Eksistensi Khayalan

9:31 PM


Suatu ketika aku dihadapkan oleh keberadaan cinta yang tidak terdeteksi oleh radarku. Apa mungkin radarku mati, rusak, sampai-sampai pertanyaan tentang eksistensi "lelaki mana" tidak terdeteksi olehku. Apa aku tidak membuka diri. Sampai hakikat kecemburuan tidak menyapaku.




Kapan kamu bisa membaca rupa orang? Aku pernah mengeja hatiku dengan perlahan. Ketenangan membawa penyakit pada ketidaktahuan. Awalnya sikap tenang hanya akan berbatas tipis dengan keacuhan. Mungkin itu menerpa padaku secara perlahan.




Dulu aku memojokkan teman yang sedang bimbang hatinya pada teman yang lain. Sepertinya dia menyukainya. Maksudku temanku pada temanku yg lain. Ada banyak teman-teman dari temanku ini yang berhasil menebaknya. Orang yang tenang seperti aku, tak mampu membaca. Padahal aku mengklaim bahwa aku lihai dalam membaca. Ternyata kemarin-kemarin aku hanya mampu mengeja wajah bukan membacanya. Terlalu pongah hati ini.



Suatu waktu, hati ini sakit. Tatkala mengetahui fakta bahwa temanku benar-benar suka. Sedangkan aku hanya tinggal di pinggiran pantai seolah tengah menyambut badai. Dan badai itu adalah keseriusan temanku menyukainya.


Bolehkah aku berada di tengah-tengah antara rasa suka temanku, Tuhan?


Langkah jalanku terseok-seok. Terdepak pada lingkungan ini. Kan sakit, Tuhan? Bolehkah aku berdoa kejelekan mereka? Aku tidak peduli, Engkau akan kabulkan atau tidak? Asalkan aku bisa menangis untuk mendoakan perpisahan mereka.


Maka aku akan perbaharui doaku,


Semoga kita berjodoh ya mas~

....

16 Mei 2019
Antara malas numpuk deadline tematik 4/7
10.48

You Might Also Like

0 Comments