Pages

  • Home
  • Tumblr
  • linked
facebook linkedin twitter youtube

Rumah Dialektika

    • About Me
    • Renjana
    • Cerita Pendek
    • Opini

    Hei blog! Aku merindukan tempat ini~



    Kau pernah berpikir, menginginkan malaikat jatuh ke bumi ini? Dan hanya datang untukmu seorang. Tidak pada yang lain. Kau pernah merasa hidupmu kesepian? Aku berpikir begitu. Seadanya cerita yang mengalir merdu melalui mulut-mulut brengsek mereka, tak pernah meruntuhkan keinginanku. 

    Kupanjatkan doa.

    Tuhan mengirimkan malaikatnya datang padaku. Hanya padaku seorang. Jangan berpihak pada manusia-manusia itu. Manusia-manusia yang aku benci. Melebihi bencinya aku pada pepaya. Aku bangun tidur masih dalam keremangan malam.  Cahaya datang dari balik pintu. Kuyakinkan pada diriku, bahwa kemarin malam aku tidak lupa untuk mematikan lampu. Tetapi kenapa cahaya itu datang padaku. Lalu semuanya seolah tenggelam dalam sepersekian detik. Secara tidak langsung aku tertidur kembali. Hati yang sudah penuh dengan gumpalan kebencian terhadap dunia ini aku pendam sampai kubawa terbang kealam mimpi. Bersamanya.

    Suatu waktu kamu datang. Lewat mimpi. Aku bahkan memelukmu, lewat mimpi pula. Sesekali aku cemburu. Pun, melalui mimpi. Logika berpikirku melarang untuk menambah pikiran. Sayangnya kedatanganmu meruntuhkan logikaku. 


    Terima kasih untuk satu minggu aku galau, di puluhan hari di akhir bulan Juni 2019. Lekas mendapatkan sosok yang layak, seperti impianmu. Begitupun aku. Tapi, tidak apa apa kan jika bayangan masa depanku adalah kamu. Toh hanya bayangkan! Siapa yang akan membuktikan itu sebuah kebenaran masa depan.
    ...
    Solo, 18 Juli 2019
    membalas pesan wasapmu dengan hhahaahaa
    21.13 pm
    Continue Reading

    Mimpi yang satu ini biasanya terjadi jika Anda memang benar memiliki suatu perasaan istimewa terhadap salah satu teman laki-laki Anda. Namun, tahukah Anda bahwa dalam mimpi tersebut terkandung makna kebahagiaan.

    Sebagai orang yang beriman, saat Anda mendapatkan suatu kabar baik, haruslah Anda bersyukur kepada Allah agar selalu mendapatkan berkah-Nya. Doa tersebut terkandung dalam Al Qur’an surat Al-A’raf 7 : 96.


    ***

    Allah Menghadirkan khayalan itu kemarin. Buah dari kekonsistenan akan pekerjaan barangkali. Bahkan aku sudah melupakan dirimu sejenak. Di chat LAN (baru saja) aku menceritakan pengalaman yang menakjubkan ini. Dan tepat ketika itu, lagu di soundcloud playlistku adalah Cloud and Thorns: Everything is Possible Now!


    Oh, whoa, oh, let's dream out loud (let's dream)
    ‘Cause all we know
    Has been turned upside down
    Everything is possible now
    Ooh, ooh, ooh, ooh, ooh, ooh
    Ooh, ooh, ooh, ooh, ooh, ooh


    Angin segar sekaliiii

    Khayalan itu Mengembun menjadi klimaks yang manis. Masa tau-tau kamu nglamar aku mas? Betapa bahagianya aku kemarin malam. Ingin kusumpal saja ketika Bapakku membangunkan buat sahur. Mana baru jam 3 lagi. Ahhhh, ingin kuulang lagi saja.

    Terima kasih sudah mampir di mimpiku~
    Baru saja seminggu yang lalu aku lagi mabuk tentangmu.

    ....


    21 Mei 2019
    14.07 setelah deadline tematik
    ketika bulan Mei hampir mendekati akhir.
    Ketika gajian sudah di depan mata.
    Apalagi libur panjang lebaran
    Continue Reading

    Suatu ketika aku dihadapkan oleh keberadaan cinta yang tidak terdeteksi oleh radarku. Apa mungkin radarku mati, rusak, sampai-sampai pertanyaan tentang eksistensi "lelaki mana" tidak terdeteksi olehku. Apa aku tidak membuka diri. Sampai hakikat kecemburuan tidak menyapaku.




    Kapan kamu bisa membaca rupa orang? Aku pernah mengeja hatiku dengan perlahan. Ketenangan membawa penyakit pada ketidaktahuan. Awalnya sikap tenang hanya akan berbatas tipis dengan keacuhan. Mungkin itu menerpa padaku secara perlahan.




    Dulu aku memojokkan teman yang sedang bimbang hatinya pada teman yang lain. Sepertinya dia menyukainya. Maksudku temanku pada temanku yg lain. Ada banyak teman-teman dari temanku ini yang berhasil menebaknya. Orang yang tenang seperti aku, tak mampu membaca. Padahal aku mengklaim bahwa aku lihai dalam membaca. Ternyata kemarin-kemarin aku hanya mampu mengeja wajah bukan membacanya. Terlalu pongah hati ini.



    Suatu waktu, hati ini sakit. Tatkala mengetahui fakta bahwa temanku benar-benar suka. Sedangkan aku hanya tinggal di pinggiran pantai seolah tengah menyambut badai. Dan badai itu adalah keseriusan temanku menyukainya.


    Bolehkah aku berada di tengah-tengah antara rasa suka temanku, Tuhan?


    Langkah jalanku terseok-seok. Terdepak pada lingkungan ini. Kan sakit, Tuhan? Bolehkah aku berdoa kejelekan mereka? Aku tidak peduli, Engkau akan kabulkan atau tidak? Asalkan aku bisa menangis untuk mendoakan perpisahan mereka.


    Maka aku akan perbaharui doaku,


    Semoga kita berjodoh ya mas~

    ....

    16 Mei 2019
    Antara malas numpuk deadline tematik 4/7
    10.48

    Continue Reading

    Hei Bil, 
    selamat malam? Selamat pagi? atau siang?
    tergantung kamu membacanya kapan, hehe.


    Lama sekali, aku tidak menyapamu. Surat terakhirku pasti lebih dari satu bulan yang lalu. Baikkah? Kau tidak mendapati suatu masalah yang berarti kan? Atau kau sedang memikirkan sesuatu sekarang?

    Bagaimana dengan prinsip hidupmu setahun ini? Akankah masih berjibaku dalam dunia kerja yang melelahkan? Ataukah sudah memutuskan untuk menimba ilmu lagi? Sudahkah kamu dapat kabar dari Imaf, temanmu. Katanya dia ada exchange di bulan Agustus di Amerika. Dia sudah pernah ke Jepang dan akan ke Amerika, sedangkan kamu masih mengakar di Solo aja.

    Suatu ketika, saat kamu menyapa teman lamamu yang ternyata sekarang bekerja di Bappenas dia menjabarkan indahnya Indonesia lewat kacamatanya. Membuatmu terlalu kerdil menjalani hidup? Dia sudah paham tentang daerah lain, sedangkan kamu masih mengakar saja Bil di Solo, entah sampai kapan. Kapan kamu keliling Indonesia? Atau setidaknya menginjakkan kaki ke luar negeri selain ibadah di Arab nanti. Melihat dunia tidak melulu untuk menghambur uang, tetapi menambah nilai edukasi tentang nilai dan prinsip yang lagi-lagi harus kamu bangun. Di dalamnya akan terkandung muatan kerja keras. Melihat orang-orang yang berbeda kebudayaan akan menumbuhkan nilai toleransi. Nilai kehidupan akan terbentuk ketika melihat realita hidup orang lain, agar kita pandai bersyukur.

    Tapi aku juga tahu. Ketergantunganmu dengan Solo memang susah tidak dipisahkan. Di tempat akarmu ini kamu bisa hidup. Luasnya dunia hanya terbentang di Solo saja. Di tempat ini pula kamu juga masih harus menjangkau hal-hal yang belum kamu jangkau sebelumnya. Menonton Festival SIPA, misalnya. Haha, kamu pasti belom pernah kan? Cobalah sekali-kali. 

    Bil, jangan berkecil hati. Meskipun itu bukan bagian dari rejeki yang kamu terima hari ini. Siapa tahu kamu mendapatkan hal besar lainnya. Di waktu nanti. Ketika waktu datang tepat waktu. Membawakanmu kejutan yang tidak pernah kamu sangka-sangka. Ukir mimpimu lagi, barangkali di setiap doa yang kamu panjatkan dan ikhtiar usaha yang tanpa putus kamu lakukan, membawamu ke tempat indah lainnya. Percayalah. Bersama orang yang tepat. Tapi jika Allah tahu, kamu senang akan kesendirianmu, maka doa orang terbaiklah yang akan menuntunmu. 

    Sebaik-baik tempat, sebaik-baik usaha dan sebaik-baik mimpi. Mari kita rangkai lagi. Kamu tidak perlu risau jika harus menjalaninya sendiri. Mungkin aku jiwa semumu yang akan menyemangatimu ketika kamu lelah. Akulah guru bisu bagimu.

    Jangan melelah, tetap berusaha tanpa lelah. Kuasai batas dirimu dan taklukkan. Yakini saja~


    Dariku,
    yang tak pernah lelah menyemangatimu.
    Bahagialah ketika terik matahari membuat legam wajahmu.
    4 Mei 2019
    22.03 pm

    ...







    Continue Reading

    aku adalah kaset kusut yang selalu berbicara tentang dialektika kehidupan
    yang katanya mencemburui hidup orang
    selalu mencari dan berlari kenapa tidak pernah sama yang harus aku lalui

    membenci tontonan Mata Najwa demi apapun,
    sebuah dialog mendebat yang tidak bermutu, 
    alih-alih ILC yang si tukang potong pembicaraan disiarkan seluruh negeri,
    miris kalau ber-reting tinggi,

    ah bedebah!
    kadang hidup rancu
    banyak kucing berdebu tetangga yang semakin naik populasinya
    menginginkan kasih sayang

    tapi, justru dibuang

    aku adalah monitor kusut di pojok dinding
    yang selalu mencemburui nasib sang majikan
    berangkat pagi dan pulang sore hampir setiap hari
    tetapi selalu bertengkar masalah prinsip hidup

    bedebah mana yang akan mencemburuinya,
    tidak ada?

    kepada hidup yang tidak lagi sama
    akulah sesuatu yang perlahan menjadi sekat 
    kepada memori lama yang menyeruak bersama terbitnya fajar pagi
    semakin lama aku menghirup napas
    berjuang untuk tetap bernilai

    bersama anganmu, kutemani jejak angin
    menulis kata sampah, ketika bersentuhan pada keadaan yang memaksa
    kepada persetannya ketimpangan, ketidakadilan, dan kebangsatan yang menyelimuti
    bertahanlah!
    akulah guru bisu yang tidak segan menasehatimu



    Tepat di Hari Buruh Internasional, 1 Mei 2019
    Pukul 21.01

    Kepadamu yang ku sapa, tepat di hari jadimu. Berbahagialah untuk mengembara. Semoga mendapatkan apa yang ingin kau cari dari hidupmu. Yang katanya bermanfaat itu. Tanggal 1 ini adalah peringatan untukmu, bahwa kau tidak lagi muda.

    ...





    Continue Reading


    Kita memang tidak akan hidup panjang Esmeralda~

    Saya tahu itu. Tapi setidaknya buatlah hidupmu itu bermakna. Siapa tahu nanti, sepulang kita berjumpa, justru tidak akan membuat saya berjumpa dengan nona untuk kedua kalinya. Siapa tahu. Toh, kita tidak memiliki kepastian karena tidak menggenggam masa depan. Ceritakan ke anak cucumu ya, kamu punya kawan semenarik aku. Barangkali, kamu bisa tengok foto yang tersimpan di jejak digital kita hari ini. Terlalu mahal untuk dibuat frame cantik dan dipajang di tembok kamarmu.

    Merindu. Lagi-lagi. Perkara rindu.


    Doa kita berbalas-balasan di langit. Semoga sampai ya. Doa saling membaikkan, bertanya kabar dan hanya dijawab oleh langit dengan suara lirih interpretasi kita sendiri, "sepertinya dia baik-baik saja."

    Lagi-lagi berbicara tentang kemungkinan. Karena segala yang berkamuflase di dunia ini hanya terbatas pada kata 'mungkin'. 


    Kemungkinan tidak ada sapaan kita di pagi hari. Sama-sama menyeduh kopi khas Lampung yang selalu kita nikmati di sela-sela bersenda gurau. Mungkin saya akan bertemu Tuhan saya lebih awal nanti. Siapa yang tahu. Bahkan berapa juta semut yang meninggal detik ini pun, (siapa yang akan tahu) kalau Sang Penguasa Jagad Raya ini sudah berkehendak, to?

    Sebentar nona. Kita nikmati aroma kopi ini sebentar setelah itu kita memulai diskusi pendek kita ini. 

    "Kamu sudah siap tabungan berapa juta untuk membeli surga nona?" tanyaku.

    Terdiam.

    "Sepertinya kita sama-sama harus mempersiapkan datangnya kematian kita." kataku mantap.

    Benar sekali. Karena kita tidak tahu bagaimana cara menyambutnya.

    ...


    Nabila dalam sebuah perenungan,
    Kartasura, 5-April-2019 
    15.21 


    Continue Reading

    ...

    Hei Bu Guru Yayak!


    Aku ingin menyapamu karena kemungkinan aku rindu. Hal yang paling membahagiakan bagiku adalah ketika kamu ngeshare foto anak-anak di sana. Waaah gilaa yaa senyum mereka. Hatiku --baca: kemropok-- ini mendadak tersenyum hangat untuk dua detik dan efeknya berjangka panjang. Lagi lagi tentang rasa syukur. Dan hal yang Elian share-kan juga (di statusnya) tentang Sabar dan Syukur.

    Menurut teori, pikiran kita dikendalikan oleh alam bawah sadar kita. Persentasenya tinggi (pada sebuah riset) yaitu 88%. Tapi orang-orang sering mengesampingkan masalah ini. Tidak masalah, sugesti dan bagaimana pikiran positif kita harus dijaga agar tetap stabil. 

    Yak~

    Bagaimana sikapmu ketika anak didikmu bertindak yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku? Apakah kamu akan terus menunjuk-nunjuk jarimu ke kesalahan yang mereka buat. Ataukah sikapmu dengan bersedekap sinis sambil mengulang-ngulang kesalahan anak didikmu? Oh ya, bagaimana kamu menerapkan konsep egalitarian atau konsep bagaimana implementasi sila kemanusiaan diterapkan? Apa kamu juga belajar tentang semua materi Kompetensi Dasar yang dicapai dalam setiap pembelajaranmu? Aku mendengar cerita dari Bimo--saat dia mencari surat rekomendasi rektor UNS--ketika itu, dimana kamu (Yak) cerita tentang anak SMA di sana yang tidak tahu bagaimana membedakan was dan were. Bagaimana cara kamu mengatasinya? 

    Sori, terlalu banyak pertanyaan buat Bu Guru Yayak. 

    Mungkin manusia mengalami kesalahan tentang apa yang dikerjakannya. Tapi bisakah dikritik yang mendukung dengan sikap yang elegan. Dengan cara diskusi dan pemecahan masalah. Aku ingin mempermasalahkan ini yang tidak terpraktek sempurna di iklim kerjaku. Tapi, hei bil sadarlan bahwa dirimu manusia ingusan kemarin sore! Don't do that! 

    Tapi...

    Mendadak aku ingin berdiskusi masalah ini. 

    ***

    Perihal Visualisasi Mimpi


    Yak, dulu pas aku kecil dan main plosotan, suatu ketika ditanya sama Pakdheku. "Besok mau jadi apa?" Ku jawab, "Aku pingin jadi dokter." Menurutku dokter adalah sosok orang keren dan semua bocah berlomba-lomba menjawab hal yang sama. Tapi Pakdhe berdalih, aku sepertinya tidak mampu. Karena aku selalu ranking di bawah terus. Aku marah dong. Kenapa dia harus menjadi manusia yang menyebalkan? Kenapa konsepnya tidak sesederhana dengan mendoakan saja. Kalaupun suatu saat itu bukan jalan hidupku kan setidaknya sama-sama mendoakan. 

    Siapa tahu saat doa kita diijabah?

    Jadi visualisasi mimpiku selalu berkelindan setiap waktu. Memilih dan memilah mimpi mana yang patut aku perjuangkan. Jadi, yak mari kita aminkan saja mimpi-mimpi dan proses dalam perjuangan meraihnya. Ini bukan hal yang berat kan jika kita berbagi mimpi dan saling mendoakan?

    Yak, semakin aku menuliskan narasi ini. Aku semakin rindu. Aku harap waktu yang akan membawanya ke arah yang tepat.


    Solo, 29 Maret 2019
    22.34 pm

    ...

    terima kasih untuk foto yang dibagikan di grup Srimulat. Ini indah~


    Continue Reading

    Meskipun ini akan bercerita kisah hari ini, aku tidak akan membuka dengan kalimat, dir diari~ tapi....

    Hei fergusso!

    Pa kabar? Masih nungguin channel Liga Game di youtube nayangin pertandingan Udinus yang hanya satu poin buat lolos ke babak playoff? Haha, kehadiran Tretan Muslim sama Coki Pardede emang ngeselin sih jadi caster di turnamen dota 2 kampus tingkat nasional. On the way turnamen sebesar The International nyelenggarain di Udinus, gegara roasting gak pentingnya mereka. Oke. Sudah prolog tidak bermutunya, bil.

    Fokus!

    Lahan Parkir Udinus di perluassss....

    Fokus! Fokus! Fokus!

    Hari ini keren, seperti biasa. Emang setiap hari nggak keren, bil? Enggak! Karena kerja di peradaban seperti ini memang harus menyesuaikan waktu. Jadi buruh soalnya, susah! Pukul 8 sampai 4 sore kerja. Alhamdulillah sudah melewati seminggu full kerja lembur. Dimana berangkat jam 8 pulang jam 6 sore. Everyday sodara-sodara. Gak masuk akal memang. Tapi yaaa begitulah. Pulang ke rumah dalam keadaan capek. Kadang melewati acara debat keren di Indonesia Lawyers Club. Udah gak tau berapa episode yang terlewat. Dua mingguan gak ngikutin atau lebih, mungkin. Sekali ngikutin acara,  malah nonton turnamen dota. Obat mujarab sih buat ngobati hati yang sedang butuh hiburan. Kadang sembari nunggu turnamen dota, baca buku dulu. Masih membaca buku-buku novel dong. Aku diajari hidup sama Ipung, tokoh buatan Prie GS yang berjudul: Hidup ini keras, maka gebuklah!

    Maka hal yang menjadi pokok bahasanku adalah judul buku itu. Tapi aku relevansikan dengan obrolanku bersama Gilang. Siapa sih Gilang? Sama halnya dengan siapa sih Doni Wahyu Prabowo? Masa sih bil, kamu gak tau Presiden BEM UNS ituuuu. Nah sudah kejawab kan. Tapi bukan siapa dia tapi bagaimana pemikirannya yang patut aku ulik melalui narasi ini.

    09.00-13.00

    Hari ini ada uji publik untuk menyeleksi siapa yang cocok untuk menjadi bagian dari Keluarga Negarawan, keluarga Beasiswa Aktivis Nusantara Angkatan 9. Ternyata sudah 3 tahun berlalu saudara-saudara. Padahal kayaknya baru tahun kemarin aku diwisuda. Masih pecicilan gak jelas, dan masih gak jelas juga hari ini. Tau-tau waktu sudah bergerak secepat kilat sampai detik ini. Membayangkan menjadi bagian dari keluarga kebermanfaatan ini saja masih tidak lupa. Kok bisa sih? Kok keterima sih? Awal-awal keterima Bakti Nusa malah stress. Takut kalau mereka salah terima orang apa gimana. Tapi kok Mas Krisna semakin ng-push  dan menyadarkanku terus bahwa memang kamu bil yang lolos. Siapa lagi? Pemikiran konyol yang masih konyol kalau diingat kembali. Ya sudahlah. Bersyukur. Allah memberikan aku kesempatan menjadi bagian dari keluarga besar ini dan berproses bersama mereka. Luar biasa.

    Visi misi gagasan yang dibawa mahasiswa-mahasiswa saat uji publik tadi keren-keren sih. Pantas saja mereka masuk menjadi bagian dari perhitungan catatan keberamanfaatan umat di masa depan. Dompet Dhuafa memang punya cara terkeren untuk investasi umat untuk Indonesia. Pepatah mengatakan bahwa, negara ini adalah negara pinjaman dari anak-anak kita di masa depan. Karena hakikatnya adalah negeri ini milik mereka.

    14.00-16.00


    Obrolan tentang masa depan ini terjadi karena ketidaksengajaan. Si Gilang yang datang terlambat dan duduk di mejaku. Bentuk mejanya memanjang, sedangkan di sisi jauh adalah pembesar-pembesar dari DD, ada mas krisna juga. Di tengah ada mbak Tria dan Mas Sis depannya Imaf dan lupa aku. Intinya mereka lagi membahas hasil uji publik tadi. Beberapa merasa kecewa karena kurang show up. Grundelan mereka disesuaikan dengan hasil wawancara mereka kemarin. Seperti biasa. Nama-nama yang keluar siapa yang bakal lolos sudah ada. Tapi yaa begitulah. Masih di dapur. Belum disajikan. Menunggu waktu yang tepat untuk dibagikan.

    Aku lebih tertarik dengan obrolan Gilang dan Isna yang duduk di sampingku untuk diulik-ulik. Hei, jangan lupa dengan seorang Nabila yang dengan setia mendengarkan obrolan mereka. Yah, walaupun sesekali aku fokus ke obrolan mbak Tria juga.

    Isna sudah berulangkali melempar tanya. Dan si Gilang yang menjawab. Lagi-lagi yang dibahas adalah quarter life-crisis. Nah, sodara-sodara yang mengalami pasti tahu krisis apa ini. Menjadi siapakah kita nanti? Mau bagaimana langkah kita? Hal-hal keberlanjutan dari kegalauan yang tiada henti yang memaksa kita untuk memperbincangkannya.

    Mendadak aku merasa kerdil di depan Gilang. Bukan karena dia Presiden BEM yang kemarin lengser. Bukan! Tapi beberapa hal tentang persiapan dia, karena dia tengah mempersiapkan sesuatu yang akan mengubah arah hidupnya. Siapa lagi kalau bukan pasangan. Dia masih bocah 21 tahun yang besok kamis minggu depan akan semhas (ini tgl 7 Maret berarti tgl 14 dia semhasnya). Dia banyak bercerita tentang narasi perempuan. Aku sepakat sih sama pendapatnya. Bahwa perempuan itu tidak harus lembut. {Pembelaan diri! Maaf} Tentang perempuan yang tidak harus di rumah tapi bagaimana perempuan bisa berkembang. {Sepakat-sepakat} dan masih banyak lagi. Kesepakatan itu membuatku mengangguk-angguk.

    Yang aku masih ingat ya, karena kita satu visi. Tapi posisinya memang aku belum menemukan siapa. Karena aku belum selesai dengan diriku sendiri. Akan aku bahas dalam postingan berbeda. Alasan kenapa aku belum selesai dengan diriku sendiri. Oke. Tagih janji kalau diri ini lupa.

    Alasan. Lagi-lagi alasan kenapa dia memutuskan untuk menyegerakan untuk menggenapkan ibadahnya. Kenapa kamu bisa secepat itu. Lagi-lagi logikanya bisa bermain di akal sehatku. Tentang kemantapan dan psikologisnya yang menjadi jawaban. Karena dia memang sudah menemukan seseorang yang klik dan bisa diajak sambat. Tentang bagaimana peran perempuan dan lain sebagainya. Aku sepakat. Kesepakatanku juga sama dengan narasi yang pernah aku bahas di Menjadi Perempuan. Klik ajaa kalau pembaca yang budiman ingin melihat pendapatku. Masih belum berubah kok. Sebelum negeri api menyerang.

    Suatu ketika, ada momen Gilang bercerita tentang tokoh Faris. Whatever-lah kalau si Imaf kenal dengan orangnya yang punya afiliasi dengan KAMMI. Mendadak keinget Azzam dengan posisi yang sama. Dia umur 26 tahun (angkatan 2011) dan posisinya dia ngirim proposal dan klik dengan seorang akhwat. Ditelusuri ternyata akhwat yang dia klik itu adalah anak dari orang yang punya pesantren di Sragen. Nah yaudah. Langsung cocok. Si Gilang disclaimer, “aku gak bisa membahasakan yang sama dengan mas Faris ini ya. Kira-kira seperti ini...” Si Akhwat yang dimaksud ternyata anak—ingusan—angkatan 2015 kelahiran 97. Wow-ba-nget-ya! Lalu, alasan kenapa dia bersedia menikah dengan umur semuda itu? Logikanya menjawab kebuntuanku akan menikah sih. Dia jawab kira-kira begini narasi yang disampaikan Faris, kita bakal ada di babak dalam hidup misal posisi cinta-cintanya pada seseorang, berantem sama pasangan, mengalami kesulitan bareng, mengalami kesuksesan bareng. Nah, dia hanya ingin mempercepat babak hidup itu. Kalau benar si akhwat kelahiran 97 itu ngomong seperti itu, aku angkat topi sih. Keren banget. Ini kan perkaranya aku mendengar dari mulut kedua. Si akhwat cerita ke calonnya, si Faris. Dan Si Faris cerita ke Gilang. 

    Intermezzo_

    Sama kayak perkara H. Agus Salim dikatain kambing di sidang. Jef Last mendengarnya dari Sjahrir. Dan narasi sejarah yang akhir-akhir konyol tentang penangkapan Rocky Gerung gegara dia menghina Agus Salim itu wajar? Oke. Gak nyampai yaa logika berpikirnya. Intinya, masak iya Jef Las bukan sumber utama dan hanya menyambung cerita dari Sutan Sjahrir, Sutan Sjahrir di polisikan? Logika bruh logika! Sori-sori. Terlalu terbawa emosi sama tahun politik ini. Wkwkw, kira kira begitu. Agak rumit kalau relevansikan dengan cerita yang nyambung gak nyambung kayak gini.

    Jadi intinya, aku mendengar dari orang lain. Dan orang lain itu mendengar dari orang lain. 

    Alasan kuat si Gilang juga aku pikir sama. Jika percakapan yang dia utarakan akan semacam itu. Dan aku sebagai netijen mengomentarinya. Intinya, fase hidup yang banyak orang alami itu ingin dia lalui secepat itu. Menjadi suami, ayah dan pemimpin bagi keluarganya dengan suka duka yang ada. 

    Keren. 

    Aku secara general berpikir. Apakah seorang Presiden BEM UNS itu sepemikiran yang sama seperti itu? Kenapa antara Gilang dan Mas Doni menarasikan tentang peran perempuan dengan kalimat yang kurang lebih sama. Aku agak ragu, berapa stok lelaki yang sama sepemikiran seperti mereka ada di dunia ini? Tapi aku pikir, Gilang ini lagi kasmaran sih sampai bahasanya tinggi dan tidak jatuh ke bumi. Yaa sudahlaahh

    Hm, ataukah jangan-jangan jodohku belum lahir. Oh come on! Barusan aku minta tolong mas krisna buat nyariin jodoh buatku. wkwkwk sekalian sama yayak jugaa.


    Dari Nabila,
    yang belum selesei tentang dirinya
    21:23
    07/03/2019




    Continue Reading
    Hei Bilong!

    Sapaan itu seakan terasa bahwa aku adalah Hikmah Bimo ya? Maaf. Bagaimana kabarmu bil? Baikkah? Bagaimana dengan pekerjaan barumu menjadi editor? Apakah menyenangkan? Semoga kamu betah ya? Kemarin Eyang a.k.a Mustofa ngewatsap aku dia tanya kabarmu. Ku katakan bahwa kamu bosan seperti apa katamu padaku. Iya, padahal kamu baru bekerja seminggu lho ini. Bertahanlah lebih lama lagi.

    Tidakkah kamu sering pergi ke pasar bersama Geng Srimulatmu dulu? Tidakkah kamu melihat bagaimana manusia-manusia yang jauh-jauh dari desa ke kota--dimana pasar berada--hanya untuk menjual hasil panen mereka? Tidakkah kamu melihat kuli panggul di pasar legi  menggendong penuh beras untuk dibawa ke dalam pasar dan dihargai dengan recehan rupiah. Bil, dunia memang keras tanpa kamu tahu. Mereka bekerja lebih keras daripadamu. Ketika Tuhan menghendaki salah satu doamu untuk melarikan diri dari tekanan "untuk tidak kuliah" maka lakukanlah sampai akhir. Kamu jangan gampang menyerah, ya sayang! Semua ini perihal bagaimana kamu mememanajemen rasa syukurmu.

    Aku akan berada di belakangmu. Tenanglah!


    Akan aku tampilkan beberapa gambar yang pernah dijepret oleh adikmu, Zidni. Semoga dengan hanya melihat kamu sadar bahwa apa yang kamu lakukan sekarang adalah proses pendewasaanmu untuk menjadi 'siapa' dirimu di masa depan.






    Aku pernah membaca sebuah artikel bahwa perempuan masih rendah partisipasinya dalam bekerja. Kebanyakan dari mereka nyaman pada posisi "ibu rumah tangga". Tidak! Aku tidak menyalahkan mereka. Aku hanya membandingkan mereka dengan dirimu ini. Kamu tidak punya tanggung jawab apapun. Lakukanlah apapun yang membuatmu bahagia. Bahkan pekerjaan membosankan sekalipun. Toh yang penting, seperti apa maumu, kamu termasuk golongan "senang" karena tidak harus bertemu dengan banyak orang. Kamu hanya menghadap layar komputer berjam-jam tiap harinya untuk mengedit. Kamu bisa sekalian nyolong-nyolong waktu membaca artikel national geographic.

    Cukup sudah ya, galau-galau masalah kemarin. Waktu tetap harus bergerak maju. Kamu bukan Edgar dan Ellen yang bisa menyabotase jam kota untuk menghentikan waktu. Wkwkwk, maaf aku sedang bercanda. Agar kamu terhibur dengan jokes recehku. Tapi kamu mengerti poinku kan?

    Saat aku menuliskan suratku ini, sudah hampir sore. Sebentar lagi pertandingannya RRQ, aku tahu kamu ingin melihat kehebatan Lemon memainkan kuda. Jadi begini bil, kalau kamu tengah berjuang melakukan pekerjaan yang kamu tidak suka--at least katamu membosankan itu--Semangat! Kamu harus melakukannya semaksimal mungkin. Siapa tahu apa yang kamu lakukan sekarang membawamu ke arah yang luar biasa nanti.

    Aku berharap, kalau ini sebuah kisah, aku akan menantikan kemunculan deus ex machina-mu itu siapa. Siapa tahu dia tengah membaca surat terbukaku ini untukmu. Menyelesaikan problematik benang kusut yang ada di hidupmu. Perlu aku aminkan kan ini?


    Salam,


    Dariku.
    Yang berharap Nabila tersenyum puas malam ini karena sebuah kemenangan game.
    24-Feb-2019
    15.39

    :::









    Continue Reading
    Hei,

    Mumpung lagi nyuwung! Ditemani hujan siang hari dan kopi hitam. Sebelum menjadi budak-budak peradaban yang memaksa untuk bekerja lebih keras dari biasanya. Bekerja 8 jam dalam seharinya, sedangkan saya masih glundang-glundung tidak jelas. Saya masih di posisi jaga warung dan fotocopy-an. Menyelesaikan problematik Jolie Manon dan Gabriel Delange karya Laura Florand. Setelah kemarin, seharian agak kecewa dengan Unforgettable Chemistry--yang jadi bahan obrolan aku dan Pipit di WA karena ehem, kita sepakat untuk tidak menyetujui konfliknya-- tapi sayangnya, buku itu aku selesaikan juga. Hahaha~

    Hidup ini indah ya gaes!  #EdisiMenghiburDiri


    Aku ingin bercerita. Lagi-lagi tentang deretan nama yang ingin aku sebut karena berjasa dalam membesarkan / mendewasakan dan berproses bersamaku. Hal ini aku lakukan untuk mengingat kebaikan orang ini serta membuat content. Yes, I am content creator! Gak usah muluk-muluk buat video di yutub tapi membuat narasi singkat di blog kesayangan. Biar gak sepi-sepi banget ini blog. Ajang balas dendam juga sih, karena selama kuliah isi kontennya kurang produktif. Sekaligus mengisi kolom My Friends & I. Bismillah, ingin aku coba memproduktifkannya kembali.

     
    Bila foto ini diperlebar maka tampaklah nyamuk yang sedang menggigit pipimu :) 


    Bagian I. Perkenalan


    Tentang sahabat bernama Uun. Namanya sering aku dengungkan sebenarnya dalam narasi aku bercerita di blog ini. Dalam perjalanan mahasiswa biasa sampai bisa lolos ke Pimnas dan cerita tentang bagaimana dia menderita bolak-balik Solo-Wakatobi untuk berjuang di Bogor. Tentang muka kucelnya yang naudzubillah aku ingin rasanya sabar, wkwk. Dan tentang gairah hidupnya yang entah kenapa--hm, hm, sebagai analis luar--agak meredup. Kemungkinan besar hal pertama itu terjadi karena kehilangan sosok ayahnya. Orang yang polos dan semangat hidupnya yang perlu aku tiru. Aku terapkan dalam keseharian sehari-hari. 


    Sebenarnya aku kenal dengan Uun karena kebutuhan. Sebagai mahasiswa yang berusaha untuk menjadi sempurna dalam tugas kelompok, aku sudah kena kapok berkali-kali karena tidak mendapatkan partner kelompok yang tepat. Sempurna dalam arti kita berproses dan berpendidikan bersama. Itulah tujuan dari perguruan tinggi, bukan? Sayangnya, sebagai mahasiswa beberapa teman kami sering mengandalkan. Biar orang ini saja yang menyelesaikan tugas ini. Kan, yang namanya tugas kelompok harus diselesaikan bersama-sama. Come on! Ada lagi, saat sudah diselesaikan dengan pembagian tugas yang jelas, kadang mereka asal-asalan, mungkin karena mereka merasa bakal ada editor yang akan mengkoreksi dan menambahkan tambahan hal untuk tugas kelompok mereka.

    Ah sudahlah. Kampus memang mendidikmu begitu keras. Halah haha!


    Mungkin terjadi di tahun 2015-an. Waktu itu aku lagi merangkak naik ikut organisasi sana sini, bahkan sudah join menjadi volunteer Solo Mengajar angkatan 10--haloh gaes!. Aku lelah ya, mendapati ketidaksesuaian antara masalah akademik kampus dengan berkegiatan di luar kampus. Jadi, mendapatkan partner bekerja kelompok yang sesuai itu seolah menjadi oase tersendiri. Sama-sama mengalami ketidaksesuaian, agar algoritma hidup ini berjalan dan berkesesuaian, kita join menjadi kelompok bersama. Gimana caranya, agar setiap kerja kelompok aku bersamanya. Kemudian, masuklah Mustofa. Jadi, begitulah kami hidup selanjutnya!

    Dari sering berkelompok, aku mengajak dua anak ini--Mustofa dan Uun--menjadi kelompok strategis yang tidak hanya berkumpul kalau pas ada tugas kelompok di kampus saja. Aku mengajaknya untuk ikut membuat PKM. Waktu itu aku masih jadi Kepala divisi Pengembangan RISET SSC, di bawah komando Gun Gun Gunawan. Jadi, kegiatan ilmiah itu perlahan kita ikuti. Bahkan masing-masing dari kami mengajukan judul yang berbeda-beda, tetapi rolling untuk menjadi salah satu anggota peneliti di semua judulnya. Haha, agak curang emang. Tapi yah bagaimana. Jika ada peluang maka tercipta kesempatan!


     Mengerjakan deadline PKM adalah hal menegangkan. Kalau ingat bulan September, maka ingatlah akan deadline PKM yang selalu hadir di bulan tersebut. Awalnya agak kesesusahan harus mengikuti aturan main PKM yang berganti setiap tahun. Awal mulanya kami iseng ikut PKM yang diadakan oleh kampus kami sendiri, UNS. Jadi sesama mahasiswa diadu ide dan gagasannya dengan iming-iming bahwa PKM yang diadu didalam universitas ini bakal lebih mudah diterima untuk mengikuti PKM dari Dikti. Menurutku tidak juga. Karena pada hakikatnya, Dikti tidak menilai bahwa PKM yang diajukan oleh mahasiswa itu sudah diuji terlebih dahulu atau tidak, melalui universitasnya. Yah, setidaknya gelora untuk adu ide dan gagasan itu ada. Jadi, kami ikutan saja.

    PKM yang diselenggarakan di Universitas tidak membuahkan hasil baik. Kalau tidak salah, kami (aku, uun, dan eyang) hanya mengajukan satu judul. Tetapi hal yang berbeda terjadi saat mendekati deadline PKM Dikti. Kami mengajukan tiga judul sekaligus. Haha. Sehari menjelang deadline kami harus mendapatkan satu personil tambahan. Agar sesuai dengan aturan, maka harus adik tingkat. Maka terpilihlah Avivah yang masuk menjadi kelompok kami. Gara-gara dia lewat di jalan gazebo, dan aku langsung minta CV dan datanya. Wkwkwk :)


    Full Squad bersama dengan adek, Avivah. Eyang yang moto!

    Selanjutnya, petualangan sesungguhnya dimulai. Dari yang awalnya kaget dapat dana untuk penelitian. Waktu itu dana agak seret sih. Jadi kami meneliti dengan dana pribadi. Tapi alhamdulillah, setelah monev ekstern selesai kami dapat sisa dana keseluruhan. Haha, PKM kalau kata orang bisa dikatakan sebagai Program Korupsi Mahasiswa, bukan Kreativitas wkwk. Yasudahlah. Itu orang syirik aja gegara PKM-nya gak didanai. Dasar julid!

     Saat menemukan sebuah pesanggrahan untuk beristirahat sejenak karena selesai mbolang di Keraton Kasunanan.

    Selesai Monev, aku punya keyakinan penuh sih. Bahwa judul kita bakal lolos PIMNAS. Dan thats it! Hari pengumuman itu datang. Judul kami lolos untuk di uji, dan beradu di Bogor. Mana pada waktu itu musim KKN. Sedangkan Uun ambil KKN di luar Jawa, yaitu Wakatobi. Ya, nangis darah dan penuh pengorbanan sih. Apalagi dia ketua peneliti kami. Ngos-ngosan sih berproses bersama itu. Pokoknya semua bermula dari keiisengan yang hakiki. Mulai memproduktifkan diri, menambah deretan CV dan tentu saja punya kontribusi. Waktu itu Pak Pardjo, Wakil Dekan III bagian Kemahasiswaan, ikut seneng. Karena ada tiga judul yang mewakili FIB untuk bertandang di PIMNAS. Aku pernah cerita lengkap, klik disini!



    Bagian II. Proses Dialektika


    Sok-sok'an kasih nama Dialektika, haha. Biar kata ini menjadi suatu pertarungan bagaimana sekarang kamu berperang terhadap dirimu sendiri. Bukannya pertemanan kami selesai, bukan. Tapi proses bagaimana kamu mendewasakan pikiranmu untuk terus berjuang.

    Kenapa?

    Kami berproses dengan skripsi yang berbeda-beda. Tidak ada teman. Tidak ada meja untuk berbagi. Karena sesungguhnya proses skripsi adalah proses dimana kamu bekerja individu. Yaiyalah. Serta bagaimana semangatmu tetap terbakar dalam nadi untuk tetap konsisten. Semua mahasiswa akhir akan mengalami bagaimana ketidakkonsistenan selalu menghantui. Bagaimana pencarian data sekecil apapun kadang menjadi momok untuk berhenti. Dan, bagaimana orang bodoh untuk lebih pintar memanipulasi. Kan, semuanya berkelindan. Menjadi satu kesatuan makna yang dimana produk skripsi itu dihasilkan. Itu definisi menurutku, lho ya!

    Uun mengalami perubahan produk ide yang dihasilkan. Mulai dari penelitian tentang Pakualaman yang kadang dua atau seminggu sekali dia harus ke Jogja untuk mencari data. Penelitian hampir lebih dari satu tahun, dan kemudian dia menyerah. Karena beberapa pertimbangan, salah satunya ada kompilasi buku tentang Pakualaman yang menjadi subjek dan objek yang sama dengan penelitiannya. Ia takut terkena delik plagiasi atau apa. Akhirnya, dia menyerah juga.

    Saat aku selesai skripsi tapi harus menyelesaikan urusan birokrasi, suatu waktu pernah kujumpai Uun di kantor dosen. Lagi kikuk dan mengajukan pergantian judul. Aku dan Eyang agak menyayangkan sejujurnya. Tapi bagaimana lagi. Uun berkata bahwa tidak ada jalan keluar selain mengganti judul.Waktu itu pula, sebenarnya aku gundah gulana karena seminggu setelah itu adalah pendaftaran berkas S2. Dan aku menggalau dong ditemenin Imaf. Di saat kamu sedang berjuang dengan judul baru skripsimu (dua hari sebelum puasa Ramadhan 2018). Di sini aku meminta maaf,--yeah, minta maaf secara onlen karena hanya sebentar menemanimu.

     
    Tahun 2016 dan dua kelompok ini memutuskan untuk buka puasa bersama di pinggir jalan. Nice memory!

    Bagian III. Kuharap Akhir yang Indah


    Hei Un, setelah berbulan-bulan aku tidak tahu kabarmu. Bahkan saat kamu menghubungiku di bulan Juli (hariku wisuda), aku tidak tahu lagi bagaimana kondisimu. Hingga di akhir Desember aku dan eyang menjengukmu. Hanya kunjungan ringan dan kami sepakat untuk tidak membahas skripsimu. Aku tahu kamu tengah berjuang. Katamu, kamu sering main ke Gentan. Aku masih sering pinjam buku sebenarnya di  perpustakaan Ganesha. Membahas dunia kerja. Dan kapan ada lagi perjumpaan setelah itu.

    Susahnya komunikasi antara kita membuat aku sering mendengungkan doa ke langit. Agar kondisi dan keadaanmu baik-baik saja. Masih sering dikunjungi Sinchan, Icik dan Ista. Mendengar kabar dari mereka aku sudah senang kalau kamu berprogress baik.

    Aku tidak tahu, akhir tulisan ini akan membentuk narasi seperti apa. Un, kuharap dirimu baik-baik saja. Tetap konsisten. Tetap berjuang untuk apa yang tengah kau perjuangkan. Rumahku masih sama. Di Jalan Lempuyang I No.09. Kamu bisa mampir untuk menyambangi pengangguran berkualitas seperti aku ini di sini. Lalu, kita bisa memulai obrolan kita.

    Aku baik-baik saja!

    Aku hanya butuh kalimat itu terucap di dirimu.



    Nabila Chafa,
    yang merindukan hujan deras dan panasnya matahari secara bersamaan.
    14/02/2019
    14:51 pm

    :::

    Daripada memori ini terekam hanya di laptop Toshiba-ku yang sekarang sudah berganti kepemilikan menjadi milik adikku. Maka kubagikan saja secara onlen. Haha :)


    Cheers!
    Keep fight and Stay Bright!






    Continue Reading
    Hei,

    Ada yang bertanya kabarku?

    Hei, aku Nabila N. Chasanati, S.Hum dan aku baik-baik saja--dalam retoris yang menyenangkan, tapi sebenarnya tidak! Setengah tahun aku lulus sarjana, aku tidak baik-baik saja karena bergelut tentang diri sendiri yang ditekan untuk "lanjut kuliah S2" tapi hati berkata tidak. Susah emang. Pertimbanganku sungguh rumit, tapi entahlah. Insya Allah jika hal itu memang sejalan, akan aku laksanakan tahun ini. Halo 2019, be nice ya! Hahaha :)

    Beruntung, setelah lulus aku--bisa dikatakan pengangguran bermanfaat--karena hanya jaga warung, fotocopy (dan you know, itu menjanjikan karena samping rumah kampus STIKES Nasional, tapi tidak ada yang membuka bisnis fotocopy); sama jualan snack. Itu masih konsisten aku tekuni. Yah, walaupun aku ambil gaji 50.000 per minggu buat jajan, sisanya dibelanjakan lagi buat modal. Biar uangnya muter kayak mesin cucian! Kondisi bisnisku: ceklis, baik-baik saja. Malah posisinya stabil.

    "Menganggur" artinya tidak berkegiatan. Tapi istilah itu memang cocok untukku, karena aku kerja bebas dan nikmat. Tanpa ada yang mengatur hidupku. Bacaanku sehari-hari, tontonan dramaku, bahkan tontonan youtube-ku. Tidak enaknya hanya satu, aku sendiri. Bergelut dengan diri sendiri lagi hanya akan menambah deretan panjang ketidaknyamanan. Tapi aku syukuri. 


    Berbicara tentang makhluk yang kufur nikmat ini, kondisi yang aku jalani memang bukan pilihan. Karena jawaban dari 'menjeda' adalah menunggu kabar baik dariku untuk melepas kenyamanan yang aku peroleh ini. Yah, beberapa waktu lalu ada panggilan wawancara dari perusahaan penerbitan yang mengontakku. Menguji nyali, menguji profesionalitasku menuju dunia kerja. Tapi belum jatah atau bagaimana, kabar itu belum kunjung datang. Jadi yasudahlah. Kita harus melatih hidup untuk legowo. Itu bukan rejekiku. Mungkin rejeki adik tingkatku. Siapa tahu? Rejeki tidak akan pernah salah kamar, selama kita panjatkan doa dan ikhtiar kita, insya Allah apa yang sudah ditetapkan menjadi milik kita adalah milik kita. Bila bukan, ya belum saatnya. 

    Captain Lemon berkata dalam captionnya:

    Kadang Di atas, Kadang Di bawah. Itu Biasa :///


    Betul Mon! Aku paham posisimu karena hujatan netijen atas kekalahan kemarin. Posisiku tidak berada di atas, tapi bukan di bawah juga sih Mon.

    Aku mengambil  kalimat Lemon ini untuk menginterpretasikan diriku. Walaupun sebenarnya, kalimat itu untuk nyindir netijen yang dua kali turnamen RRQ kalah atas Onic (Game ke-4 konyol sih, harusnya RRQ menang, tapi blunder). Hm, maksudku dibanding pencapaian RRQ yang lain, ini kondisi yang stabil dan tidak terpuruk-puruk banget sih. Karena kondisi terpuruk-seterpuruknya sudah dilalui yaitu kehilangan Captain Marsha dulu. 

    Sama seperti OG yang ditinggal Fly dan malah pindah ke Evil Geniuss, di saat itu n0tail harus membangun, mempererat, dan men-solidkan tim OG lagi, yang mungkin retak karena harus kehilangan Fly. Soalnya aku--kapan gitu--ngliat recap salah satu turnamen yang bertempat di Rusia antara Virtus Pro vs OG dimana Fly (bagiku seperti ayah/kakak tertua) yang benar-benar ngebangun komunikasi antar team mate-nya bagus banget apalagi bisa dapat poin saat poin mereka tertinggal. Disamakan, akhirnya jadi 2-2. Dan Game ke-5 (karena Best of Five) mereka ngrebut poin terakhir dengan kemenangan OG 3-2.

    Posisinya, hidupku saat ini masih di tengah-tengah. Kenyamanan yang nyaman aku dapatkan. Bukan terpuruk-seterpuruknya, bukan lagi di puncak-sepuncak-puncaknya. Belajar memosisikan diri untuk lebih banyak syukur. Kadang liat orang-orang yang belum beruntung dibanding aku, merasa harus bersyukur -sesyukur-syukurnya. Tapi merasa terpacu untuk lebih giat saat kita melihat orang yang berada di atas kita. Biar seimbang antara melihat atas dan bawah.

    Ketika suatu saat kita berada di atas, kita memang perlu jatuh. Bukan untuk dicemooh karena ketidakkonsistenan atau ketidakstabilan, tapi untuk menjeda. Jangan terlalu keras dalam berlari. Takut dijegal ditengah jalan, dan jatuh sejatuh-jatuhnya. Terkadang kita harus mensyukuri keberadaan kita berada di bawah, agar nikmat pengorbanan itu tetap membara dalam nadi kita. Bagaimana indahnya mendaki ke puncak lagi setelah kegagalan yang kita alami. Nikmatnya memang harus dirasakan, ketika kita berada di bawah, diatas alih-alih di tengah. Semoga kita mendapatkan nikmat dalam setiap posisinya. Amiin!

    Tuturu sehari setelah kekalahannya, live streaming di channelnya. Banyak netijen bertanya dan dia dengan selow menjawab:

    Kenapa kalah? Karena belum rejeki gaes!

    Dear Nabila di masa depan, akan ku katakan kalimat yang sama padaku suatu hari nanti.

    Kenapa belum dipanggil kerja? Kenapa belum ini? Kenapa belum itu?

    Belum rejeki, gaes!



    Dear Captain, mari kita berjuang bersama ya. Tak tahu harus menembus badai lautan, angin topan dan guncangan alam yang tidak menentu, posisinya sekarang nahkodamu ke Paris Saint German (PSG), sedangkan aku akan ke Alaska sebentar (haha). Siapa tahu kita bertemu di lautan Pasifik. #lhoh





    Nabila, 
    yang memulai membaca si kembar Edgar Ellen untuk mengembalikan nuansa Abegenya.
    12/02/2019
    13:07 pm

    :::

    Continue Reading

    Haloha dunia, kembali lagi bersama saya! (halah, haha :))



    Beberapa waktu lalu saya diberi kesempatan untuk mengunjungi Pacitan. Apa yang ada dibenak kalian jika mendengar kota Pacitan? Yup, kampung halaman Presiden ke-6 kita yaitu Bpk SBY dan tentu saja banjir besar yang membuat rata museum Kars tepat tahun lalu. Hhaa, dan tentu saja rumahnya Mas Dondon. 

    Berbicara Pacitan dan dan SBY adalah dua sejoli yang asoy saling ketergantungan. Jadi, di musim pilpres dan pileg yang akan dilaksanakan tahun ini (17 April 2019) baliho partai Demokrat mewarnai perjalanan saya. Kami sekeluarga mengunjungi Pacitan dalam rangka memenuhi undangan teman lawas Bapak pas masih bujangan. Terakhir Bapak ke Pacitan itu sekitar tahun 1986, jadi sudah berabad yang lalu intinya. Niatnya juga sekalian wisata. 

    Kami ke Pacitan melalui Wonogiri → Baturetno → Giritontro dan perjalanan kami mulus saja sampai ke Pacitan. Jalan lingkar selatan alhamdulillah ramai lancar dan sudah jadi. Intinya sudah diaspal mulus. Mengingat tahun lalu saat KKN di Paranggupito jalan lingkar selatan ini benar-benar lumpuh selumpuh-lumpuhnya. Masalah pelebaran jalan dan masih mondar mandir alat-alat berat dalam pembuatan jalan. Mungkin ini terjadi karena jalan-jalan yang saya lalui merupakan jalan provinsi. Yah, walaupun kanan kiri hutan dan jurang. Selama perjalanan hujan besar mengguyur. Mungkin menemani dari daerah Wonogiri sampai Pacitannya sendiri. Soalnya kami saat pergi bertepatan dengan awal-awal musim hujan yang mana hujannya lebih asoy. 

    Meskipun jalanan dari Wonogiri-Pacitan beraspal tetapi harus naik turun kaya roller coaster. Jadi hati-hati ya. Apalagi berkendara saat hujan. Soalnya licin cyin !

    Landmark Pantai Soge


    Pantai Soge itu menurutku unik. Karena terletak sepanjang jalan raya provinsi. Jalan itu kalau dirunut bakal ke arah Trenggalek terus ke Tulungagung, kata sumber yang terpercaya. Aku berpikir berarti Nasitha kalau dari Solo ke arah Ngawi bakal jauh ya. Tapi mengingat jalanan yang naik turun, okelah lewat jalan yang jauh tetapi nyaman dilewati. Sama saja juga kan rasanya. 


    Sepanjang jalan kalian akan disuguhkan dengan pemandangan perbukitan, kalau sudah sampai ujung bakal mendadak curam jalanannya karena langsung pantai. 

    Pantai soge sendiri hanya 5000 rupiah sekali masuk. Bisa jadi kalian dapat gratis kalau beruntung. Seperti Bapakku. Ada jalan nyidat yang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki. Tapi memang harus pintar-pintar explore sih. Soalnya yaa kalau pakai kendaraan dan masuk pantai langsung ditagih petugas pantai di sana. 


    Legenda berkata, suatu masa pada masa pendudukan Jepang ada kasak kusuk beberapa harta rampasan milik Jepang disembunyikan di area dekat pantai Soge ini. Tapi entahlah, itu bisa jadi bualan semata. Atau mitos turun temurun. 



    Pantai Soge hadir dalam sebuah keterdiaman. Hadir dalam merenungi refleksi manusia yang suka kadang tidak bersyukur, tempat ini teduh, damai dan suasananya enak untuk bersantai. Melihat keindahan pantai laut selatan, berpikir tentang seberapa jauh titik Pantai ini dengan daratan Australia. Dan hal-hal yang menarik dari hidup ini yang layak untuk direnungkan. 

    Untuk kalian yang merenung, berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah persaingan, mengabdi dengan daya upaya kalian, menjadi bermanfaat, menjadi kuat untuk terus berjuang. Terima kasihlah pada usaha kalian untuk mendapatkannya. Dan, terima kasih untuk bertahan! Itu refleksi yang sering aku renungkan di pantai ini. 

    Yuk, bersenang-senang bersamaku!
    Nabila Chafa yang men-tjoba menjadi bahagia~


    09.53
    22 Januari 2019

    :::

    Beberapa gambar yang ingin kubagikan. Daripada menuh-menuhin memori. Mending memori itu dibagi, dan dibuka sewaktu-waktu kalau kita panggil lagi. 
    Hihihi :)














    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About Me!

    About Me!

    Arsip

    • ►  2023 (1)
      • ►  Jan 2023 (1)
    • ►  2021 (34)
      • ►  Aug 2021 (1)
      • ►  Jul 2021 (3)
      • ►  Jun 2021 (3)
      • ►  May 2021 (4)
      • ►  Apr 2021 (8)
      • ►  Mar 2021 (6)
      • ►  Feb 2021 (4)
      • ►  Jan 2021 (5)
    • ►  2020 (64)
      • ►  Dec 2020 (4)
      • ►  Nov 2020 (4)
      • ►  Oct 2020 (4)
      • ►  Sep 2020 (4)
      • ►  Aug 2020 (5)
      • ►  Jul 2020 (6)
      • ►  Jun 2020 (6)
      • ►  May 2020 (5)
      • ►  Apr 2020 (9)
      • ►  Mar 2020 (6)
      • ►  Feb 2020 (9)
      • ►  Jan 2020 (2)
    • ▼  2019 (12)
      • ▼  Jul 2019 (1)
        • Hhhhahahaa
      • ►  May 2019 (4)
        • Mimpi a.k.a Khayalan Alami Kemarin Malam
        • Eksistensi Khayalan
        • Maaf Lama Tak Kusapa
        • Mungkin aku adalah...
      • ►  Apr 2019 (1)
        • Dialog tentang Hilang, Kehilangan, Dikebumikan!
      • ►  Mar 2019 (2)
        • Pertanyaan untuk Bu Guru Yayak
        • Dir Diari, Obrolan Bersama Gilang Sore Ini!
      • ►  Feb 2019 (3)
        • Dariku Untukmu~
        • Doaku untuk Yunitta Axnes Pratika!
        • Captain Lemon: Kadang Diatas, Kadang Dibawah. Itu ...
      • ►  Jan 2019 (1)
        • Pantai Soge Pacitan: Keterdiaman
    • ►  2018 (6)
      • ►  May 2018 (2)
      • ►  Apr 2018 (1)
      • ►  Jan 2018 (3)
    • ►  2017 (9)
      • ►  Dec 2017 (1)
      • ►  Nov 2017 (2)
      • ►  Oct 2017 (1)
      • ►  Sep 2017 (5)
    • ►  2016 (3)
      • ►  Sep 2016 (1)
      • ►  Apr 2016 (1)
      • ►  Mar 2016 (1)
    • ►  2015 (7)
      • ►  May 2015 (6)
      • ►  Mar 2015 (1)
    • ►  2014 (25)
      • ►  Nov 2014 (1)
      • ►  Oct 2014 (2)
      • ►  Jun 2014 (1)
      • ►  May 2014 (2)
      • ►  Apr 2014 (6)
      • ►  Mar 2014 (3)
      • ►  Feb 2014 (7)
      • ►  Jan 2014 (3)
    • ►  2013 (12)
      • ►  Dec 2013 (7)
      • ►  Oct 2013 (2)
      • ►  May 2013 (1)
      • ►  Jan 2013 (2)
    • ►  2012 (12)
      • ►  Dec 2012 (3)
      • ►  Nov 2012 (2)
      • ►  Jun 2012 (2)
      • ►  May 2012 (2)
      • ►  Jan 2012 (3)
    • ►  2011 (14)
      • ►  Dec 2011 (3)
      • ►  Nov 2011 (11)

    Labels

    Artikel Ilmiah Bincang Buku Cerpen Curahan Hati :O Essay harapan baru Hati Bercerita :) History Our Victory Lirik Lagu little friendship Lomba menulis cerpen :) Memory on Smaga My Friends & I My Poem NOVEL opini Renjana Review Tontonan Story is my precious time Story of my life TravelLook!

    Follow Us

    • facebook
    • twitter
    • bloglovin
    • youtube
    • pinterest
    • instagram

    recent posts

    Powered by Blogger.

    Total Pageviews

    1 Minggu 1 Cerita

    1minggu1cerita

    Follow Me

    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top