Kamu Tahu Tempatnya Bergantung Dimana, Bil?

5:41 PM


Seperti biasa.

Sama dengan hari hari yang lain. Apalagi hari minggu kemarin, dimana aku tidak ada teman untuk makan sore. Hehe, Hananda dapat jatah shift pagi. Sedangkan Silmi ijin karena lagi operasi cabut gigi. Akupun sendiri. 

Berbeda halnya dengan hari hari sebelumnya. Kemarin sabtu perutku keroncongan ketika mendekati waktu ashar. Yaa maklum gak pernah makan siang soalnya. Disuruh mikir dikit langsung reaksi. Nah, kebetulan hari minggu kemarin aku merasa perut agak keroncongan justru pas mendekati waktu maghrib.

Alhasil aku ngerjain kerjaan sampai pukul 5 baru deh rencana mau ngantin.

Pas ngantin, jelaslah jadi pusat. Oh bukan, mungkin terdengar aneh ketika ada perempuan lajang makan sendirian di meja. Hampir semua org bergerombol. Belilah sop ayam karena aku gak tau harus nyoba menu apa biar tidak merasa zonk. Hahaha. 

Makanan selesai, si ibuk kantin pun duduk sambil menikmati hujan. Foto background yang aku tampilkan di atas memang terjadi di hari itu. Awan sudah sayu mau tenggelam. Hujan sudah rintik rintik datang. Suara gelegar gemuruh terdengar sahut sahutan, tapi teredam oleh suara jalanan. Ramai memang, semuanya mengeluarkan suara. 

Kantin yang waktu itu sepi sedikit bising. 

Percakapan dengan ibu pemilik kantin dimulai dengan sapaan, "pasti mbak suka makanan yang kuah kuah ya." haha, aku benarkan saja. 

Aku gak tau harus mesen makan apa selain soto, sup ayam, atau kalau pingin agak garingan, nasi ayam lada hitam. 

Terus aku sering ngliat ke langit. Melihat seberapa deras hujan yang akan diterima bumi waktu itu. 

"Gak usah takut mbak, kan hanya hujan." gtu katanya. Aku cuma terkekeh mengiyakan. 

Kemudian obrolan berlanjut justru aku memulai mendoakan, "bu mumpung hujan, mari berdoa. Gtu. Allahu ma Syaiban nafiaa."

Si ibu bukannya egois mendoakan dirinya justru mendoakan aku semoga aku dapat jodoh, rejeki, dan lain lain.

Dan ku jawab juga dengan mendoakan si ibu ini agar diberi kesehatan, lancar rejeki dan lain-lain. Si ibuk ini mengadahkan tangan dan mengaminkan. Di waktu itu, kami saling mendoakan dalam kebaikan. 

Berlanjut lagi, aku bertanya kok tumben ibu yang jaga kantin. Biasanya ibu yang kurus itu. Si ibuk berkaca mata ini cerita kalau yang sering aku lihat itu adalah pegawainya.

Singkat cerita, Ibuk adalah pemilik warung kantin ini. Dia mempekerjakan pegawai untuk mengurus kantin yang di Tribun sama yang di rumah. Wow, berarti emang laris banget yaa, sampai harus mempekerjakan pegawai. 

Si ibuk cerita kalau apa yang dia dapat hari ini bukan serta merta adalah hasil yang instan. Sebelum dapat tempat kios di Tribun, si Ibuk pernah membuka warung sampai 3 lokasi. Adalah pasar, dekat kantor tribun yg lama, dan dekat bandara. 

Semuanya laris, hanya saja yang paling laris adalah yang di dekat pasar. Tapi laris larisnya dagangan ibuk, dia juga pernah mendapat masalah. Dia bercerita kalau warungnya seolah olah ditutupi. Orang yang melihat seperti tutup maksudnya warung buka tapi seolah olah tutup. Warung yang menyajikan makanan fresh baru dimasak, tapi tercium oleh pelanggan seperti masakan yang busuk. Hal hal yang tidak masuk akal itu ibuk alami.

Aku pun sontak kaget. "kok masih ada ya bu, hal hal kayak gituan. Maksudku kan, ini udah kota gtu buk, bukan desa lagi."

Bukannya ibuk yang menjawab, malah langsung ditimpali sama si bapak, suaminya. "enggak mbak. Yaa sama aja. Mau di desa mau di kota, praktik kayak begitu memang masih ada. Karena semakin hari perkembangan jaman semakin naik, orang berlomba lomba menjadi yang terbaik, maka hal hal jalan pintas bisa jadi pilihan."

Ohhh... 

"Itu udah berlangsung lama mbak, justru setelah itu saya rugi serugi ruginya. Padahal bapak juga pada waktu itu baru aja keluar dari pekerjaannya dari karyawan Konimex. Udah itu hancur mbak." 

Sudah tidak tahu apa yang dia perbuat, tapi apa yang menjadikan si ibuk ini bisa melalui ujian hidup itu. Ternyata ada 3 hal yang diberitahukan ke saya, sabar, ikhlas, syukur. Si ibuk hanya memegang hal itu. Dia tidak peduli dengan kerugian yang dia dapatkan. Akibat ulah kekuatan tak kasar mata, tapi dia menggantungkan diri sepenuhnya ke Maha kuasa. 

Bergantung ke Allah, memang sederhana aku mengetikkan jemari atau mengucapkannya dari bibir. Tapi praktiknya, luaaarr biasa susah. Masalah manajemen perasaan, hati, dan mengutamakan Allah dalam segala tindakan kita memang benar benar diwejawantahkan melalui tindakan adalah hal yang sulit. Tidak ada pelajarannya.

Ustaz yang koar koar pun gak ada dayanya kalau kita tidak praktik. Serius, aku juga sejujurnya mengalami itu buk.

Tapi nikmat luar biasa kalau kita mampu melakukannya. Menyerahkan langsung ke Pemilik Kehidupan ini.

"Mbak, ikhlas berlapang dada, nerimo, adalah hal yang sulit." 

Bener buk, setuju. 

"Tapi percaya aja mbak, kalau menjadikan Allah sebagai tempat bergantung itu pasti nikmat. Tidak hanya nikmat batin ya mbak ya, karena Allah pasti akan mengganti gantinya kalau hamba-Nya kesusahan."

Inside baru. Dari perspektif ibu yang bisnisnya hancur karena ilmu gaib yang dikirim pesaingnya buat menghancurkan kesuksesannya. Allah ganti dengan tempat nyaman enak, sudah jelas dapat pelanggan kalau bukan di kantornya Kompas Gramedia ini alias Tribun Solo.

Bahkan si ibuk ini cerita, boss besar dari jakarta datang juga pesen makanan di tempatnya. Dia pun merasa terhormat, banyak atasan di Tribun hormat dengan si ibuk. 

I dont know ya, tapi enaknya di kantorku yang ini emang lingkungan kerjanya lumayan fair. Tidak memerhatikan kamu lebih tua dari aku, atau aku lebih muda dari kamu, semuanya sama. Kita belajar bersama, tumbuh bersama, gak ada batas, gak ada sekat. Bahkan atasan pun orangnya santuy abis. Semuanya diperlakukan sama. Egaliter. 

Beda dengan kantorku yang lama. 

Ehhhhh. 

Adzan Maghrib berdengung. Percakapan pun selesai dengan alasan mengutamakan ibadah pada Gusti Pemilik Kehidupan.

Terima kasih banget buk, berkali-kali aku ucapkan. Atas pengalaman yang luar biasa.

Aku merasa pengalaman hidupnya ibuk ini emang relate sama apa yang aku alami. Benar sih, aku juga pernah ngalami dimana aku serahkan saja semua keputusan hidup ke Allah, aku hanya berusaha. Tiap hari apply kerja. Tapi kayak gak maksa Allah gtu mau dikasih kesempatan dimana.

Bahkan menjadi bagian dari karyawan kompas gramedia pun juga aku daftar lewat jalan apa aku lupa, sangking banyaknya perusahaan yang aku apply. 

Alhamdulillahnya dari segi pendapatan naik tingkat 500rb dari gaji kemarin. Hahaha, enak, jam kerja menyenangkan meskipun dapat shift malam. Kerjanya juga tidak susah. Allah menjauhkan aku dari segala bentuk kesusahan, sepertinya. 

Allah Maha Romantis yaa. 

Bil, ayo berjuang kembali. Memenangkan setiap harimu. Hidup yang tidak diperjuangkan tidak akan bisa dimenangkan!

***
08.39 18/02/2020
Selasa, hari libur nasional

Ketika aku dan Uun segera bertemu
Merindu kemudian membakar semangat lagi. 
Untuk skripsinya uun, agar perjuangannya tidak sia sia. 

You Might Also Like

0 Comments