Alasan Bapak adalah agar adek bungsu tidak melulu terpapar dinginnya pagi. Benar Tuan, karena adek juga masih hitungan bulan, belum mencapai 1 tahun keberadaannya di keluarga kami.

    **

    Pagi itu seperti biasa, hamba diturunkan di SMP Negeri, dan bergerak dengan berjalan ringan, seperti biasa. Hamba ingat, pada waktu itu hamba tidak diberi uang saku. Tuan mungkin tidak percaya, hanya 1000 rupiah uang saku hamba waktu itu. Itu jauh dari kata tidak cukup. Itulah kenapa, hamba hanya membeli es kuncir 300 rupiah dan gorengan saja setiap istirahat sekolah, agar uang masih ada sisa yang bisa ditabung di celengan. 

    Tak jauh dari SMP Negeri itu, ada sebuah salon. Penampakan dari luar memang salon sekaligus alat peminjaman untuk keperluan pengantin, entah baju adat dan segala pernak-perniknya. Ada seorang mbak-mbak. Wajahnya yang tidak hamba ingat, sekilas seperti wanita muda. Terlalu jauh jika dikatakan seorang ibu-ibu. Dia tengah menyapu di halaman. Ketika aku melewati rumah itu, si mbak-nya justru menghampiriku. Memakai daster rumahan sambil memberiku uang 1000 rupiah. Itu harga uang sakuku pada hari itu. 

    Jujur Tuan, tak ada kata yang terucap pada lidah hamba. Karena tiba-tiba ada orang yang memberi hamba uang, dan mbak itu segera bergegas kembali ke tempatnya menyapu. Kami saling tidak mengeluarkan satu patahpun kata. Alih-alih sapaan yang menjadikannya sebuah kalimat hangat. 

    Tuan, kisah ini hamba ceritakan suatu waktu pada adek bungsu hamba. Sebenarnya dia merasa ini menjadi kisah yang tidak menarik. Maka hamba pun juga percaya. Yang membuat kisah ini begitu menarik adalah pada pagi hari selanjutnya, pada besok laginya, bahkan selamanya ketika hamba bersekolah di SD itu dan melewati jalan rumah itu, tidak hamba dapati wajah mbak itu.

    **

    Sulit dipercaya Tuan. Ini bukan lelucon, tapi lucu saja jika diingat. Mengingat kembali memori lama yang mungkin tak akan pernah terhapus, maka cerita inilah yang bisa hamba bagi. Ah, Tuan terlalu gundah gulana jika hamba mulai menceritakan tentang kisah yang bertepuk sebelah tangan melulu. 

    Bicara tentang si mas, yang hamba kagumi nih Tuan. Ingin rasanya memulai percakapan lagi. Tapi Tuan, masa selalu hamba yang memulai sih. Ah sudahlah. Ini belum terlalu larut untuk berbagi kisah lama, tapi tak apalah. Suatu ketika pangeran berkuda putih memakai setelan tuxedo benar-benar datang ke hidup hamba.

    Tuan, percayalah lagi dengan yang hamba katakan. Kelak, jika kisah itu sudah ada, hamba tak lupa membaginya dengan Tuan.

    Teruntuk Tuan Pemilik Rumah Dialektika ini,
    Mon maaf lahir batin.
    Bumbungkan gemuruh doa di langit ya, Tuan.
    Siapa tahu, kisah itu segera datang.

    ***

    H plus 3 lebaran,
    26 Mei 2020
    18:52

    Bertemu Malaikat pada suatu pagi di tahun 2003

    Continue Reading
    Tuan, kemarin hamba berdialektika dengan beberapa sahabat. Hanya terhubung melalui panggilan telepon WhatsApp. Kami bertukar pesan hanya beberapa kali saja. Apalagi ini telepon pertama hamba bersama mereka di tengah pandemi yang makin hari makin gila.

    Hamba berpikir, bahwasanya kemungkinan besar Tuan tak akan pernah merasa kesepian lagi. Sebab musababnya adalah hamba akan meneruskan kehaluan ini bertahan lebih lama. Tidak apa-apa ya, Tuan. Hamba memberi label di kolom Renjana untuk memudah pengarsipan kehaluan ini. Agar lebih sistematis dan praktis jika tiba-tiba gemuruh hati menyentak dan ingin disentuh dengan perasaan cinta bertepuk sebelah tangan-yang menyedihkan ini. 

    Hamba siap berderai-derai air mata jika kelak mengalami penolakan yang menyakitkan.

    Hamba siap!

    Aduh, tapi sebentar. Hati hamba bak kramik Tiongkok buatan Dinasti Yuan yang tentu saja sungguh fragile, Tuan. 

    Lagi-lagi mempertanyakan kesiapan itu seperti menunggu meteor datang ke desa Kwarasan. Kan sepertinya ya tidak mungkin ya, Tuan?

    **

    Tuan, pahamilah bahwa melepas rasa sayang itu akan berbenturan dengan realita yang tidak sepadan. Tapi janji ya Tuan, Tuan jangan sampai membocorkan rahasia tulisan ini kepada elite global. Eh, maksud hamba kepadanya, yang tentu saja tak akan melirik hamba yang nestapa ini.

    Tuan, ingin sekali rasanya hamba menceritakan kembali sebuah kisah yang mungkin sudah tertutup kotoran dengki yang pernah membusuk bertahun-tahun silam. Ah sebenarnya tidak begitu lama, mungkin 2 atau 3 tahun yang lalu. 

    **

    Percayalah Tuan, bahwasanya rasa yang berkembang dan bergemuruh saat ini mungkin tidak ada artinya jika Tuan tanyakan 2 atau 3 tahun lalu. Okelah, hamba akui bahwa melirik mungkin ada. Tapi kan Tuan, hamba juga melirik makhluk indah ciptaan Gusti Mahamemiliki dunia dan jagad raya ini tidak hanya dia seorang. Hamba juga membidik pria lain juga. 

    Jika tidak percaya hamba, Tuan bisa mengeceknya di laporan hati : Glorifikasi Rasa Sayang dari Tahun ke Tahun

    Pada laporan itu, hamba mengarsipkan secara acak manusia-manusia terpilih yang hati hamba pilih dalam satu dekade terakhir. Tentu saja hamba tidak menyebutkan dia yang berinisial Fa, yang melengkapi nama pena hamba.

    Laporan hari ini Tuan, dengarkanlah kembali meski ini akan menjadi sesuatu yang panjang dan tidak menyenangkan.

    Pada hari itu siang begitu terik. Beberapa burung yang terbang di angkasa mungkin akan merasa kepanasan. Hal ini lantaran mereka memakai bulu-bulu yang berwarna gelap. Tak heran jika tak ada satu hilir mudik pun burung yang beterbangan. 

    Sangking teriknya, kadang hamba harus berulang kali membeli es teh untuk lepas dahaga. Apalagi hamba sedang berkutat dengan beberapa berkas. Sejujurnya, hamba lupa tengah sibuk berkas ujian skripsi apa wisuda. Besar kemungkinan sepertinya berkas yang hamba urusi pada hari itu adalah berkas wisuda.

    Hamba tahu, sangat tahu. Bahwasanya malamnya pada hari itu ada acara diskusi yang diadakan oleh sebuah komunitas yang diikuti oleh sahabat saya. Iya, sahabat yang kemarin malam kami telepon-teleponan. Komunitas atau perkumpulan itu mengundang si mas-nya untuk membahas tentang apa, bahkan hamba lupa. Kemungkinan besar perihal sosial masyarakat sepertinya Tuan. 

    Hamba lelah. Sungguh. Jika ingin berteriak setelah menyelesaikan beberapa berkas wisuda, hamba ingin pulang ke rumah. Jika hamba memaksakan diri mengikuti acara diskusi itu, kemungkinan hamba tidak akan berkonsentrasi. Bukan karena terpesona Tuan, tapi kelelahan. Sungguh Tuan, hamba tidak bohong.

    Kemudian, sahabat saya tiba-tiba mengancam. Entah ini ancaman yang sadis atau hanya gertakan. Bil, kalau kamu nggak mau ikut, kita gak temanan. Duh kok seram sekali ya Tuan. Hamba tahu itu bernada candaan. Tapi kok hati hamba gamang untuk menerima itu sebuah candaan. Mungkin itu suara hati yang tersirat sebagai guyonan saja. Hingga memiliki kesimpulan: mau tidak mau hamba harus datang. 

    Maka Tuan, sampailah pada saat yang tidak berbahagia. Hamba datang. Meninggalkan teman satu jurusan di kosan Mojosongo sendirian. Hamba tahu, teman hamba sedang capek-capeknya setelah kulakan di BTC. 

    Duh, alih-alih, punya rasa, hamba bahkan tidak menyimpan secuil pun fakta itu, Tuan. Sungguh. Hamba tahu, bahwa sahabat hamba inilah yang tengah dirundung asmara oleh si mas-nya. Hamba yakin. Bagaimana tidak jika dia harus melontarkan hal itu.

    Dalih teman hamba kala itu : anak srimulat masa aku Bil, yang nemenin mas-nya?

    Jadi, kedatangan hamba untuk menggenapi kekosongan agar menjadi genap. Agar teman hamba tidak merasa sendirian dalam menyambut si mas-nya. Begitulah Tuan. Jadi hamba ini hanya serep, hanya belokan. Tidak menjadi tujuan seseorang. 

    Ya sudah, mau tidak mau hamba mendengarkan pagelaran diskusi itu berlangsung. Tidak ada gamelan, hanya suara gurauan, sambutan, dan tawa. Padahal mata hamba sudah ngantuk dan pundak hamba sudah berat ingin diringankan, apalagi punggung sudah tidak bisa menahan diri untuk duduk tegak menatap kemasyhuran si mas-nya.

    Karena diskusinya tentang sosial masyarakat, hamba hanya menerawang. Karena jauh sekali dari hal yang hamba kerjakan. Momen yang hamba ingat adalah si mas-nya mendapat pelajaran ketika malam-malam dia mengalami kecelakaan, orang lain yang juga tertimpa musibah itu memiliki setumpuk nomor darurat penting. Kata si mas-nya itu hal kecil yang sering kita abaikan. Bahkan setelah 2 tahun berlalu, di kontak ponsel hamba juga tidak ada kontak nomor darurat. 

    Jika menyimpulkan diskusi itu tidak ada gunanya, karena hamba tidak mempraktekkan, mungkin iya. Tapi jika memang benar-benar tak ada gunanya, ah kemungkinan Tuan salah. Hamba bisa sedikit bercakap mengenai apa yang sedang si mas-nya ini kerjakan. Lagian kan baru beberapa bulan lalu si mas-nya lulus dari program sarjananya.

    Bagi hamba pribadi, pertemuan yang tidak memiliki rasa sama artinya seperti bak tak bisa menggenggam biji wijen. Bahkan segenggampun. Karena mrucut. Kalaupun ingin kembali ke memori kok sepertinya sayang.

    Begitulah Tuan. 

    Sebentar lagi waktu berbuka puasa. Hamba tak ingin mengecap makanan yang hamba santap dan merasa pahit karena diolesi kenangan. 

    Tuan lelah? Okelah kalau begitu, cerita si mas-nya disudahi saja. Jujur Tuan, ingin rasanya menggenggam orang itu hanya sebatas teman ngobrol nyaman. Tapi mau apa yang bisa hamba harapkan. Jika semakin lama, bibit rasa itu tumbuh dan mekar menjadi pohon beringin yang rindang. Bisa buat pelindung dari teriknya panas untuk burung-burung yang berterbangan. Apakah ada kemungkinan kalau rasa itu dibesarkan bisa bermanfaat juga? Ah entahlah ya kan Tuan. 

    ***
    Minggu, 17 Mei 2020
    17:26
    ngabuburitku

    chat terakhir aku balas: yo nggak mungkin aku galak, nek ntar aku gak dapat jodoh gimana?

    Renjana part 2

    Continue Reading
    Tuan ingin kuceritakan sebuah kisah pahit, asam, manis, seperti permen nano-nano. Dengarkanlah~

    Suatu hari, sebelah hati berdekatan dengan relung jiwa genderang perang mulai bertabuh. Kesenyapan yang kemudian tersingkap jadi riuh. Gelombang dingin berubah menjadi buih panas yang menggelegar. Keadaannya begitu tiba-tiba. Seolah seluruh malaikat dari langit turun untuk mengamankan bumi dari kejaran iblis.

    Oh tidak Tuan, mungkin kita sendiri yang tengah berperang dengan iblis sedangkan malaikat hanya sebagai penonton di stadion kaki langit. Melihat jeritan yang tak kunjung sempurna karena suara serak terbungkam hanya sampai di tengah tenggorokan.

    Tuan, katakanlah saya sudah kehilangan ihwal supranatural dalam diri saya hanya sebuah mimpi datang. Ketika itu tak ada hujan, tak ada badai, tapi hati seolah mengajak berperang. Mimpi yang membuat gundah gulana tak berkesudahan. Memimpin ritme pada sebuah tanda tanya, oh ini kenapa?

    **

    Mimpi itu berkisah mengenai sebuah bangunan megah, bisa dikatakan sebuah kampus besar. Maafkan Tuan, hamba juga tidak pernah menemuinya di kehidupan nyata. Dimanakah gerangan  tempat itu berada?

    Bak seolah menjadi nyata karena di samping gedung itu banyak berjejer ruko yang memiliki bisnis dalam bidang koperasi, bank, dan simpan pinjam. Tuan, percayalah. Bahkan dalam mimpi itu hamba sempat menggesek sejumlah rupiah dari mesin ATM. Nama Bank-nya pun ada di kehidupan nyata,

    Yang tidak nyata hanya nama Koperasi yang tertulis, Koone. Apalah itu, tapi ingatan hamba hanya sebatas itu saja.

    Dari beberapa gedung itu, hamba berjalan. Entah riang, entah gembira, entah gugup. Di depan mata hamba, ada sosok lelaki yang hamba sudah gebet. Hahaha, lucu sekali. Bahkan kalau es bisa diterjemahkan sesuatu hal yang dingin, mungkin orang tersebut jauh lebih dingin. Dia hanya bersuara ketika ingin mengutarakan. Tak pernah diwakili dengan basa-basi kesopanan.

    Konyolnya mimpi, hamba hanya mampu menggambarkan waktu itu, di kejadian itu, tanpa ada pratinjau konflik akan naik, seperti di dongeng-dongeng. Maafkan hamba.

    Kemudian, ada seorang teman perempuan yang di dunia nyata, pernah hamba berkunjung ke rumahnya untuk menginap. Dia datang dong Tuan. Membawa kebahagiaan. Dalam mimpi tersebut dia tertawa riang memamerkan rumah yang sudah didesainnya. Alih-alih mendesain, dalam dunia nyata dia hanya lulusan Tata Kota, jauh dari desain-desain rumah.

    Tapi itu toh hanya sebuah mimpi, kan Tuan. Oke, hamba lanjutkan.

    Dari Desain rumah yang sebenarnya di dunia nyata tak pernah ada sambung-sambungnya dengan realita, hamba menganggapnya bagus, Tuan. Coba Tuan bayangkan, bagaimana rumah berpagar bambu, meliuk-liuk berkombinasi dengan kayu, tanpa tembok. Jika puting beliung tiba-tiba datang, bukankah sedetik saja masa umur rumah itu.

    Namun percayalah Tuan, itu adalah rumah terbagus. Karena di dalamnya ada kolam ikan. Ah. Kesukaan sekali.

    **

    Rasa hati yang begitu kuat mendorong rasa kepemilikan rasa ini, Tuan. Pahamilah. Bahwa dari mimpi itu sosok yang hamba tak harapkan hadir, dia tiba-tiba datang. Mungkin dibawa sama badai sore tadi, Tuan.

    Membawanya tanpa permisi. Kan harusnya lewat perantara ya, kan Tuan. Biar hati mampu menyiapkan rasa terlebih dahulu sebelum dihempas dan dinaikturunkan bak kelabilan.

    ***

    Tuan, dalam kehidupan nyata sehari setelah saya mengalami mimpi itu, hamba merasa diombang-ambingkan. Eh tiba-tiba kekuatan dari mana hamba memulai obrolan. Terlalu kikuk, terlalu nyablak, dan mungkin tidak sopan.

    Ah dasar, tolong hamba membenahi etika hamba yang sudah 2 bulan ini terkurung dalam sangkar. Butuh waktu tak sebentar untuk mengumpulkan tata dan krama dalam waktu cepat.

    Sudahlah, ini cerita yang tidak akan berujung pada konflik atau klimaks yang Tuan harapkan. Tapi Tuan, bagaimana bisa hamba gundah tak kepalang hanya karena mimpi konyol bangunan rumah bambu yang akan ambruk terserang beliung itu.

    Oh mungkin, sekiranya hamba butuh berenang untuk menenggelamkan keputusasaan ini.

    ***

    absurd momen seminggu ini
    13 mei 2020
    17:54
    Keputusasaan itu berhasil membawa nama Renjana
    berarti memiliki rasa hati yang kuat

    -dan pesan yang tak terbalas entah yang kesekian-


    Renjana


    Continue Reading
    Tak terdengar lagi bagaimana kabarmu. Apakah kamu bahagia sekarang? Meninggalkan luka yang tidak kau mau, tapi pada akhirnya kamu memilih kebahagianmu. 

    Tentang kepergian yang terasa mendadak dan tak disangka-sangka. Aku tahu bahwa setiap orang diliputi dengan depresinya. Kamu memilih untuk memutuskan jalanmu. Tak apa. Setiap orang berhak dengan pilihannya kan. Termasuk alasan untuk mengakhiri penderitaan dengan caramu. 

    **

    Sesederhana alam hidup dan mati yang saling mengisi. Jika sempat kita tak bersua karena perbedaan alam yang memisahkan kita. Bolehkah kedua makhluk Tuhan yang amat rapuh ini dipertemukan dalam memori yang tak pernah kadaluarsa.

    Terima kasih. Kita bahkan pernah melihat bukit berbintang bersama. Mengakhiri perjalanan singkat dengan berbagi mi instan. Lalu dirajut dengan keputusan untuk memilih jalan hidup masing-masing. 

    Ketika kamu hadir yang ada hanyalah keceriaan. Tak sanggup bila suatu ketika doa mempertemukan, aku tak ingin menderita dengan nasib yang tak sempurna ini. Takdir memilihmu. Sama seperti pemberhentian bus, kamu berhenti di terminal itu. Kini aku harus melanjutkan sisa perjalanan yang ada. 

    Di bawah bentang langit senja yang memerah. Jika suatu saat nanti aku ingin bertemu kamu lagi, tak bisa jika harus bertemu raga, kita bertemu dalam memori ya. 

    Pada sebuah jalan kenangan yang pernah kita lewati bersama. Aku akan menemuimu di sana. 

    ***

    Aku paham kebahagiaan milik semesta ada batasnya. 
    Bahkan merindukan orang yang berbeda dunia sekali pun. 
    Teruntuk sipta, yang abadi di dunia sana. 
    Aku akan menemuimu dalam ingatanku. 

    6 Mei 2020
    Merayakan rilis lagu Eight-Iu x suga 

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About Me!

    About Me!

    Arsip

    • ►  2023 (1)
      • ►  Jan 2023 (1)
    • ►  2021 (34)
      • ►  Aug 2021 (1)
      • ►  Jul 2021 (3)
      • ►  Jun 2021 (3)
      • ►  May 2021 (4)
      • ►  Apr 2021 (8)
      • ►  Mar 2021 (6)
      • ►  Feb 2021 (4)
      • ►  Jan 2021 (5)
    • ▼  2020 (64)
      • ►  Dec 2020 (4)
      • ►  Nov 2020 (4)
      • ►  Oct 2020 (4)
      • ►  Sep 2020 (4)
      • ►  Aug 2020 (5)
      • ►  Jul 2020 (6)
      • ►  Jun 2020 (6)
      • ▼  May 2020 (5)
        • Alasan Aku Blogging?
        • Bertemu Malaikat Pada Suatu Pagi di Tahun 2003
        • Mrucut Bak Menggegam Biji Wijen
        • Renjana
        • Rentang Pembatasan Dua Dunia
      • ►  Apr 2020 (9)
      • ►  Mar 2020 (6)
      • ►  Feb 2020 (9)
      • ►  Jan 2020 (2)
    • ►  2019 (12)
      • ►  Jul 2019 (1)
      • ►  May 2019 (4)
      • ►  Apr 2019 (1)
      • ►  Mar 2019 (2)
      • ►  Feb 2019 (3)
      • ►  Jan 2019 (1)
    • ►  2018 (6)
      • ►  May 2018 (2)
      • ►  Apr 2018 (1)
      • ►  Jan 2018 (3)
    • ►  2017 (9)
      • ►  Dec 2017 (1)
      • ►  Nov 2017 (2)
      • ►  Oct 2017 (1)
      • ►  Sep 2017 (5)
    • ►  2016 (3)
      • ►  Sep 2016 (1)
      • ►  Apr 2016 (1)
      • ►  Mar 2016 (1)
    • ►  2015 (7)
      • ►  May 2015 (6)
      • ►  Mar 2015 (1)
    • ►  2014 (25)
      • ►  Nov 2014 (1)
      • ►  Oct 2014 (2)
      • ►  Jun 2014 (1)
      • ►  May 2014 (2)
      • ►  Apr 2014 (6)
      • ►  Mar 2014 (3)
      • ►  Feb 2014 (7)
      • ►  Jan 2014 (3)
    • ►  2013 (12)
      • ►  Dec 2013 (7)
      • ►  Oct 2013 (2)
      • ►  May 2013 (1)
      • ►  Jan 2013 (2)
    • ►  2012 (12)
      • ►  Dec 2012 (3)
      • ►  Nov 2012 (2)
      • ►  Jun 2012 (2)
      • ►  May 2012 (2)
      • ►  Jan 2012 (3)
    • ►  2011 (14)
      • ►  Dec 2011 (3)
      • ►  Nov 2011 (11)

    Labels

    Artikel Ilmiah Bincang Buku Cerpen Curahan Hati :O Essay harapan baru Hati Bercerita :) History Our Victory Lirik Lagu little friendship Lomba menulis cerpen :) Memory on Smaga My Friends & I My Poem NOVEL opini Renjana Review Tontonan Story is my precious time Story of my life TravelLook!

    Follow Us

    • facebook
    • twitter
    • bloglovin
    • youtube
    • pinterest
    • instagram

    recent posts

    Powered by Blogger.

    Total Pageviews

    1 Minggu 1 Cerita

    1minggu1cerita

    Follow Me

    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top