Pages

  • Home
  • Tumblr
  • linked
facebook linkedin twitter youtube

Rumah Dialektika

    • About Me
    • Renjana
    • Cerita Pendek
    • Opini
    Halo Perempuan!

    Tepat kemarin malam, tiba-tiba grup Srimulat Power Rangers yang biasanya membahas FLC tiba-tiba redup bergairah mengeluarkan deretan notifikasinya. FLC memang sudah selesai, harusnya grup ini juga selesai membuat notif yang membuat penghuni grupnya harus membukanya sekedar untuk menghilangkan tanda notif. Hal yang menjadi perbincangan hangat adalah peran perempuan, yang pembahasannya dipelopori oleh saudara Yayak. 

    Yayak sependapat dengan sebuah artikel bahwa perempuan yang terbiasa bekerja di ranah publik berpotensi menjadi istri idaman. Begitulah kata sebuah artikel. Oke. Aku setuju bagian ini. Seorang suami membutuhkan supporting system dari perempuannya untuk hal yang dikerjakan. Tentu, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman bagaimana laki-laki bekerja, sang istri harus memahami latar belakang pekerjaan yang sedang dilakukan kan. Apalagi hal itu berhubungan di ranah publik yang mendorong ia harus bertemu dengan banyak orang dengan banyak karakter kepribadian. Sehingga hal-hal yang tidak perlu dijelaskan tetapi dipahamkan harus tertanam di benak sang istri tersebut. 

    Begitulah sekiranya yang mereka diskusikan.

    Sesungguhnya aku ingin sekali membahas tema yang berkaitan dengan perempuan ini sudah lama. Antara pilihan menikah, menjadi seperti apa di masa depan, dan peran perempuan dalam berkeluarga. Ingin banget dan momennya datang di saat ini. Karena tema-tema seperti ini erat kaitannya dengan duniaku yang selesai di kampus dan menentukan langkah selanjutnya. Sudah mapan secara umur yaitu 23, sudah selesai kuliah, nikah? Seolah itu sudah doa para orang tua mana pun yang melihat anak gadisnya bertumbuh dewasa dan menginginkna mereka mentas alias lepas tanggung jawabnya dari orang tua. Hm~

    Nikah Muda Atau Tunda?

    Aku meng-uninstall aplikasi Instagram sudah lama,  ketika selesai pendadaran di bulan Januari dan aplikasi instagramku menuntutku untuk update. Memang harus update sih. Karena pada saat itu aplikasiku masih jadul dan belum ada instagram story. Padahal sekarang itu jaman manusia-manusia kepo bertebaran bagaikan lalat yang ingin tahu kehidupan pribadi penghuni jagat maya kan. Untuk menghindari pamer, tebar gambar kepalsuan,  ikut ikutan arus jaman now dan serta melalui pemikiran yang cukup panjang, akhirnya aku uninstall saja aplikasi instagramku. Satu hal yang luar biasa membahagiakan adalah aku tidak lagi melihat postingan iklan nikah muda di timeline explore-ku. Itu sangat-sangat mengganggu. 

    Okelah, wahai perempuan yang tidak bisa menjaga dirinya dengan baik dan merasa kesepian dan sudah siap mental saya haturkan, silahkan. Banyak stimulus yang kurang ajar, ketika tetangga, teman, saudara jauh atau pun dekat menanyakan hal yang sama. "Kapan nikah?" Jeder! Bukannya tidak mau nikah ya Sob, ya. Tapi nikah itu bukan karena nyomot seorang arjuna di pinggir jalan dan takdirnya tidak seindah FTV SCTV kan? Pasti butuh kematangan dalam persiapan, baik mental ataupun keuangan. Kita tidak perlu munafik sih, uang itu kunci. Orang tua kita dalam menyecreening calon kita juga pasti nyari orang yang sudah mapan secara financial. Biar anaknya diurus oleh orang yang benar. Kamu gak perlu setuju, biar aku saja. 

    Pada akhirnya aku gerah. Menjadi perempuan yang hidup di era dunia langgas (millenial, read) itu susah dan dihadapkan dengan trend nikah muda. Kalau kata buku catatan Teori Sejarah Prof Warto yang mengatakan bahwa sejarah itu bisa saja siklus. Apa yang terjdi di masa lampau bisa terjadi lagi di masa sekarang. Contohnya fashion, dan tentu saja... trend nikah muda. Trend nikah muda yang ada jaman kakek nenek kita mendadak booming di era sekarang, dan bedanya ada instagram sebagai lahan kita buat pamer. 

    Terus akun-akun dakwah yang menjadikan ini sebagai lahan iklan persuasif mereka untuk menggerakkan nikah muda. Kalau kalian sanggup sih, silahkan. Kalau saya nggak sanggup ya jangan paksa dong. Memang benar menikah itu menyempurnakan setengah agama kita. Tetapi apakah setengah agama yang kita jalani sekarang sudah sempurna? Whehe... 

    Kalau saya sih, melalui narasi diatas bisa dikategorikan menjawab pilihan yang mana. Tentu aku sebagai manusia yang banyak dosa ini lebih banyak memperbaiki diri. Banyak memperkaya ilmu, banyak mengembangkan soft skill, ambisi, target pribadi. Jadi, dear perempuan Indonesia yang melahirkan generasi emas Indonesia, jangan karena capai menemui dosen buat bimbingan skripsi, susahnya menjalankan hidup, kalian punya pemikiran buat nikah saja. Emang gampang?


    Apakah kamu Supporting Women atau Alfa Women?


    Supporting Women bisa dikategorikan sebagai perempuan yang memberikan dukungan penuh pada sang suaminya. Tidak masalah, bahkan antara perbedaan yang sangat mencolok mentang-mentang diksi yang diberikan antara kata support dan alfa, bagiku keduanya mempunyai jalur yang sama dimana akan sejalan dikehidupan nyata seorang perempuan. Hm... tapi ternyata tidak semua perempuan.

    Jadi begini, karena entah kenapa aku selalu mempunyai jejaring pertemanan dimana menjadi perempuan itu harus mandiri, maka tidak salah jika lingkungan pertemananku selalu melingkar orang-orang yang mempunyai kepribadian alfa women. Menjadi perempuan alfa women terkadang menimbulkan permasalahan menyangkut partner hidup mereka alias pendamping. Perempuan perempuan seperti ini bisa menyelesaikan masalahnya tanpa harus ada keterlibatan pihak lelaki. Segala urusan bisa diselesaikan sendiri. Mempunyai ambisi yang lebih besar untuk karier dan pencapaian pribadinya. Terkadang membuat lelaki yang melihat kadang ciut nyalinya, belum sanggup untuk menyejajarkan diri. Padahal perempuan alfa women tidak masalah jika suatu ketika pendampingnya menuntut untuk memulai dari 0 dan berusaha keras lagi dengan meninggalkan zona nyaman. Untuk artikel mengenai karakter alfa women kalian bisa lihat klik di sini. 

    Menjawab pertanyaan diatas, tentang menjadi perempuan seperti apakah aku? Maka aku akan menjawab dengan mengelaborasikan hal itu bersamaan. Bagiku menjadi supporting system seorang laki-laki itu perlu. Ketika masa kehidupan berdampingan ini menuntut kita menjadi orang yang mendukung apapun kerja yang dilakukan suami. Support tidak hanya berbuah doa tetapi mental kita menjadi pendamping terbaik bagaimana permasalahan yang dihadapi partner kita berujung pada pengambilan keputusan yang sulit. perempuan wajib hukumnya menjadi supporting women.

    Tetapi menjadi perempuan yang kuat, tegar dan mandiri memang harus mempunyai semua karakter alfa women. Bukan karena kita perempuan menuntut hak yang sejajar dengan laki-laki, hanya saja pola berpikir menjadikan kita partner adalah jawaban. Kita bisa berdampingan bersamaan mengedepankan tujuan kebaikan, bukan hanya berhenti pada kepemilikan ego pribadi. Alfa women saya kira sudah cukup mewakili kebutuhan berpasangan kita di masa depan. Bukannya menjadi perempuan dengan karakter alfa women harus diwaspadai karena perempuan-perempuan seperti ini dinilai sanggup menyelesaikan tugas para laki-laki, tetapi cukup dengan dirangkul. Bahwasanya merekalah yang akan mendampingi kita (para laki-laki, read) dalam mengarungi perjudian di dunia ini.  

    Sebaik-baik pasangan adalah yang melengkapi. Aku tidak tahu bagaimana kriteria perempuan diluar alfa women. Aku juga jarang mendapati perempuan dengan egositas yang tinggi. Pemikiran yang masih bocah dan masih belum dewasa. Menjadi perempuan memang dituntut untuk multitasking menyelesaikan semua persoalan, permasalahan dalam kehidupan dengan tuntas. Diluar itu, menjadi perempuan tidak mudah. Dalam dirinya tumbuh perasaan yang cepat dan mudah rapuh. Sedetik saja hal yang diluar algoritma pemikirannya (dimana itu berbeda dengan kenyataan), pasti kacau, sedikit stress, butuh waktu untuk recovery. Ketika banyak laki-laki menganggap kita cukup mandiri, tetapi perempuan punya kepekaan. Dan perasaannya adalah sangat mudah patah oleh keadaan. 

    Itulah sebabnya, hakikat lelaki adalah imam benar adanya. Dalam pundak merekalah, para perempuan dengan karakter apapun akan bersandar jika mereka lelah.



    Nabila Chafa,
    dalam kekacauan berpikirnya tentang menjadi seperti apa dia.
    9-10 Mei 2018 

    :::


    Foto: Yayak yang difotoin oleh Abang Kesayangannya :) 

    Continue Reading
    Hei jiwa yang terlelap!

    Sapalah salam semangatku lewat ketikan panjang keyboard ini. Membentuk alunan suara harmonis yang receh. Aku ingin bertanya dalam sendu, apakah kamu pencemburu?

    Ada seorang teman yang mengaku dia seorang pencemburu. Masalah sepele ketika tidak banyak orang yang memperhatikan berbicara, dia merasa cemburu diduakan. Ketika tidak banyak orang yang menyambutnya dalam sebuah perayaan, dia cemburu dengan memasang wajah kusam. 

    Wajar~

    Aku akan bercerita singkat masalah lampu yang pencemburu. Lampu ini juga bisa cemburu, ketika dia hanya menyala sendirian. Dia tidak terang seperti lampu lampu lain yang punya daya magis luar biasa. Dia memberikan percikan saja, tanpa bermaksud menerangi. Untuk membaca satu huruf pun terasa kepayahan. Lantas, apakah dia berhenti menerangi? Tidak. Dia sebisanya melakukan tugasnya.

    Lampu itu juga menyadari, dia tidak suka jika keramaian tercipta. Biarkan hidupnya mengalun sesederhana. Asalkan menjadi percikan semangat, apalah daya untuknya terus menyala terang. Jika hiruk pikuk membunuhnya perlahan. 

    Semoga kamu dimanapun kamu, juga menerangi. Sebisamu!

    Aku,
    yang masih merindu.
    2 Mei 2018. 21.23 pm

    ...




    Continue Reading
    Sebuah Permulaan!

    Tepat ketika aku mengetikkan satu kata demi kata dalam tulisan ini, di satu aplikasi laptop saya bekerja. Mendendangkan lagu dari Randy Pandugo yang berjudul Hampir Sempurna. Dalam bait bait yang tercipta ini aku ingin sedikit merangkam rasa kegalauan yang menumpuk dan berkelindan hingga aku tak sanggup untuk menyelesaikannya dengan sempurna. 

    Aku sendiri. Pada suatu momentum dan hanya diri ini yang mengerti. Pada proses penciptaan dan takdir yang membuatku bisa melewatinya. Bukan dengan mulus tetapi dengan terbata-bata dan masih mengeja keaslian dunia ini. Rasanya ingin ada yang digenggam di tangan ini. Tetapi aku hanya mengepal sendiri. Dalam kesendirian hanya menggenggam angin yang datang menyapa. Tanpa suara hanya sulit membaca klisenya hal yang aku keluhkan. 

    Beberapa minggu yang lalu, mungkin hidup membuatku harus naik turun seperti roller coaster. Sayang aku hanya memeluk diriku sendiri. Tidak banyak orang yang berada di sampingku. Setidaknya ada. Meskipun mereka tidak bekerja dengan baik. Toh, mungkin halnya jika aku yang  berada di posisi yang sebaliknya, aku mungkin akan bersembunyi. Pada sesuatu yang tidak ingin kueja dengan sempurna bagaimana teman-teman di sekililingku menghadapi dunia ini. Aku juga terlalu menutup mata pada kepelikan hidup mereka. 

    Semua terselesaikan dengan repalan tangan. Bersama hujan yang membawaku menjadi basah. Pada keringnya musim panas yang membawaku begitu berair karena keringat. Aku melaluinya dengan segala proses yang tidak pernah berakhir. Berharap, akhir itu segera aku temui. Setidaknya aku ingin membuang muka pada tempat yang membesarkanku selama 4 tahun terakhir ini. 

    **

    Kampus dan aku adalah metafora.

    Aku masih ingat dengan baju putih-putih aku 4,5 tahun yang lalu, dengan polosnya aku mengikuti ospek jurusan, fakultas dengan tertib. Aku tidak mengharapkan apa-apa. Padahal waktu itu, salah satu doa yang terselip di sujudku adalah segera meninggalkan tempat ini. Maksudku kampus yang beberapa hari ini aku datangi. Karena apa? Aku merasa salah jurusan pada pengumuman aku diterima di ilmu sejarah. Apa yang kamu harapkan dari belajar sejarah. Selain menjadi pembual yang memperdebatkan keaslian sejarah. Jadi begitu~

    Tetapi aku berasa mendekte Tuhan dengan segala permintaanku di awal. Aku ingin masuk jurusan tertentu di perguruan tinggi tertentu. Itu tidak berhasil. Mungkin saja, ini ulah doa ibuku yang diijabah agar aku masih berada di Solo. Dan aku lakukan itu. Aku mulai beradaptasi dengan baik. Mempunyai teman-teman yang berbeda dari SMA. Semuanya saling menyayangi, saling mencintai dan menganggapnya seperti keluarga sendiri. Itu yang membuatku betah. Aku tidak peduli dengan pelajaran yang terima. Toh tidak satu pun yang masuk dalam nalar berpikir di logikaku. Meskipun demikian, aku menikmatinya. Beberapa aku benci dengan mata kuliahnya. Itu tergantung dari dosen yang mengajar. Untuk dosen cuek dan selalu menjelaskan sesuatu yang benar-benar tidak aku tahu, itu keren. Maksudku, aku suka dengan Tundjung W. Sutirto menjelaskan tentang seni pertunjukkan. Atau Widi yang membedah buku--yang salah satu pernyataannya masih aku ingat, 'Indonesia tidak benar-benar memiliki budaya' alasannya semua yang ada di Indonesia adalah impor. Aku setuju bagian itu. Atau Sutanto yang menjelaskan filsafatnya bahkan berpikir mengajak mahasiswanya membaca The Insecure City tentang Beirut. Selebihnya aku tidak menyukainya. 

    Setelah semua hal, aku lakukan dengan baik. Atau setidaknya begitu. Tidak bagi alasanku untuk segera mengakhiri penderitaan menjadi mahasiswa. Yaitu lulus. Hal pertama yang harus dilakukan dan menjadi momok adalah skripsi. Aku dan skripsi adalah satu kesatuan yang saling benci tetapi membutuhkan. Ibarat kata kamu tidak benar-benar mencintai pacarmu, selain kekayaannya. Nah, begitu pula denganku. Alasan aku bertahan dengan skripsi karena dengan mengerjakannyalah aku bisa lulus dari kampus ini. Untungnya dosenku dan aku bekerja sama dengan baik. Meskipun aku sedikit tidak menyukainya. Semoga dia mengerti! Aku selalu mendoakannya untuk baik-baik saja. Sebagai rasa syukurku, sudah membimbingku yang bodoh ini.

    Ada banyak hal yang terjadi di dalam bulan-bulan aku menjelang sidang dan sampai revisian. Aku bukannya memilih untuk kabur, tetapi memilih untuk memilih. Susah memang mengungkapkannya melalui kalimat. Intinya aku tidak memperjuangkan apa yang sudah aku perjuangkan. Bagiku perjuangan itu harus dibagi sama rata-sama rasa. Dalam hal ini aku setuju dengan konsep sosialisme. Pembagianku memang tidak adil hingga pada keputusan terburuknya adalah ---yaah---. Ada teman yang menemaniku untuk ini. Terima kasih untuk Nasitha yang takdir mempertemukan kita bukan di bulan April untuk wisuda melainkan periode selanjutnya. 

    **
    Cerita Akhir!

    Pada akhirnya kamu menyusuri jalan masa depan yang ada di genggaman tanganmu. Mimpi kita untuk menjadi apa, terpampang di depan mata. Dari awal aku sudah merekonstruksi jalan berpikirku untuk lanjut S2 ketika lulus. Tetapi nyatanya aku lelah. Beruntungnya pada pembangunan rumah baru di sana --- hingga keuangan keluarga harus tercurahkan khusus untuk membangun. Sebenarnya, ibuku sudah membujukku untuk tetap lanjut. Mengingat umurku sudah 23. Hei, ini masih terlalu muda untuk dikhawatirkan. Ohya, yang dikhawatirkan ibuku sebenarnya aku tidak benar-benar menyukai seorang pria semenjak aku kuliah. Itu yang dikhawatirkan akan membuatku harus menunda menikah. Hmmm... Akhirnya lobi itu sudah berjalan dengan baik. Setidaknya, biarkan aku rehat sejenak. Aku ingin membangun tokoku sendiri. Bekerja sendiri. Tanpa banyak orang yang mendekte. Hm, selain pekerjaanku menulis di sebuah platform baca digital. Yah, beberapa bulan ini aku akan terikat kontrak untuk menyelesaikan ceritaku. Intinya aku sedang memperjuangkan Nalendra! Doakan aku~

    Nasitha pernah bertanya, apakah aku tidak ingin kerja? Karena hanya aku yang tidak punya geliat untuk kerja. Maksudku, banyak orang yang mendaftar sana sini untuk mendapatkan pekerjaan. Sedangkan apa yang aku lakukan, selain membual di dalam ketikan Microsoft Word yang mencurahkan segala imajinasiku. 

    Jika ada yang bertanya, apakah aku ingin kerja kantoran? Maka aku akan jawab tidak. Semoga ibuku tidak membaca tulisan ini. Aku hanya ingin ibuku baik-baik saja dengan keputusanku. Aku punya masa depan yang aku ciptakan sendiri. Jika aku tidak memanfaatkan ilmuku (sejarah maksudnya) aku ingin menjadi penulis lepas, pedagang online dan sesekali membual di twitter. Masa depanku suatu ketika bukan menjadi kegalauan. Aku ingin merekonstruksi itu sesegera mungkin. Jika Tuhan menghendaki langkahku untuk lebih berguna lagi, maksudku dengan aku S2 dan menjadi dosen. Tidak masalah. Karena pada sejatinya aku ingin hidup dengan imajinasiku. 

    Itu saja. Aku harap, Nabila masa depan tidak segalau ini. Dan satu lagi, keinginanku yang ingin aku isi selama setahun untuk membuat masa depan ini adalah ikut sekolah skenario. Semoga Semesta mendukung keputusanku.


    N-a-b-i-l-a--C-h-a-f-a-,
    yang berharap baik baik saja ketika hujan turun~
    ketika gemuruh datang di saat tibanya musim kemarau.
    20 April 2018
    22.14

    |||



    Continue Reading
    Hei Maf!

    Mumpung yu ada di Jepang. Momen yang sangat tepat bagiku untuk menulis tentangmu. Haha, gimana? Kerasan gak? Dingin banget lho. Jangan sampai kamu merindukanku. Rindu itu berat, Maflahah. Tidak apa. Dingin itu mudah, yang jauh lebih berat adalah melupakan dia. Cuaca dingin merupakan waktu yang tepat untuk menggalau-in dia yo maf. Nikmatilah saja! Kan katamu, kamu lagi menuju move on. Loh?




    Ingat pada pertemuan pertama kita, Maf. Saat itu seleksi wawancara Bakti Nusa. Karena aku datang paling awal dibanding semua peserta di hari Minggu waktu itu, aku mendoakan agar kamu diterima. Haha. Lucu sih. Aku kenal kamu aja enggak. Tetapi memang kok Maf, waktu wawancara itu aku begitu bodoh. Dan melihat pertama kali sosok Maflahah, aku yakin kamu lolos. Daaan yah, memang Allah menakdirkan aku untuk mengenalmu lebih lama setelah itu.

    Berbicara tentang hidupnya Maflahah itu sebenarnya biasa saja. Tetapi kalau dia cerita, seakan-akan heboh gitu. "Oh ya?" dan kata 'ya'-nya itu rada melengking ke atas. Sesekali kalau diceng-ceng-in selalu keluar satu kata. "Horok i." Ohya, dari sekian nama yang sering diceng-ceng-in adalah Mas Doni. Cocok sih. Udahlah maf, akui saja. Srimulat siap mengiringi kebahagiaan kalian berdua.

    Berbicara tentang nama ini sebenarnya banyaaak banget yang aku ingin omongkan. Satu laman ini saja sepertinya sudah tidak muat. Tapi ya sudah. Memang satu orang harus mendapatkan satu porsinya masing-masing.

    Ada satu film yang mengantarkanku pada tidur kemarin malam. Film dengan judul Train to Spain. Ceritanya tentang dua orang Bapak-bapak yang liburan ke Spanyol. Jalan ceritanya membosankan. Relevansinya apa? Relevansinya adalah kisah cinta Maflahah juga tak kalah membosankan. Haha!

    Sebenarnya mencintai dalam hati itu berat Maflahah. Mengalahkan segepok rindunya Dilan. Kamu sendiri juga sadar bahwasanya tidak ada keromantisan dalam kisah cintamu, ya kan? Akui saja! Yang ada malah kita jengkel sendiri dengan semua alurnya. Saat temu "Konsolidasi Internal" di tempatnya Eli, kita bertiga saja (Aku, Eli, Syuga) gregetan banget sama alur yang datar dan kurang "boom!" Sesekali dalam setiap momen kamu cerita, selalu kita potong. "Harusnya itu kesempatan emas, Maflahah. Kenapa harus disia-siakan!" Atau kalimat yang lain, yang membuatmu akan menyesal seumur hidupmu.

    Terima kasihlah kepada bebek-bebek di Balekambang, Maflahah. Jika tanpa bantuan mereka, kamu tidak akan menabung cinta selama 4 tahun. FIX sih, harusnya memang kamu kredit motor aja. Lak yo lunas, Maf. Daripada nabung cinta yang lama-kelamaan membuatmu sakit hati. Di tinggal kemana lagi kamu Maf? Luar kota kan. Jarak memang membuat segalanya begitu kejam ya, Maf. Kalau seandaianya doi ada disini, cukupkah  mampu kamu move on, wahai Maflahah?

    Detail cerita tentang kamu dan doi itu panjang, begitu rumit, dan kurang menggelegar. Kenapa  rumit? Karena kamu tidak membuatnya mudah. Hanya berdiri bersisian di dekat jendela, dan melihatnya dari jauh. Saat doi masuk asrama, hanya ngliatin aja. Melihatnya saja sudah sangat cukup untuk bersyukur ya Maf. Diberikan sama Allah fitrah menyukai. Walaupun dalam hati. /Halah/

    "Sebelum dan sesudah tidur, siapa yang aku lihat, Bil? Dia!" katamu suatu waktu.

    Iya Maf, kamu melihatnya hampir setiap saat. Tuhan itu sudah mempertemukan kalian di segala kesempatan yang ada. Bagiku, waktu dan kesempatan itu termasuk rejeki. Tetapi memang sangat disayangkan. Kamu melewatkannya begitu saja. Padahal Maflahah yang aku kenal, adalah sosok yang pemberani. Strong woman! Tetapi memang ya Maf, kita sebagai perempuan memang harus berpikir berkali-kali lipat saat menghadapi sosok yang teramat nyaman tetapi harus bermain hati di dalamnya. Huhu.

    Dari Maflahah, aku belajar bagaimana memasak yang baik dan benar. Menjadi sesosok perempuan yang pemberani. Menjadi orang yang membuat nyaman orang disekitarnya. Menjadi orang yang peduli. Menjadi apa adanya diri kita tanpa perlu berpura-pura. Menjadi loyal. Itulah kenapa geng-mu bisa menahanmu begitu lama. Itulah kenapa kamu menjadi ruh dari jiwanya Srimulat. Tanpa kamu Maflahah, aku mungkin hanya sereceh debu yang berterbangan di angkasa. Haha. Serius, asli!

    Terima kasih untuk bisa sedekat ini, hingga aku berani menuliskan semua hal tentangmu. Habis ini kita wisuda, Maflahah. Sedih banget! Kamu sedih, ndak? /Alay/

    Dear Mbokdhe!

    Kamu senang aku memanggilmu, Mbokdhe? Ini aku Maf, Nabila yang memanggil. Bukan Mas ___, jadi jangan seneng dulu, Eh maaf kalau nggak seneng. Aku justru seneng kalau membuatmu gak seneng. Haha. Srimulat tanpa Maflahah hanya akan menjadi seonggok daging tanpa tulang. Ambyar Maf! Harapan-harapan kedepan, semoga kamu sukes selalu. Diberi kemudahan dalam membuat pilihan. Alhamdulillah ya Maf, sekarang galau milih diantara dua pekerjaan. Hm~ kamu memang terbaik Maf. Rejeki lancar teruuus. Dan jangan lupakan Nabila. Ini penting! Dan semoga kamu mendapatkan jodoh orang Solo dan sekitarnya, sesuai impianmu. Aku pasti jagong Maf. Haha.

    Maflahah, aku rindu. Semoga perjalananmu menyenangkan di sana.



    t_e_m_a_n__b_e_r_k_e_n_d_a_r_a_m_u__,



    nabila chafa.,
    Ska, 1/2/2018
    10.33 am



    *) Jadi, siapakah selanjutnya!


    """

    Akhir Tahun 2017 Bersama Maflahah!






    ***
    Continue Reading
    Hei Khaira,

    Selepas pendadaran, aku posting kalimat yang dibuat temanku yang sok-sokkan ke Jepang. Ingin mengalahkan Maflahah katanya. Haha, orang kedua setelah Zealandia Sarah adalah Keyra. Hingga dia balas status di WA-ku.

    "Kamu kompre kok nggak bilang-bilang. Tahu gitu aku ke Solo." katamu.

    Aku pikir itu kalimat basa-basi. Palembang-Solo jauh cuy. Tidak tahunya, dan aku baru tahu kalau dirimu balik lagi ke Pare. Parah sih nggak bilang-bilang! Bahkan sudah 3 minggu. Itu waktu yang lama tanpa aku sadari. Oh oke, maaf! Mungkin aku terlelap pada kesibukan /preketek/ ngurus berkas buat sidang bulan ini. /Hari terakhir bulan Januari adalah hari ini, cuy!/


    Saat kemarin aku menuliskan tentang Nindi, sebenarnya sekelebat aku memikirkan sosok yang hampir mirip. Tapi beda karakter. Dan orang itu adalah Kei. Nama sebenarnya adalah Khaira Ukhtiyani. Tetapi nama Kei adalah nama panggilan yang dibuat sendiri oleh Miss Aini. Karena aku juga susah, atau lebih tepatnya terlalu malas untuk memanggil namanya dengan baik dan benar, jadilah aku mengikuti jejaknya Miss Aini dengan memanggilnya Kei. Sesekali aku panggil Ira. Kalau lagi mood aku panggil namanya lengkap, Khaira. Asli Lampung tetapi merantau ke Palembang. Kuliah jurusan Pendidikan Ekonomi, UNSRI.

    Dia adikku. Jelas. Sama aku, masih tua-an aku. Ini kayak berasa aku suka akan fakta bahwa aku sudah tua. Haha. Kemarin Desember dia wisuda. Selamat! Maaf ya, tidak datang. Jarak memang alasan yang tepat untuk aku ajukan. Semoga kamu mengerti dan memahami. Padahal dia sedang MFB di Banten. Luar biasaaaah memang. Sepulang dari Pare, diberi waktu sekitar 2 mingguan setelah itu kamu mengabdi. Btw, di UNS tidak ada yang berangkat MFB di kloter bulan Desember. Harusnya sih ada, si abay. Tapi dia mendadak mundur di H-2 keberangkatan. Parah sih! Oke cukup untuk intermezzo yang berlebihannya. 

    Khaira orang yang tidak aku kenal sebelumnya. Bahkan ketika FLC di Bandung pun kita tidak saling menyapa dengan benar. Halah. Justru aku pertama kali menyapa dia saat SLT. Dan waktu itu, kita menginap di rumah kontrakkannya Desy di Bogor. Ingat tidak orang itu saat aku menyapanya dan dia berjibaku dengan pekerjaan mengoreksi anak didiknya. Kata dia, dia sedang dalam masa PPL. Atau semacam magang di sekolah untuk para calon guru. 

    First impresion pertama ketika aku melihat Kei adalah dia orangnya pasti lurus-lurus saja. Seorang ukhti-ukhti. Ya bener sih, nama belakangnya saja Ukhtiyani. Ya, semacam orang yang sengaja membuat jarak, begitu sih. Persepsi awalku. Untung saja, kita sekamar ya buk selama sebulan di Pare. Dan ternyata kita bisa tahu lebih banyak hal ketika kita bersama. Dari mulai kebiasaan-kebiasaannya. Sampai ke hal yang tidak penting lainnya.

    Persis mirip dengan Nindi. Dia adalah orang yang bisa tidur dengan mudah dan gampang. Kalau siang tidak ada kelas gitu, dia tidur. Kalau malam sebelum tidur, dia pasti youtube-an nonton American Gots Talent. Atau bentuk reality show lainnya. Dan teman sekamar satunya, sibuk dengan streaming nonton Stranger Things. Kalau aku nonton apa, sudah tahu dong. Kita teman sekamar yang sangat toleran satu sama lain terhadap perbedaan. Keren sih! Ingin mengulang masa-masa itu lagi, sungguh!

    Hei, kita bahkan pernah semalam tidak tidur malah curhat gak jelas padahal besoknya kita scoring. Parah sih! Hm... Kayaknya kita mengganggu Zealan deh. Dia tidur di tengah, diantara aku dan Kei. Tapi kita curhatnya juga saling berjauhan. Kayak lagi marahan. Halah, apaan sih. Lucu juga. Dari malam itu, kita masing-masing bertiga sudah saling bongkar satu sama lain. Apapun! Klasik memang. Gegara di Batch sebelumnya, sudah saling bongkar gitu. Dan kita mah hanya bisa merealisasikannya dengan teman sekamar. 

    Kita juga pernah melewatkan hujan-hujanan bersama. Haha. Waktu itu aku lagi sakit. Parah sih. Demam gtu dan pingin banget makan bakso. Sudah tahu ya, di luar mendung dan sudah dipastikan akan turun hujan lebat, tetap saja ngeyel keluar. Alhasil, kita pulangnya hujan-hujanan. Saat kita berteduh itu, aku berhasil mengabadikan momen kita berdua. Sayangnya tidak tampak wajahmu. Hanya sandal dan sepeda yang ditepikan di pinggir jalan. 

    Pernah suatu ketika, kamu bicara tentang jodoh. Dan kamu bilang, "kayaknya aku gak bakal jodoh deh sama orang Jawa, Bil." Hahaha, lucu sih. Saat kamu berbicara tentang kebiasaan orang Sumatra. Beberapa suku yang berada di dalamnya. Dari situ, aku menangkap keanekaragaman. Orang jawa saja banyak golongan-golongannya. Logat juga beda. Apalagi di Sumatera ya.

    Hei Kei, maafkan aku yang kadang keceplosan dan mungkin terlalu peka melihat gelagat aneh ketika mas "itu" ngodein kamu. Sungguh aku tidak tahu bahwasanya teman kita yang satunya juga suka. Okee, cukup aku saja yang tahu ya. Kamu lucu juga sih membuat orang tarik ulur. Haha. Terima kasih sudah melewatkan perjalanan gila bersama. Sepertinya, mengenalmu selama sebulan tidak pernah cukup. Memang ya, manusia itu serakah dalam banyak hal. 

    Suatu siang, kamu melewatiku tanpa menyapa. Aku berhenti di depan Kosan Donal untuk beli buah, sembari menunggumu keluar dari GE Aussie. Saat lagi berbincang bagaimana caranya untuk meloakkan galon-galon kita di dalam kamar ke ibu Donal, eh kamu malah melewatiku begitu saja.  Sesampainya di Kosan, si Putsar bilang. "Teman sekamarmu itu di puk-puk dulu sana!" Lah, aku kan kaget. Tidak tahunya kamu berderai air mata.  Setelah kamu baikan dan langsung tidur siang, aku menyelinap pergi ketemu Dini untuk makan siang. Dan aku tanya, barang apa yang membuat orang merasa baikan setelah menangis. Sebagai teman sekamar, sesungguhnya aku juga bingung. Untuk membuatmu merasa baikan, maka aku belikan es krim. Dan Zealandi membelikan rujak. Fix, kita pesta makan hari itu. Hal terkocak selanjutnya adalah saat mau masuk kelas Mister Maul di sorenya, kita semua memparodikan waktu menangismu. Parah sih. Kita memang bukan teman yang baik. Haha!

    Untuk Kei, kita saling mendoakan untuk setiap kebaikan. Semoga kamu lancar dalam raihan impianmu. Amin. Jangan merasa terpuruk ketika keadaan memaksamu untuk jatuh. Percayalah bahwa Allah akan menegakkan bahumu. Semangat terus! Jangan dianggap beban. Anggap saja proses panjang yang harus kamu lalui untuk mencapai hasil maksimal. Memang sih harus berderai-derai air mata. 

    Sama seperti yang aku utarakan sejak awal. Pertemanan kita selanjutnya harus lebih lama dari jangka waktu sebulan. Aku tunggu di Solo. Dan, pesanku padamu masih sama. Jangan lupa untuk bahagia!


    y-o-u-r---r-o-o-m-m-a-t-e-, 



    n.a.b.i.l.a...c.h.a.f.a....
    Ska, 31/01/18
    09.56 am.



    *) Who's next?

    | | |

    Ketika aku bersama Kei!








    ***


    Continue Reading
    Hei.

    Dilatarbelakangi oleh postingan alayku. Yang berjudul →Friendship ; betapa ke-alay-anku bertahan. Jijay banget deh. Tapi aku tidak ingin menghapusnya. Menghapus sama saja menghapus memori yang sudah ada. Aku bukan makhluk sempurna yang tiba-tiba sejak awal buat blog tulisanku sudah Boom. Kan ya enggak kan? Pasti melalui proses dimana /sejujurnya untuk membuka postingan lama membutuhkan ketahanan hati yang ekstra karena kadang geli juga/ tulisan agak menjijikkan. Kemudian terpikirkan untuk membuat semacam rekaman dari setiap orang di sekitarku.

    Agar menjadi kenangan baik, yang suatu saat ketika harus membuka blog ini lagi dan menemukan arsip/catatan tentang mereka. Betapa nyata bahwa kebaikannya selalu kita kenang. Mengenal batapa berharganya mereka. Betapa berartinya hidup ini kalau tidak mendeskripsikan mereka dengan baik. Semoga menjadi catatan amal kebaikan mereka. 


    Perkenalkan, aku ingin menampilkan sosok teman. Masuk dalam lingkaran orang yang cukup dekat. Bahkan kata 'dekat' menjadi metafora tersendiri, karena di banyak hal kita tidak selalu dekat. Karena dalam beberapa rahasia saja kita tidak pernah saling menukarkan. Dan hanya, hm.. beberapa diantaranya saja. Ya, begitulah.







    Namanya Nindi. Dia asli Jogja, Bantul lebih tepatnya. Akhir tahun lalu (2017) sekitar bulan Juli/Agustus  [aku lupa tepatnya] ibunya meninggal dunia. Tepat ketika boom drama korea the king mask, karena perjalanan layatan Solo-Jogja, Hasan selalu menontonnya. Apalagi saat ban motor Azmil meletus di tengah jalan. Hm, intermezzo yang berlebihan. Dia perempuan yang lemah, meskipun berjuang untuk kuat. Terkadang harus terjatuh dan mencari pegangan untuk membuatnya berdiri. Dalam kata "cilik ati" adalah bagaimana aku mendiskripsikan hatinya. Mungkin rapuh, mungkin sehalus bulu angsa, atau bahkan serapuh karang yang terus menerus diterjang ombak.

    Menurutku luar biasa, bisa mengenal dan menjadi bagian memori tersendiri mengenal nama ini. Bahkan, diantara kami pernah terjadi kesalahpahaman. Mungkin sekitar awal tahun 2016, terjadi pergesekan hati. /Halah/ Sepele memang. Tetapi membekaskan sedikit luka akan kekecewaan. Tetapi sudahlah, toh 'waktu' membuat kami sepakat untuk saling melupakan. Karena pada dasarnya, aku ini orangnya juga rada baperan. Haha...

    Dia adalah sosok luar biasa dalam membuat berteman menjadi nyaman. Tak harus menjadi dia-dia-dia yang lainnya, ketika kamu mampu menjadi apa adanya dirimu. Dia orang yang sangat telaten. Teratur. Tertib dalam memanajemen waktu. Beberapa hal kecil yang sering dia lupakan, dia selalu mencatat.

    Kebaikan yang aku ingat adalah dia membantuku membungkus kardus snack di hari kedua dan ketiga (kalau tidak salah/karena lupa). Dia selalu mengingatkan. Tatkala aku kadang-kadang gatal ingin melihat hp. Dia selalu bilang. "Ih bil, ini lho kardusnya." lagi-lagi itu membuatku harus tunduk pada tanggung jawabku menyelesaikan steplesan kardus-kardus itu. Aku merasa tidak enak hati, saat dia tengah berjibaku, masa iya aku harus mainan hp. Bahkan aku tidur di kosannya. Itu tidur pertamaku sebagai anak rumahan di kosannya teman.

    Nindi adalah tipekal yang gampang sekali tidur. Dia sekali mapan untuk bersiap tidur, tidak sampai lima menit, sudah melayang alam bawah sadarnya. Luar biasa memang. Mengingat bahwa aku orangnya agak susah untuk tidur. Maksudku memulai untuk benar-benar tidur membutuhkan waktu sekitar 20 menit sampai 1 jam bahkan. Tergantung tingkat stress per hariku. /halah/

    Aku sempat heran. Kenapa dia mempunyai banyak stok drama tetapi jarang untuk menonton. Kadang, drama yang menurutnya bagus, enggak bagus saat aku lihat. Sepertinya kita memang memiliki selera yang berbeda. Tapi tidak masalah, aku selalu copy kok dramanya. Apalagi tetangga kosannya adalah orang-orang yang update pada masalah per-drakor-an.

    Ohya, dia juga adalah teman kuliah yang pertama kali menginap di rumahku. Kejadiannya tidak tahu kapan. Saat Musang FMS atau SSC ya? Lupa! Sekitar tahun 2014/2015 sekitar tahun itu. Soalnya terjadi di awal masuk kuliah. Karena pada saat itu aku ditinggal orang satu rumah pergi. Aku juga lupa pada pergi kemana waktu itu, yaa, kita beli nasi kucing bungkusan di deket ISI dan makan malam di rumahku. Setidaknya aku melewati malam dengan tidak ditemani kehororran.

    Kemudian, di akhir-akhir tahun ini. Kalau bertemu dengan Nindi, yang diobrolin adalah kisah cinta islami yang dia baca di wattpad. Terkadang memang harus membuatku memasukkan koleksi yang dia suka ke rak bacaanku. Yaaang, pada akhirnya tidak aku baca juga. Soalnya kalau Nindi sudah cerita sama saja aku sudah membaca seluruh isi ceritanya sih. Haha..

    Nindi, adalah orang yang aku proyeksikan akan memulai petualang berharganya di masa depan. Dia pasti akan menjadi seorang wanita hebat kedepannya. Hati selembut sutra. Tidak terbantahkan lagi, mengingat bagaimana kinerjanya membuat Irfan, direktur SSC harus kembali ke pelukan tanggung jawabnya. Ini kocak sih! Asli. Kepengurusan SSC yang penuh drama/sitkom/yang berseries. Wanita yang menjadi kuat untuk adik, kakak dan keluarganya. Waktu yang membentuknya terkadang merindukan ibunya. Aku belajar, Nin. Bagaimana cara untuk menghargai setiap proses waktu yang digulirkan Tuhan pada semesta.

    Dear Nindi, jika aku katakan "Kuatlah Nin." aku yakin kamu pasti jauh dari kata itu. Jika aku katakan, "Sabar Nin." Kamu pasti sudah sabar sebelum aku mengatakannya. Mungkin aku terlambat menyadari, bahwa kamu dengan semua yang kamu miliki, bisa membuat orang-orang disekitarmu menjadi nyaman.

    Teruntuk Nindi, terima kasih. Semoga kita menjadi teman, tidak hanya di dunia. Dan hanya kamu orang yang pertama aku pikirkan untuk dihadiahi Al-Qur'an di hari wisudamu.Senang rasanya bisa mengenal dan berteman denganmu.


    Y-o-u-r---l-o-v-e-l-y---f-r-i-e-n-d-s-,



    --- n a b i l a   c h a f a ---

    30/1/2018
    20.23 pm


    *) next part siapa yang menjadi orang yang aku ceritakan. Semoga aku konsisten membuat ini. Amin!

    :
    ::
    :::
    :::
    ::
    :

    Moment with Nindi-ng!





    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About Me!

    About Me!

    Arsip

    • ►  2023 (1)
      • ►  Jan 2023 (1)
    • ►  2021 (34)
      • ►  Aug 2021 (1)
      • ►  Jul 2021 (3)
      • ►  Jun 2021 (3)
      • ►  May 2021 (4)
      • ►  Apr 2021 (8)
      • ►  Mar 2021 (6)
      • ►  Feb 2021 (4)
      • ►  Jan 2021 (5)
    • ►  2020 (64)
      • ►  Dec 2020 (4)
      • ►  Nov 2020 (4)
      • ►  Oct 2020 (4)
      • ►  Sep 2020 (4)
      • ►  Aug 2020 (5)
      • ►  Jul 2020 (6)
      • ►  Jun 2020 (6)
      • ►  May 2020 (5)
      • ►  Apr 2020 (9)
      • ►  Mar 2020 (6)
      • ►  Feb 2020 (9)
      • ►  Jan 2020 (2)
    • ►  2019 (12)
      • ►  Jul 2019 (1)
      • ►  May 2019 (4)
      • ►  Apr 2019 (1)
      • ►  Mar 2019 (2)
      • ►  Feb 2019 (3)
      • ►  Jan 2019 (1)
    • ▼  2018 (6)
      • ▼  May 2018 (2)
        • Menjadi Perempuan!
        • Sebuah Kegelisahan: Tentang Lampu yang Cemburu!
      • ►  Apr 2018 (1)
        • Langit Berbintang Memelukku Erat : Kegalauan Pasca...
      • ►  Jan 2018 (3)
        • Untuk Mbokdhe Imaf!
        • Hei Kei!
        • Tentang Nindi!
    • ►  2017 (9)
      • ►  Dec 2017 (1)
      • ►  Nov 2017 (2)
      • ►  Oct 2017 (1)
      • ►  Sep 2017 (5)
    • ►  2016 (3)
      • ►  Sep 2016 (1)
      • ►  Apr 2016 (1)
      • ►  Mar 2016 (1)
    • ►  2015 (7)
      • ►  May 2015 (6)
      • ►  Mar 2015 (1)
    • ►  2014 (25)
      • ►  Nov 2014 (1)
      • ►  Oct 2014 (2)
      • ►  Jun 2014 (1)
      • ►  May 2014 (2)
      • ►  Apr 2014 (6)
      • ►  Mar 2014 (3)
      • ►  Feb 2014 (7)
      • ►  Jan 2014 (3)
    • ►  2013 (12)
      • ►  Dec 2013 (7)
      • ►  Oct 2013 (2)
      • ►  May 2013 (1)
      • ►  Jan 2013 (2)
    • ►  2012 (12)
      • ►  Dec 2012 (3)
      • ►  Nov 2012 (2)
      • ►  Jun 2012 (2)
      • ►  May 2012 (2)
      • ►  Jan 2012 (3)
    • ►  2011 (14)
      • ►  Dec 2011 (3)
      • ►  Nov 2011 (11)

    Labels

    Artikel Ilmiah Bincang Buku Cerpen Curahan Hati :O Essay harapan baru Hati Bercerita :) History Our Victory Lirik Lagu little friendship Lomba menulis cerpen :) Memory on Smaga My Friends & I My Poem NOVEL opini Renjana Review Tontonan Story is my precious time Story of my life TravelLook!

    Follow Us

    • facebook
    • twitter
    • bloglovin
    • youtube
    • pinterest
    • instagram

    recent posts

    Powered by Blogger.

    Total Pageviews

    1 Minggu 1 Cerita

    1minggu1cerita

    Follow Me

    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top