Ketika Kita Tak Ubahnya Sekrup pada Sistem

8:23 PM


Untuk diriku saja,

Mungkin bil, dunia dibuat kacau balau oleh banyaknya hal yang mengambang dan tak tentu arah gini. Sama seperti masa depanmu. Semakin kamu berpikir pada dunia ini, semakin banyak tangan yang tidak bisa kamu gapai. Toh, hidupmu hanya berkutat pada rebahan saja. Tak banyak membantu. Tapi kamu ikut-ikutan dibuat risau pada banyaknya permasalahan.

Aku mengingatkanmu untuk jangan begitu, jangan buang energimu untuk memikirkan banyak orang. Bersikaplah egois seperti yang sudah-sudah. Mencintai diri sendiri saja sampai dalam. Menyukai hal yang ingin kamu lakukan. Jangan pedulikan mereka. Tapi semakin lama, semakin kamu merasa nista.

Manfaatmu tak berbuah. Kamu kesal. Seolah menjadi upil dalam lautan luas. Tak terlihat dan hanya jadi fana. Berbuih dan tidak bekerja sama dengan ombak untuk mengganggu tatanan sistem alam.

Kamu tidak memiliki kapabilitas untuk merubah. Terlalu pesimistis sebagai generasi muda. Kamu tidak bisa menyuarakan, sebab suaramu sangat serak, untuk berkata 'a-a' saja sudah mendulang hujatan.

Kamu risau pada generasimu. Generasi yang dikata orang milenial dengan slogan pendobrak, tapi suka membuat blunder. Aku tahu kamu bak antitesis pada suatu hal.

Pada suatu ketika, kamu tidak ingin disorot, maka suatu ketika kamu menolak untuk ditokohkan pada publikasi surat kabar. Karena kamu tidak mempunyai kapasitas sebagus itu sebenarnya. Atau kamu hanya tengkurap pada rasa kecil hati dan rendah diri?

Dalih pada suatu hipotesis yang mengatakan, semakin media sosial diserang dengan ketidakbaikan, lebih baik kita banyak sharing dengan hal-hal baik. Tapi kamu tidak lakukan? Karena apa? Semakin kita menunjukkan 'ke-aku-anku' hanya akan menimbulkan masalah pada pertanggungjawaban sosial. Tuaian pujian yang menyebabkan kendornya iman. Ingin berkontribusi, tak dinyana hanya berbuah suatu hal yang kontradiksi.Itukah ketakutanmu, Bil?

Maka, ketika generasimu hadir bak seperti 'pangeran pembasmi penindasan' yang menawarkan perubahan, inovatif, kreatif, dan lain sebagainya, kamu justru dibuat malu sendiri. Sebut saja orang-orang terpilih yang menjadi stafsus milenial presiden dengan bejibun gelar dan kapasitas mereka, tapi harus terseok jalannya pada konflik kepentingan di sana. Alih-alih membuat klarifikasi bahwa mereka tidak menangani proyek pengadaan, katakanlah proyek pra kerja yang bekerja sama dengan sebuah aplikasi belajar online, mau dilihat pakai penutup mata pun, hal itu tetap saja menimbulkan tanda tanya. Lebih tidak masuk akalnya, ketidakterlibatan bahwa proyek tersebut tidak menjadi agenda, hanya akan menjadi tameng saja, pada sistem oligarki yang semakin nyata.

Dunia bergerak begitu cepat bil. Pak Yoyok, Manajermu pernah bilang ketika kata 'masa depan bagi generasi orang tua kita itu sama artinya 10-15 tahun ke depan, berbeda halnya dengan masa sekarang. Masa depan bisa saja terbentuk hari esok, kan?'

Dianggap tidak punya kapasitas untuk menguliti isi, karena ketidakberdayaanmu yang hanya 'sekrup' pada sistem dan peradaban ini. Tak ubahnya hanya berbuah rasa pesimis saja untuk dikelola.

Kita dihadapkan pada slogan 'cringe' kontribusi nyata untuk bangsa. Itu sama halnya dengan menggelorakan semangat penokohan, yang sebelumnya kamu benci, kan Bil? Benar memang, personal branding itu perlu. Kamu ingin dianggap seperti apa di dunia ini, kamu harus membuat struktur dan citranya. Itu benar. Tapi apa bedanya jika kita hanya mendapat predikat 'generasi inovatif, kreatif, disruptif' dan dianggap sanggup menyelesaikan masalah per-bangsa-an, padahal kita hanya mendulang kemewahan dengan privilese yang kita dapatkan. Katakanlah ketenaran, kepopuleran, atau bahkan pundi-pundi cuan.

Sepesimis itukah bil, nasib generasimu?

Seolah dianggap depresi, kamu justru dibuat merana karena tidak memiliki solusi. Temaramnya malam, kamu seolah terlelap Bil, pada privilese yang kamu terima.

Bil, kamu mungkin tidak merasakan susahnya jadi orang susah. Anak petani dengan daya pikir yang rentan, orang-orang terpinggirkan, atau orang-orang yang berada dalam sistem penindasan. Pola pikirmu masih menjadi 'aku-kamu' bukan lagi 'kita'. Pun, jika sudah terjadi kata 'kita' maka maksimalnya akan membentuk program politisasi yang dimanfaatkan.

Kita salah untuk tergabung dalam hal ini, hal itu, karena afiliasi. Kita tidak dibebaskan untuk membentuk pola pikir mandiri, karena orang akan menjustifikasi dengan label tertentu. Atau itu yang sedang kamu permasalahkan?

Generasimu masih miskin pengalaman, tak sok-sokan.

Bil, aku ingat kamu pernah mengatakan dan entah kamu mengutip dengan kalimat siapa ketika generasimu menduduki jabatan terbaik dalam tatanan kenegaraan. "Sesuci apapun malaikat, kalau sudah masuk sistem Indonesia dia akan jadi iblis."

Apakah kamu mendeklarasikan menjadi salah satunya? Mungkin kamu tidak memegang peranan penting.  Sebab kamu hanya bertindak di ruang senyap, sepi, nan serba dilematis. Kamu sekelumit partikel yang tidak ada harganya dalam sebuah tatanan sistem ini. Tapi kamu ada.

Aku tahu, semakin aku menulis kamu semakin dibuat sengsara. Banyak dosamu ternyata. Tak kasat mata sudah tak terbendung. Hanya butiran kotor yang tidak berubah suci dalam kilat. Dimana rasa tanggung jawabmu? Ketika banyak orang yang mengais rejeki begitu susahnya, kamu bak melayang kemana. Jika kamu risau, kebaikanmu dilihat orang dan tidak mau ditokohkan, maka lakukanlah. Atau kalau kamu tidak memiliki jalan kebaikan, lakukanlah hal kecil yang bisa berdampak ke satu dua orang saja. Tanganmu terlalu kecil untuk menjangkau keseluruhan.

Generasi tua, entah dalam peradabannya atau pemerintahan pun (atau bahkan orang tuamu), mungkin akan mewarisi padamu sifat oligarkhi neolib yang baru. Digerakkan oleh satu dua orang tokoh sentral. Terselubung dan itu nyata. Kamu harus waspada karena kamu bagian dari ampas sistemnya. Semakin hari kamu dituntut untuk menjadi pembeda. Bersaing dengan individu lain sebagai komoditas.

Mengutip sebuah kutipan dari Margianta yang aku ambil esensinya seperti ini, 'dibalik agenda inovatif-kreatif-disrutif generasimu dimana para aktor itu mempunyai wewenang untuk melibas kepastian kerja dan bahkan memerankan kapitalisme neoliberal. Mereka bak seperti batman, menjadi pahlawan dengan menyelamatkan dunia di malam hari, tapi di siang hari membuat masalah lain yaitu kesenjangan ekonomi.'

Tak perlu, kamu risau. Bekerjalah secara efektif dan kolektif. Hilangkan 'aku-kamu'-nya. Sudah kukatakan berulang kali, kamu tidak bisa menghapus tatanan dunia ini. Kesampingkan egoismu. Kamu terlalu lama berada dalam zona itu. Semangat bil, adakah satu 'titik' pasti dimana kamu harus merasa optimis daripada nestapa.

Ini sebuah anekdot yang kadang membuat kita terpingkal-pingkal membaca kisahnya. Nikmati saja alurnya Bil, tanpa harus berpikir begitu keras. 

Aku,
sumber kepercayaan dirimu. 
Dan 3 hari ini fiks dibuai oleh pesona Kang Dong Won ♥️

09.39
18/april/2020
... ketika kamu dibuat jengkel dengan pemberitaan yang menjengkelkan mengenai stafsus milenial itu.
Keputusan yang tepat adalah nggrundel dan menulis meski tidak ada pembaca.

***
Landasan filosofis dalam membuat tulisan ini


You Might Also Like

1 Comments

  1. brrti se idealisme seeorang klo masuk sistem akan mengikuti arus, bil?

    ReplyDelete