Tentang Adekku, Hari ini!

6:14 PM


Ingin ku kisahkan sesuatu yang luar biasa yang Allah berikan padaku. Hal yang luar biasa itu adalah hadirnya dua orang ini dalam hidupku. Jika harus melihat proses pendewasaanku yang begitu cepat ini, tak lepas dari peran mereka salah satunya.

Shout out to my sister!

Zidni dan Rahma, adalah nama kedua adekku. Kami bertiga membentuk nama NAZIRA sebagai singkatan dari ketiga nama kita. Dan, dijadikan nama kos-kosan, warung toko fotocopy, butik baju, segala kartel bisnis yang dibangun ibuku. Tentu saja, bisnis keluarga kami sangat banyak dan masih skala desa. Hahahaha!

Di depan mereka aku tidak harus selamanya menjadi dewasa. Kadang aku seperti anak kecil di depan Rahma, si adek bungsu. Aku akan mengeluhkan kekhawatiran, dan dia cuma jawab sekenanya buat membumbung hatiku. Atau di depan Zidni, aku bisa jadi orang bijak buat dia. Karena, pahamlah kalau urusan anak kuliah itu konfliknya orang dewasa dan harus diselesaikan dengan dewasa pula.

Zidni punya tabiat yang keras. Susah diajak kompromi kalau lagi emosi. Uhhh, harus melapangkan lapangan hati buat menyamai karakternya. Sisanya, dia seperti anak kecil. Kadang nggojeki aku kalau aku butuh digojeki. 

Misal kayak kejadian pagi ini, "mbak minta maskernya." 

"gak mau mahal. Harga 5 ribu itu, beli di jogja (fyi, aku beli masker itu pas kunjungan ke tempat yayak minggu lalu)." jawabku. 

"satu tok e."

"bayar 2 ribu." kataku. 

"masker kayak gini di kampusku mung sewu." kata dia. 

"lhaa kan gak bermerek. Maskerku kan ada merknya." jawabku. 

"merk opo? “ tanya zidni polos. 

" alfamart! "

Wkwkwk. Alhasil pertentangan itu dia menangkan karena lagi lagi sebagai anak pertama yang luar biasa pelit dan itung-itungan kaya aku harus melapangkan hati selapang-lapangnya. Beda kalau pelitnya aku dibandingkan dengan Zidni. 

Ngomong-ngomong masalah pelit, mungkin hanya aku dan zidni yang satu tipe. Agak itung-itungan kalau masalah duit. Wwwuuuhhhh, beda kalau itu Rahma. Rahma mana bisa jadi orang pelit. 

Bapakku ngasih rahma dari kata Rahman, penuh kasih. Bener dong kalau dia itu lebih gemati banget sama mbak mbaknya dibanding sama dirinya sendiri. Enak. Kalau lagi marahan gak kayak zidni, bisa berhari hari diam diaman. Kalau sama Rahma, cukup berapa jam. Langsung baikkan. 

Pada hari kemarin Rahma meminta bantuanku untuk mengoreksi cerita yang dia buat untuk tugas bahasa Indonesia-nya. Disuruh sama guru untuk membuat tulisan inspiratif. Dia menulis tentang jatuh bangunnya menjadi seorang idol. Yaah begitulah, karena dia lagi kesengsemnya sama idol grup. 

Tapi sebelumnya dia cerita tentang cerita yang ditulis temannya. Dan untuk ukuran orang dewasa, tulisan yang diceritakan Rahma memang sedikit mengagetkan. Karena perluasan konflik yang dibangun. Mindblowing sih menurutku. 

"Ceritanya temenku judulnya apa ya mbak, kalau gak salah Di balik jendela, atau Tembok jendela. Ceritanya gini, ada bapak bapak sakit punggung, jadi dia tiap hari hanya berbaring terus di rumah sakit. Nah bapaknya itu tidurnya di pojok, dekat sama jendela. 

... Si bapak itu punya jejeran juga bapak bapak, yg juga gak bisa bergerak. Tiap hari si bapak yang tempatnya di pojok jendela itu selalu ngasih tau bapak di sampingnya. Bahwa apa yang dilihat dari balik jendela itu indah. Dia bisa lihat anak anak bermain, bisa liat awan, pokoknya apapun yang indah yang gak bisa dilihat sama bapak-bapak di sampingnya.

... Hingga suatu ketika to mbak, bapaknya yang tempatnya dekat jendela itu meninggal. Si bapak yang jejernya ngerasa kehilangan, trus minta sama suster rumah sakit buat mindahin tempat tidurnya di dekat jendela, ditempat bapaknya yang udah meninggal itu. Tau gak mbak apa yg dilihat? Cuma tembok kosong.

... Dan ternyata, bapak yang meninggal itu buta. Dia punya imajinasinya sendiri buat nyeritain apa yang dia bayangkan dan diceritakan ke bapak sampingnya."

Wow.

Ku jawab ke Rahma, "apik nho mma."

"Ho o mbak, tugas ku kon gawe cerita inspiratif ngono. Tapi emang ceritanne nggone kancaku kui emang apik. Sayang e, dia ki nganyelke."

Oh oke. 

Hahaha.

Edited: lagi, kejadiannya adalah menjelang isya hari ini. 

Tiba tiba wasap ku di berondong banyak chat. 

Sumpah aku ngakak. Dan kujawab di telepon dengan antusiasnya. Ok, ok, besok aku bikin beritanya. Gtuu~

Sebenarnya banyak banget cerita tentang mereka. Karena dua hal itu yang baru saja terjadi, dan aku pun juga tengah dirundung rindu untuk menulis segalanya di blog ini, jadi kenapa engga. 

Dua adekku, yang di setiap sholat fardu, duha, bahkan malamku. Cuma minta buat dilancarkan studinya. Menjadi sebaik-baik manusia.

Bahkan aku bangga, keberadaan mereka membuat orang tua harus menurunkan ekspektasi anak anaknya. Dua tahun tinggal kelas, orang tua sadar bahwa kebanyakan ilmu yang mereka pelajari membuat mereka muak. 

Selalu sejalan, beriringan, bareng-bareng. Sampai kapanpun.

♥️

Pagi hari, 09.09Selasa, 11 Februari 2020
Hari libur nasionalkuuu~

Bonus foto-foto kami saat liburan di villa sekipan, Tawangmangu. 18 januari yang lalu

You Might Also Like

0 Comments