Glorifikasi Rasa Sayang dari Tahun ke Tahun

7:43 AM


Maret 2020.

Pada sangkaan Tuhan yang menciptakan langit begitu cantiknya. 

Hari terakhir pelatihan harusnya jadi momen yang menggembirakan. Tapi susah, ketika rasa itu terlambat datang. Bukannya senang, justru merasa saat-saat terakhir rasanya sedih. Hal terakhir hanya bisa dinikmati suasananya di akhir juga. 

Kadang aneh rasanya menjadi manusia. 

Manusia terlahir penuh dengan sambatan. Kadang butuh libur saat rutinitas kerja lagi padat merayap. Suatu saat, butuh kerja karena terlalu lama liburan. Tidak ada yang benar, semuanya serba salah. 

Dengan baju kuning kerudung cokelat rok hijau motif daun adalah penampilan terbaik yang bisa aku sambut. Bukan hal spesial. Aku sudah pernah memakainya, dulu kala masih kuliah. Bukan untuk tebar pesona, karena memang itu satu-satunya pakaian yang mungkin tersimpan dalam lemari pakaian.

---

Langkah mundur ke 2 tahun lalu. 

Aku pernah menggelorakan rasa sayang dengan begitu mudahnya. Berbusana yang sama tapi dalam rentang waktu yang berbeda. Sebut saja inisial sepatu merah. Kita bertegur sapa dalam tatapan ketika langkah kecilnya melewati jalur pedestrian, sedangkan motorku bergerak turun ke jalan. 

Setiap ada kuliah, kadang kurang ajarnya aku selalu cek ombak. Apakah dia juga lagi kuliah? Atau cek keberadaan motornya. Seringkali ganti motor kadang membuatku menyerah. 

Wahai sepatu merah Nike, bagaimana kabar kamu sekarang? 

Dari semua akun sosmed, kita justru saling mutual di tumblr. Tumblr adalah sosmed tersepi hanya berisi untaian kata kata brengsek menyayat hati. Tapi kita pun takut bertegur sapa. 

Aku mendapatkan info bahwa kamu seolah menyatu dalam jiwa barista. Antara pahit dan asamnya kopi, kamu jelas tahu. Sudah seperti makanan harian yang disantap. Itu hal yang sering membuatku ingin tahu, alasan kamu dan secangkir kopi adalah satu. 

---

Lagi! Mundur ke 3 tahun ke belakang. 

Waktu masih duduk di bangku ingusan SMA aku berulangkali menyebutmu Bakso. Bundar, kecil, dan mungil. Sayangnya bergerak gesit. Antara satu sama lain menyatu menjadi ambisimu, kadang. Seringkali kudapati kamu begitu kalem. Memanajemen orang yang kadang merasa egois akan pilihan hidupnya. Kamu seolah penyeimbang. 

Setiap pagi aku akan cek ombak. Sama seperti kasus sesudahmu. Aku teliti apakah sudah terparkir motor Vario dengan huruf belakang VZ. Yang membuatku tersenyum sendiri saat memikirkan membuat tulisan ini adalah ketika aku tanpa sadar bisa menjejeri motormu. 

Kita sebagai manusia tak bisa menyatu, tapi motor kita bisa kan? 

Setidaknya mulai dari awal belajar sampai pulang sekolah, aku sudah mengunci tempat. Kamu akan ke arah motor yang sudah aku jejeri. 

Kemudian, rasa itu hadir ketika kamu dengan baiknya mau menemani anak pramuka buat survey tempat untuk perkemahan. Hal menakjubkan itu datang dan aku buat tulisan pertama tentangmu. Bahwa aku jatuh cinta dengan begitu bergairah. 

Ku sebut kau dalam tulisanku sebagai Partikel Titik Itu. 

Begitu tak masuk akal kadang. Tapi aku suka. Kamu gak perlu harus menggelorakan rasa sayang yang bertepuk sebelah tangan itu dengan gelora kesengsaraan. Kalau pun aku menikmatinya, bisa jadi kan. Sederhana sekali. 

---

Maju ke 4 tahun dari tahun itu. 

Aku juga pernah terjabak dalam rasa sayang. Namun, kilat. Hanya karena aku merasa baper ketika temanku baper. 

Haha, lucu sekali. 

Dia berjalan masuk ke perpustakaan. Aku sibuk membenahi data-data skripsiku dan duduk di meja sendiri. Dia mencoba mengajakku bercanda. 

"ngerjain apa?" sapanya ramah. 

Aku segera tutupi lembaran kertas data sejarah rumah sakit jiwa dengan tanganku. "enggak---, " dalihku. 

Saat waktu zuhur tiba, dia mengimami jamaah kecil di pojok mushola perpustakaan. Aku masuk menjadi salah satu jamaah masbuk kala itu. Semua orang akan dibuat jatuh cinta dengan caranya mencintai Tuhan-Nya. 

Ketika aku mengenalnya lebih jauh, pada sebuah perjalanan yang memaksa kami satu mobil bersama, dia sebutkan satu nama. Dan nama itu adalah nama istrinya saat ini. Dan sudah bergerak ke satu tahun usia pernikahan mereka. 

Tuhan kadang lucu. Aku biarkan kejadian ketika aku dibuat takluk oleh pesonanya sesaat. Walau tidak tinggal lama, sepertinya mampu membuatku mencari kriteria ideal. 

Aku mau lelaki yang sama seperti itu! 

---

Satu tahun bergerak maju. 

Mengenal orang ini adalah jawaban dari aku yang pernah berkata, "enggak banget."

"kita gak mungkin jodoh. Aku gak kuat," kataku. 

Kenapa? Jika makhluk ciptaan Allah sebelumnya begitu sangat bisa diajak kompromi karena memang bersikap bersahabat, maka orang ini bisa dikenal dengan pakarnya dalam menjaga jarak. Dia menganggapnya santai menikmati hidup adalah tidak terkekang. Padahal sifat aslinya begitu protektif. 

Meskipun satu dua kali dia terdengar bersahabat. Tapi apalah daya jika semua hal harus dimulai dari diriku. Dia hanya sebagai penerima pesan. Sangat tidak kreatif, aktif dan persuasif. Hentikan saja. 

Namun, pada sebuah hujan di sore hari ketika aku selesai bekerja di tempat kerja yang lama, aku pernah menyebut namanya dalam doaku. 

"Aku ingin bersamanya," kusampaikan pesan romantis itu pada langit. Siapa tau, langit bergemuruh dengan banyaknya doa yang sedang dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya mempu mengabulkan doaku. 

Pada momen itu aku tidak tahu lagi, pada siapa yang harus aku labuhkan. Tapi, percayalah dengan siapapun dia nanti aku sangat bersyukur. Setidaknya dia tidak terjebak dengan perempuan membosankan seperti diriku. 

Misi dan visiku masih sama. Yaitu tetap mengakar di bumi Solo untuk waktu yang tak ditentukan. Sungguhpun tak masuk akal lagi, karena itu berbanding terbalik dengan karakternya yang mengembara. 

---

Sekarang! 

Ketika aku harap ada tokoh lama datang. Atau orang baru yang tiba-tiba datang, menyambutku dengan senyuman. Mungkin bukan dia salah satunya. 

Selesai dari kamar mandi aku dapati dia dari arah tangga. Pulang dari kantin. Melihatku mencuci tangan tanpa sadar dia ikuti. Menaruh botol minuman di sampingnya. Dia tidak menyapaku. 

Ah dasar aku! Gengsinya keterlaluan. 

Padahal di hari sebelumnya aku melihat dia menyambut senyumku. Waktu hapeku ini jatuh dari lantai 3 ke lantai 2 dari sela-sela jendela. 

Aku menganga tak percaya menjatuhkan hape seharga 3,5 juta. 

Dia berkata dengan riangnya, "eh, hape jatuh!"

Gtu!

****

Senin, 9 maret 2020
21.42
Aku tak tahu :'"
Tiba-tiba bapak datang membawa sosis bakar, apa-apaan. 

You Might Also Like

0 Comments