Nyanyianku pada Kesunyian

7:18 AM





Senjakala malam menyapa malammu. Penuh kesunyian dan deru redam suara napas yang tak bertalu. Pada dia, langit malam yang cerah. Bisakah datang membawa secerca keceriaan di tengah kegelapan. 

Wahai sore menjelang malam, tidak bisakah kau titipkan maksud dan tujuanku sebelumnya? Membawa pekat dan sunyi yang masih membelenggu untuk terhempas.

Ditengah hingar bingar cerita yang datang bersahutan. Bak suara kucing-kucing tetangga rapat di pinggir pos ronda malam. Tak bisakah sunyi atau perasaan yang tidak memiliki tumpuan ini sirna. Biarkan burung dara peliharaan tetangga membawa serta kabar bahagia itu.

Ah, 

Atau setidaknya daun yang tidak ditakdirkan untuk jatuh itu membawa pesan penuh makna. Bahwa setidaknya dia sudah mencoba bertahan pada ranting dari terpaan angin muson yang sudah datang.

Kemudian, memori liar itu datang. Soal cerita kusut masa lalu yang masih dibawa-bawa hingga menjelang tidur.

Untuk semua orang yang mengenakan rok putih dengan atasan batik biru tua itu. Hal yang paling dirindukan dari yang pernah ada. Sorak-sorai seorang siswa yang memenangkan penghargaan. Atau pidato kepala sekolah yang menggebu-nggebu di tengah kekhidmatan siswa di lapangan upacara.

Atau pada tatapan cinta pertama di sekoalah dulu.

Heuh.

Kan, kadang hidup memang harus berjalan. Terlalu menyenangkan jika membawa kaca spion di setiap perjalanan. Tatkala sepi dan sunyi itu datang, kalanya memang kita harus pasrah.

Ah, pada perasaan yang sudah datang membuncah. Membawa serta kaca pecah. Meringis kesakitan sempurna di dalam hati. Kemudian menangis dalam diam ketika tidur tiba.

Sudahlah. 

Kan kata orang, di usia kita sekarang, menangis sudah menjadi bagian rutinitas yang menyebalkan. Toh kita tidak bisa menghindari hal menyenangkan yang akan datang.

"Pada kesunyian

masi ada harap? Aku haturkan doa di tengah malam yang panjang,"

(*)

21.07
Minggu 
13.6.21

You Might Also Like

0 Comments