Bertemu Tepat di La Sagrada Familia

8:41 PM

Ada waktu yang menyapa penat. Ketika rintik hujan tak mampu menyembunyikan kegusaran. Waktu itu kamu sempat sesumbar mengatakan tempat terbaik pertemuan kita.


Di depan La Sagrada Familia. Aku dan kamu adalah penganggum karya Antoni Gaudi. Bisa jadi, karya besarnya Gaudi ini bisa menjadi tolak ukur pertemuan kita selanjutnya.

Aku hanya terkekeh. Sepanjang pantai Sepanjang di Gunung Kidul itu aku tak ubahnya boneka yang kerap kali menertawakan apa yang kamu katakan. Apakah mungkin? Apakah bisa?


Bumi yang seluas tak bisa kita jejali dengan keinginan yang tak berujung. Begitu pula hanya sebuah tempat kecil di muka bumi ini. Deru ombak masih terdengar. Sayup-sayup mendengarkan lagu rapper asal California itu. Cocok menemani datangnya musim kemarau sebentar lagi.

Pada suatu waktu aku mengadah. Menantikan janji yang pernah kamu umbar. Lalu setelah itu? Apa yang akan kita dilakukan?

Menipu diri sendiri bahwa aku bisa hidup sendiri tak ubahnya seorang munafik. Aku terkadang kesal. Tidak. Terkadang kamu membuatku kesal. Dengan jalan cerita hidup yang tak memiliki ujung. Ya, memang hidup tidak pernah tahu kemana ujungnya.

Banyak hal, banyak cerita yang ingin aku tanyakan. Tapi kemudian, kamu justru teralihkan dengan peyek cumi kecil itu.

*

Dan tentu saja aku bukan pembual besar. Aku menepati omongan kosongmu kala itu. Di sinilah aku. Berada tepat di tengah kota Barcelona. Di depan karya masterpece Antoni Gaudi. Di pinggir jalan seperti orang kurang kerjaan, menantimu. Lebih tepatnya menanti bulan yang tak mungkin kamu wujudkan. 

Ah, setelah prahara tak masuk akal. Setelah kamu mengungkit masalah yang harusnya sudah kita selesaikan. Dan mencoba lembaran baru. Aku berdiri di depan Gereja Khatolik ini bukan karena ingin menyapa kenangan buruk kita berdua. 

Aku ingin melepasmu. Melepas semua bualan yang tak kamu wujudkan itu. Tidak, bahkan kamu tidak bersungguh-sungguh mewujudkannya. Aku di sini yang tersesat. 

Semua alur berpikirmu benar-benar membawaku ke titik nol. 

Di depan tempat yang hampir pernah dihancurkan ketika perang saudara Spanyol ini aku akan kembali memulai titik nol komaku. Bermula dari tempat ini. Aku wujudkan omongan keras kepalamu. Tentu saja. Sendirian! 

(*) 

6 juni 2021
10.41

You Might Also Like

1 Comments

  1. Keren sekali kak, pemilihan diksi nya mantap.
    Kayaknya dalem banget yah, apa kisah nyata?

    ReplyDelete