Hanya Perlu Menertawakan Hidup

7:45 AM


Sebentar lagi kereta akan datang. Tanda peringatan sudah dibunyikan. Petugas dengan sigap beberapa detik lagi menutup portal di jalanan ramai ini.

Lelaki itu tak ubahnya mengeluh. Hari masih terik, es teh plastik yang dibelinya sudah hampir habis. Menyisakan cairan dari es batu.

Pekerjaannya sama sekali tak berat. Tapi tetap saja berhubungan dengan nyawa manusia. Apapun pekerjaan yang ada pertaruhan nyawa, mana ada yang gampang. Ah hidup. Membawanya mendekat dari bilik pos jaga di sisi portal jalur masuk kereta api. 

Penghormatan dan rasa bangganya datang ketika masinis kereta api yang melewati memberi tanda. Beberapa petugas bersikap bak rasa hormat. Itulah sudah menjadi kebanggaan. Sudah pantas untuk diceritakan pada cucunya di rumah. 

Ah ngomong-ngomong masalah cucu. Sekarang dia kelas berapa, tak pernah tahu. Meski perkembangan teknologi sedemikian canggih, tetap saja waktu adalah hal utama. Ia bahkan sudah hampir 2 tahun tak tahu bagaimana kabar anak dan cucunya. Keluarga kecil mereka mengadu nasib di kota besar. Berharap ada secercah harapan yang membuatnya bertahan. 

Ketika Ramadan ini kembali menjadi sia-sia lantaran tak menyimpan kenangan bersama anak dan cucunya. Ah tak apa. 

Terkadang kita hanya perlu Menertawakan hidup yang begitu renyah dengan berbagai gejolak. 

Dipandanginya kereta dari arah barat dan tanda sudah dibunyikan beberapa menit lalu. Petugas kereta memberinya tanda hormat dengan menyembunyikan klakson singkat. Kemudian hormat. Pria tua itu menyambutnya, meski hanya beberapa detik tak apa. 

Sudah lebih dari cukup menemani hari harinya. 

Minggu, 18 april 21
21.43




You Might Also Like

0 Comments