Bermimpi dalam Hujan
3:43 AMSayang, ketika kamu terbangun dari mimpimu kamu akan menyadari. Langit tak pernah seindah kemarin-kemarin. Tapi aneh. Warnanya ungu pekat tetapi di ufuk barat berwarna jingga. Sesuatu yang menggantung di langit aku perkirakan akan jatuh ke tanah. Begitu menganggumkan lukisan Tuhan waktu itu. Ketika sore itu pula, aku menemukanmu bersandar di gapura. Membawa travel bag besar. Aku bertanya pada rasa penasaranku, gerangan kemana kamu akan pergi. Tanpa satu kata kalimat berpisah.
Kamu pernah berkata bak seorang
pujangga sastra bahwa sebelum kata hujan itu muncul, kesedihan mungkin hanya
tentang langit yang berubah warna. Lewat jarak jauh yang memisahkan, aku tidak
sedang baik-baik saja. Mencoba untuk tidak memikirkanmu. Pura-pura bahagia di
tengah keramaian. Memasang wajah dengan senyum jika ada yang menyapa. Kemudian,
perlahan mencoba untuk membuang bayang-bayangmu.
Tetapi aku tidak bisa.
Kemarin, kamu hadir membawa satu
tumpuk buku tentang seri kepahlawanan, serial novel milik Pram bahkan sampai
buku yang berjudul menggugat histeriografi. Dari semua buku itu, kamu
menyimpulkan bahwa pemimpin tidak lahir, tetapi diasah. Kalimat yang sama aku
temukan saat Peter Carey bercerita tentang asal mula Perang Jawa. Aku baru
tahu, kamu menganggumi sosoknya.
Sekarang, jalanan kosong berdebu
terasa begitu panjang. Langit berubah menjadi kelabu. Menandakan kesepian
langit yang ingin membuat bumi gaduh dengan gelegar petir. Melihat anak-anak
kecil keluar dan kebasahan pada rintik hujan pertama. Pikiranku larut bersama
kenangan. Ilusi itu bersatu membuat kelindan. Bisikan di bawah payung. Melihat
jalan yang sama. Kamu pergi membawa semuanya.
Sejenak, aku mengingat. Kenangan
yang memudar di bawah guyuran hujan adalah tentangmu.
**
17:40
27/08/2020
sedang berpikir, aku baik-baik saja. Aku asumsikan semua orang juga sedang baik-baik saja dengan permasalahan hidupnya. Tapi mendadak malu, ketika semua orang menyimpan lukanya sendiri.
Bermimpi dalam hujan |
0 Comments